“saya rasa bukan kesejahteraan, namun sedikit kemakmuran dibandingkan negara tetangganya” kata Hasan.
“sebuah kesejahteraan absurd, disaat orang kaya bertambah kaya dan orang miskin bertambah miskin, dan mereka harus bekerja lebih keras lagi, lebih lama lagi untuk mencapai status sejahtera dinegara mereka”
“negara – negara itu memiliki sistem pajak dan CD”
“Pembangunan negara dengan sistem Community Development? Sungguh meracau, itu hanya sebuah himbauan, bukan kewajiban sosial, dan pajak perusahaan dapat di simpan dinegara tax heaven”
“lihatlah bagaimana agama menciptakan perang dan konflik dimana – mana”
“anda lepas tangan soal CD dan pajak, sekarang beralih kepada perang dan konflik?”
“ya, tanpa agama, semua manusia dapat hidup damai dan sejahtera, dapat saling berbagi, dengan agama, manusia hidup dalam ketakutan, kekacauan dan peperangan dimana – mana”
“justru dalam sekulerisme tidak ada tanggung jawab sosial untuk saling berbagi, semua hal diukur dari kecukupan individu, sudah cukupkah individu itu? Sementara hukum ekonomi karya kalian telah berkata, keinginan manusia itu tidak terbatas diatas kemampuan sumber daya yang terbatas, meskipun bagi negara – negara maju, tong – tong sampah mereka telah terisi makanan yang masih dapat dimakan, namun rakyat negara maju masih merasa kelaparan dan tetap merasa tidak berkecukupan”
“kemudian anda berbicara masalah peperangan, agama penyebab perang? Aneh, sama seperti ideologi dan ilmu lainnya, baik anda berbicara fisika, demokrasi, ataupun ilmu yang menyokong kehidupan manusia, semua inti masalah terletak pada manusia itu sendiri, dengan fisika manusia dapat membuat bom nuklir untuk melenyapkan musuhnya, dengan demokrasi, sebuah negara dapat menyerang negara lain yang dianggap diktator, dengan agama, tentu saja ada oknum tertentu yang menjual agama dengan harga murah, mempergunakan sentimen para pengikut agama untuk menciptakan kekacauan, seharusnya disini negara merangkul agama, mendengarkan aspirasi kaum agamais soal kehidupan mereka dalam pemerintahan negara, membina agama dan membentengi warga negara dari aliran – aliran sesat, yang tentu saja lebih diketahui pemuka agama mana yang sesat atau tidak, bukan malah menjadikan agama sebagai urusan individu yang menyebabkan kekacauan ditengah masyarakat”
***
Malam sudah berlanjut larut saat Bramantyo sampai dikontrakannya, dalam kepalanya masih terngiang perkataan terakhir Hasan.