Pandemi Covid-19 menjadi trend, dan juga mempengaruhi kehidupan kita dalam beberapa tahun ini, dunia sekarang berubah diakibatkan oleh Covid-19, pandemi ini membuat perubahan pada kehidupan dalam berbagai aspek baik sosial, ekonomi, politik, dan hampir setiap bidang di kehidupan kita dimana menimbulkan istilah baru yaitu new normal. Sudah beberapa varian muncul semenjak varian utama Covid-19, antara lain yang dapat disebutkan yaitu varian Alpha, Beta, Gamma, Delta, Kappa, dan akhir-akhir ini yaitu Omicron. Diantara varian dominan ini, Delta dan Omicron yang sempat menimbulkan dampak terbesar hingga saat ini, tahun lalu pada tahun 2021, varian Delta dan Omicron menguasai jenis varian pengidap Covid-19 di dunia, dan menjadi varian tercepat dalam segi penyebaran, dan yang paling mematikan hingga saat ini, kedua varian Covid-19 ini juga menjadi penyebab terjadinya dua lonjakan yang terjadi dalam fase 2 tahun lebih dunia dilanda oleh pandemi ini, yaitu gelombang kedua yang diakibatkan oleh varian Delta yang terjadi pada pertengahan tahun 2021, dan gelombang ketiga yang diakibatkan oleh varian Omicron yang sekarang masih berlangsung di banyak negara termasuk Indonesia.Â
Dengan menyadari fakta ini, dapat disadari bahwa pandemi oleh virus, maupun patogen berbahaya lainya memang merupakan ancaman nyata yang sekarang menjadi fokus dunia dalam upaya mencegahnya terjadi kembali di masa yang akan datang, dan dimana adanya kecemasan, atau over concern mengenai suatu hal maupun topik, akan adanya banyak juga misinformasi, malinformasi, dan juga disinformasi yang menyebar pada masyarakat mengenai pandemi Covid-19, maupun penelitian atau riset yang dilakukan oleh para epidemiolog, dan para peneliti yang terkait lainya. Salah satu upaya nyata yang dilakukan oleh para peneliti virus dan sejenisnya dalam mencegah terjadinya virus atau pandemi baru di masa depan adalah dengan meneliti salah satu virus yang sekarang dinarasikan oleh media dengan istilah NeoCov, atau dapat diartikan yaitu Covid Baru.
NeoCov ini sendiri mendapatkan perhatian dari media baru-baru ini, seiring dengan meningkatnya penularan infeksi Covid-19 varian Omicron di Indonesia menjadi penyebab mengapa narasi mengenai NeoCov akhir-akhir ini menjadi perbincangan dan kecemasan baru bagi masyarakat. Namun kenyataannya, fakta mengenai NeoCov ini sendiri dikemas dengan narasi yang seakan "menakuti-nakuti" publik, terkadang agenda tersebut dapat difahami karena media memiliki kepentingan, dan juga sejalan dengan apa yang ditekankan oleh pemerintah agar mengurangi kontak erat dengan orang lain, menjaga 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak) dan sejenisnya dalam upaya pencegahan Covid-19, namun narasi seperti ini jika terlalu dikemas sedemikian rupa sampai menghapuskan fakta-fakta terkait virus NeoCov ini akan menimbulkan banyak hoax dan misinformasi ada masyarakat, yang akan mengakibatkan kecemasan, dan menjadi beban pikiran dan mental bagi masyarakat. Oleh karena itu fakta mengenai NeoCov perlu diberitakan juga, bahwa virus NeoCov ini sebenarnya tidak semenakutkan, dan seburuk seperti yang diberitakan.
Merujuk kepada video Youtube dari Channel Dr. Noc, dimana pada video ini menjelaskan mengenai apa yang dimaksud dengan NeoCov. Beberapa fakta yang dijabarkan pada video ini yaitu :
1. Virus NeoCov dinarasikan oleh media memiliki tingkat fatalitas membunuh 1 dari 3 orang yang terjangkit dengan virus ini, namun faktanya belum ada manusia yang terjangkit oleh virus NeoCov itu sendiri sampai saat ini.
2. Virus Corona secara umum sebenarnya merupakan virus yang lumayan sering ditemukan di alam, dan sudah di teliti oleh ilmuwan sejak lama, yaitu diteliti secara intensif atau sering setelah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) merebak di dunia. Dan benar memang banyak terjangkit pada hewan layaknya kelelawar, namun faktanya virus Corona yang dapat menjangkit hewan banyak yang tidak dapat beradaptasi dan menginfeksi manusia.
3. Virus NeoCov pertama kali ditemukan pada tahun 2011 merujuk pada penelitian yang diterbitkan pada tahun 2014 oleh Pubmed.gov pada situs NIH (National Library of Medicine), menandakan bahwa NeoCov bukan merupakan virus baru, dan juga virus NeoCov merupakan closest genetic relative dengan virus MERS (Middle Eastern Respiratory Syndrome). Dimana MERS sendiri memiliki tingkat fatalitas membunuh 1 dari 3 orang yang terjangkit/terinfeksi virus tersebut, dimana narasi inilah yang digunakan oleh media untuk NeoCov dikarenakan fakta bahwa NeoCov merupakan closest genetic relative virus MERS, namun faktanya NeoCov belum pernah menginfeksi manusia sampai sekarang.
4. Virus NeoCov pernah diteliti oleh ilmuwan, dimana secara teoritis jika benar bisa menjangkit manusia, namun pada penelitian ini para ilmuwan menemukan bahwa NeoCov bisa menginfeksi manusia jika manusia tersebut memiliki mutasi sel T510F, dimana mutasi ini tidak dimiliki oleh manusia dan hanya difungsikan atas dasar penelitian ini. Detail mengenai penelitian ini dapat diakses pada situs biorxiv.org dengan judul penelitian"Close relatives of MERS-CoV in bats use ACE2 as their functional receptors".
Dari fakta yang dipaparkan mengenai NeoCov, dapat kita fahami bahwa pemberitaan mengenai virus NeoCov memiliki banyak misinformasi, dan dikemas dengan narasi yang terkesan menakut-nakuti masyarakat mengenai virus NeoCov. Namun dengan fakta yang telah dipaparkan pada artikel ini dapat disimpulkan secara singkat bahwa :Â