Seperti apa Aliran stocisme, dan bentuk stoic itu?
Dia yang gagal mendapatkan obyek keinginannya akan kecewa, dan yang mengalami hal yang ditakuti akan merasa malang. Maka, hapus rasa takutmu, dari hal-hal yang berada di luar kendali mu, dan fokus lah hanya pada hal-hal yang berada dalam kendali mu.
Epictetus, Enchiridion, 2. 1-2
Kira kira sekitar 300 tahun sebelum masehi atau sekitar 2.500 tahun yang lalu terdapat seorang pedagang tekstil kaya dari siprus turki bernama zeno. Pada saat berlayar untuk mberdagang kapal zeno pecah dan jiwanya terdampar di tepi laut Athena, namun hartanya hanyut oleh ombak laut. Di Athena lah zeno mempelajari filsafat dan meninggalkan profesinya sebagai pedagang. Zeno belajar dari berbagai filsuf yang berbeda dan kemudian ia mengajari filosofinya sendiri. Ia senang mengajar di sebuah teras berpilar di sisi utara agora ( tempat orang orang Athena berdiskusi). Dalam bahsa yunani teras disebut dengan “Stoa”, sejak saat itu pengikut aliran zeno disebut dengan kaum stoa, atau stoicisme. Dimana pada saat ini dikenal dengan nama filosofi teras.
Dari zeno filsafat stoa ini dikembangkan oleh filsuf lain, mulai dari yunani hingga romawi. Tokoh filsuf stoa yang sering kita dengar yaitu senecca, Epictetus, dan Marcus Aurelius.
Aliran stoa membagi filsafat ke dalam tiga bagian yaitu logika, fisika dan etika. Logika dan fisika umunya sebagai dasar etik. Maksud dari etiknya yaitu memberi petunjuk sikap sopan santun dalam kehidupan, atau bisa disebut sebagai landasan moral.
Logika
Logika kaum stoa dalam memandang kebenaran yaitu bertentangan dengan logika aristoteles dan plato, kaum stoa memandang sebuah kenyataan yaitu dengan melihat sesuatu tidak yang ada pada ingatan atau termasuk idea, menurut kaum stoa realita yang sebenarnya yaitu sebuah realita yang benar benar kita lihat, itulah yang disebut dengan realita. Jadi ketika kita melihat sebuah kenyataan lalu tercerap dan tertanam dalam ingatan kita lalu terkumpul sehingga menjadikan pengalaman hal tersbut menurut kaum stoa bukan lah sebuah realita. Jadi kaum stoa fokus memandang sesuatu yang saat ini terjadi dan dicerna oleh penglihatan dan ingatan kita, serta dalam memutuskan sebuah realitas tanpa harus melalui sebuah proses pengumpulan ide ide. Hal tersbut sejalan dengan konsep fisik dan praktis kaum stoa
Fisika
Stocisme secara fisika lebih menjelaskan kepada konsep teologis, dengan menyandarkan organisasi rasional kosmos (alam semesta), lebih tepatnya fisika stoic berfokus pada alam dan entitas. Jika di sederhanakan fisika stoa menjelaskan tentang dua entitas yaitu tuhan dan materi, dimana tuhan disini merupakan entitas yang bisa disebut dengan GOD, Zeus, api kreatif (creative fire), ether, logos, akal dunia (reason of the world), jiwa dunia (soul of the world), hukum alam (law of nature), takdir (providence), nasib (destiny). Tuhan merupakan suatu dzat yang menggerakkan materi. Oleh karena itu menurut kaum stoa alam semesta ini ditentukan oleh sautu kuasa yang disebut legos (pikira semesta) oleh seba itu smeua kejadian tunduk kepada hukum alam yang berjalan, manusia tidak dapat mengelakkan, manusia akan hidup bijaksana (virtue) dan bahagia bila ia bertindak sesuai dengan rasionya . jika memang demikian ia akan menguasai nafsu nafsunya.
Etika
Etika kaum stoa lebih praktis dengan memahami dasa dasar penghidupan, pelaksanaan yang tepat dari dasar dasar itu adalah jalan untuk mengatasi segala ‘kesulitan dan memperoleh kesenangan dalam penghidupan. Juga kaum stoa berpendapat bahwa tujuan hidup yang tertingi adalah memperoleh Harta yang terbesar nilainya yaitu kesenangan hidup. Kemerdekaan moril seseorang adalah dasar segala etik pada kaum stoa. Dengan begitu, ajaran kaum stoa dalam menjalankan dasar dasar kehidupan harus memahami dan menerima segala sesuatu yang telah ditakdirkan dan ditentukan oleh alam, dengan cara kita sadar tentang hakikat dan kebajikan sebagai manusia. Sesuai dengan konsep fisik kaum stoa tentang organisasi rasional (keteraturan alam semesta yang saling berkaitan) bahwa semua telah merujuk dan berkaitan terhadap alam. Gampangnya kaum stoa memperoleh kesenangan dalam penghidupan yaitu dengan membuang emosi negatif kepada suatu hal yang telah alam tentukan, dengan cara kita sadar bahwa hakikat manusia adalah untuk melakukan kebaikan. Hidup selaras dengan alam yaitu dengan kita menyadari bahwa alam ini terus berantai dan bergerak dalam setiap kejadian dan takdir. Kalo kata marcus aurelius life is according to the nature, hidup yang merujuk pada ketentuan alam adalah hidup yang akan memperoleh sebuah kebenaran dan kesenangan.
