[caption id="" align="aligncenter" width="523" caption="googling"][/caption]
Di batas kenyataan dan khayalan, antara perasaan vertemu dan kenyataan memandang, tersimpan titik - titik krusial yang mengganjal. Bertanya kepada bintang - binyang yang menggelayut di langit hanya terjawabkan hampa atas pertanyaan yang berdetak dihati. Bertanya kepada kabut mentari yang menemani kehadiran kereta kencana, yang hadir untuk memulai hari, rupanya terlalu pekat untuk menjawab apa yang Nampak dihadapan. Ada berbagai macam rasa yang tercampur dalam cawan dan mangkuk yang terhidang dihadapan kita, semua rasa yang menyatu dalam satu wadah
Kegembiraan
Kesedihan
Kehilangan
Kerinduan
Kemarahan
Kecemburuan
Yang telah disuntikkan beberapa milligram morfin "cinta" dan candu "asmara", agar semua terangkum sempurna untuk dinikmati sampai entah kapan kita mengerti tanpa mengenal arti kata "kedaluwarsa" yang kita bungkus dalam selimut "kesetiaan". Dawai - dawai asmara dari panah cinta yang menembus sulbi dan menancap di hati seolah sulit untuk dicabut kembali, maka diriku mematahkan tangkainya dan membiarkan matanya menyatu di dalam hati dan terpompa oleh jantung ke seluruh tubuh. Saat pikiran telah menetapkan kepada siapa dia menitipkan cinta dan hatinya,,, Maka hal tersebut adalahsebuah kenyataan diantara kesemuan rindu dan "perasaan" tlah memiliki. Bahkan nafsu melirik dan selingkuh yang menggoda telah kehilangan hak suaranya di dalam manthiq yang telah tubuh pergunakan. Hati telah menutup pintunya dan kuncinya telah dihilangkan, agar tidak seorangpun bisa memilikinya, kecuali kepada seseorang yang telah dititipkan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H