Di ajaran stoicisme modern dikutip dari buku Filosofi Teras karya Henry Manampiring, pada konsep praktis para aliran stoa mengenal dengan namanya dikotomi Kendali.
Dikotomi Kendali?
Dikotomi kendali merupakan salah satu prinsip yang membantu kita menyelami stoa lebih dalam, dimana para filsuf stoa mengelompokkan kehidupan menjadi dua, yaitu hal hal yang tidak bisa di kendalikan dan hal hal yang bisa di kendalikan.
Prinsip dikotomi kendali ini menjelaskan ada hal di dunia yang memang bukan dan tidak bisa kita kendalikan, dan ada hal yang memang bisa kita kendalikan. Hal yang bisa kita kendalikan, seperti pemikiran kita, prilaku diri kita, keinginan kita, persepsi kita dan opini kita. Serta hal yang tidak bisa kita kendalikan, seperti prilaku orang lain, kondisi lahir, macet, peristiwa alam, kecelakaan, musibah dll.
Lalu Seperti Apakah Penerapan Dikotomi Kendali ?
Disini para stoa ingin menjelaskan dan memberikan pandangan baru terhadap kita, selama ini kita terlalu sering menaruh emosi negatif kita terhadap suatu hal yang di luar kendali kita, misalnya ketika kita terjebak macet biaasanya dan rata rata kita akan emosi marah dan ngedumel dalam hati, dan juga mislanya ketika kita mendapatkan nilai ujian yang tidak memuaskan biasanya kita uring uringan, kesal sama diri sendri. Disinilah kita perlu memahami tentang dikotomi kendali, menurut aliran stoa ketika kita marah atau emosi terhadap suatu hal yang di luar kendali kita itu merupakan hal yang percuma, karena hak tersebut seperti macet dan hasil nilai ujian kita rendah itu merupakan suatu hal yang diluar kendali kita,Pada saat hal tersbut terjadi, dimana ketika kita menaruh emosi negatif pada hal tersebut merupakan tindakan yang percuma, tidak akan merubah situasi (nilai ujian), atau pada saat macet lalu kita menaruh emosi negatif hal tersebut juga sebuah hal yang percuma, karena tidak akan mengubah situasi macet menjadi lancar.
Lalu bagaimana yang harus kita lakukan dalam penerapan prinsip dikotomi kendali?
Disinilah letak kebijaksanaan filosofi stoicisme, yang perlu kita lakukan ketika ada pada posisi tersebut (macet,nilai ujian rendah ataupun hal hal yang diluar kendali kita) yaitu dengan focus pada hal hal yang bisa kita kendalikan, terus emosi dan tindakan kita kepada hal hal yang bisa kita kendalikan. Dengan memperbaiki proses belajar kita pada saat mendapat nilai ujian rendah, dan mengalihkan presepsi kepada hal yang positif saat macet. Sehingga, ketiak kita sudah terbiasa dengan memahami dan menerpakan dikotomi kendali titik focus kita akan ada pada 2 hal, yaitu hal hal yang penting dan hal hal yang bisa kita kendalikan.
Missal ketika nilai ujian rendah dan kita menerapkan prinsip dikotomi kendali memperbaiki proses belajar, maka yang perlu kita lakukan selanjut nya yaitu fokus pada hal hal penting dan berarti, seperti memulai proses belajar, mengatur waktu dan menjadikan skala prioritas. Dengan begitu kita bisa menata fokus kita di kedua irisan tersebut.
Kesimpulannya !!!
Filosofi stoa merupakan sebuah aliran filsafat yang mengajarkan kita tentang hakikat kehidupan, yaitu sebuah kesenangan dan kebahagian sejati, dengan landasan flogika, fisika dan etika filosofi stoicisme menjelaskan kepada kita bahwa kehidupan ini sudah menjadi suatu hal yang teratur dan saling ber hubungan sebab akibat (organisasi rasional kosmos) Maka hidup yang benar adalah hidup dengan kebijaksanaan yaitu merujuk kepada alam (yang telah di tentukan), hidup tanpa melawan apa yabg telah alam tentukan. Dengan salah satu konsep praktisnya adalah tidak menaruh emosi negatif terhadap suatu hal yang diluar kendali kita, dan bisa berfokus pada hal yang bisa kita rubah yaitu hal yang bisa kita kendalikan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H