Mohon tunggu...
Diqi Hadiq
Diqi Hadiq Mohon Tunggu... Mahasiswa - S1 Hubungan Internasional UMY

Seorang yang terlahir biasa saja yang sedang mencoba untuk menjadi luar biasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Transformasi Politik dan Permasalahan Sensitif dalam Hubungan Serumpun

27 Juni 2023   00:29 Diperbarui: 27 Juni 2023   00:53 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/23290/Ali%20Maksum_menyikap%20tabir%20hubungan%20Indonesia.pdf?sequence=1&isAllowed=y

Selain itu, penulis juga membahas situasi politik dalam negeri pada tahun 2005 yang menjadi salah satu sumber ketegangan dalam isu Ambalat, terutama isu kenaikan harga BBM yang menguras energi politik di awal pemerintahan SBY. Penulis juga menjelaskan bahwa isu Ambalat tidak lain sebagai bentuk "pengalihan isu" dan dipolitisir demi kepentingan pihak-pihak tertentu, terutama bagi kaula elite di negeri ini yang bermain dalam kancah politik nasional. Dalam bab ini, penulis juga membahas faktor luar/internasional dan faktor dalam/nasional yang mempengaruhi hubungan Indonesia-Malaysia terkait sengketa Ambalat dan kenaikan harga BBM.

Secara keseluruhan, Bab 3 membahas secara detail tentang sengketa Ambalat dan kenaikan harga BBM yang menjadi faktor penting dalam hubungan Indonesia-Malaysia pada tahun 2005.

Kasus klaim Tari Pendet menjadi isu yang menarik dalam hubungan Indonesia-Malaysia dan menyulut emosi sebagian besar masyarakat Indonesia karena dianggap sebagai klaim produk budaya Indonesia oleh Malaysia. Kasus ini memanas dengan adanya aksi "sweeping" warga Malaysia terutama di Jakarta dan rencana pengiriman "pasukan" ke negeri Jiran. Hal ini semakin memanas dengan pemberitaan yang sangat provokatif. Buku ini juga membahas tentang hubungan keserumpunan Indonesia-Malaysia, di mana konsep serumpun antara Indonesia dan Malaysia lahir tidak lepas adanya berbagai kesamaan antara kedua negara terutama dalam aspek kebudayaan, adat istiadat, dan agama mayoritas.

Namun, ikatan tersebut sudah ada jauh sebelum kedua negara memperoleh kemerdekaan dan menjadi sebuah negara yang penting. Kasus Tari Pendet terjadi pada akhir bulan Agustus 2009 hingga Oktober 2009, pada rentan waktu tersebut adalah bulan-bulan politik bagi bangsa Indonesia yaitu menjelang di-bacakannya hasil Pilpres 2009 oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal ini agak berbeda situasinya dengan kasus Ambalat II yaitu bertepatan dengan masa kampanye menjelang Pilpres 2009.

Kasus Tari Pendet pecah ketika KPU telah menetapkan pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono sebagai pemenang Pilpres pada 24 Juli 2009. Menurut buku ini, kasus klaim Tari Pendet dipengaruhi oleh kepentingan elemen-elemen politik dalam negeri di Indonesia terutama terkait kontestasi Pilpres 2009. Para pihak yang sedang beradu kekuatan politik menjelang putusan Mahkamah Konstitusi terkait sengketa Pilpres 2009 jelas memanfaatkan isu klaim Tari Pendet untuk menarik simpati publik.

Harapannya tentu pihak-pihak yang mendapatkan dukungan publik terkait isu sengketa Tari Pendet bisa mengubah keputusan MK terutama PDI-P dan Megawati. Buku ini juga membahas tentang faktor penentu sikap Indonesia dalam kasus Ambalat dan TKI, Indonesia-Malaysia, dan pengangguran. Selain itu, buku ini juga memberikan fakta-fakta lain yang terkait dengan hubungan Indonesia-Malaysia. Dalam keseluruhan bab, buku ini memberikan sudut pandang yang obyektif dalam menilai skenario politik yang ada sehingga pembaca bisa menilai apakah kasus tertentu memang memanaskan hubungan kedua negara atau hanya di tingkat elite saja atau bahkan ramai di media sosial saja.

Bahkan  isu Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Malaysia dan pengangguran juga dibahas dalam buku ini. Pembahasannya terdiri dari beberapa topik-topik terkait, seperti sejarah pendatang Indonesia di Malaysia, sikap pemerintah dan masyarakat Indonesia atas berbagai kasus TKI, TKI dan politik dalam negeri, faktor-faktor yang memengaruhi sikap Indonesia ke Malaysia dalam kasus TKI, dan lain-lain. Sejarah pendatang Indonesia di Malaysia tidak bisa dilepaskan dari fenomena migrasi jauh sejak zaman kerajaan. Banyak jasa yang telah diberikan TKI tidak hanya ke Indonesia melalui sumbangan devisanya, tetapi juga kepada Malaysia secara langsung dalam berbagai sektor ekonominya. 

Namun, sangat penting bagi pembaca untuk mengetahui sejarah dan inti permasalahan TKI di Malaysia yang sangat kompleks dan mewarnai hubungan bilateral kedua negara serumpun. Sikap pemerintah dan masyarakat Indonesia atas berbagai kasus TKI juga dibahas dalam bab ini. Di semua level baik pemerintah maupun publik, memberikan reaksi yang sama yaitu mengutuk keras penganiayaan TKI. Gejala meningkatnya reaksi masyarakat Indonesia bisa dilihat jelas sejak isu Ambalat. Namun, faktor-faktor yang memengaruhi sikap Indonesia ke Malaysia dalam kasus TKI juga dibahas, seperti faktor internasional dan faktor dalam negeri. 

TKI dan politik dalam negeri juga menjadi topik yang dibahas dalam bab ini. Semakin banyaknya TKI yang bekerja di luar negara termasuk Malaysia secara tidak langsung ikut berkontribusi kepada ekonomi Indonesia. Namun, dalam perkembangannya, muncul berbagai masalah seiring dengan meningkatnya jumlah pekerja Indonesia yang datang ke Malaysia. Salah satu isu pentingnya adalah terkait pendatang ilegal (haram) yang kemudian di Malaysia terkenal dengan istilah pendatang asing tanpa izin (PATI). 

Faktor-faktor yang memengaruhi sikap Indonesia ke Malaysia dalam kasus TKI juga dibahas dalam bab ini, seperti faktor internasional dan faktor dalam negeri. Pemerintah Malaysia sangat membutuhkan jasa TKI yang sangat murah terutama sektor pertanian dan konstruksi yang ditinggalkan pekerja lokal di Malaysia. Namun pada waktu yang sama, Malaysia juga tidak mau kebanjiran pendatang Indonesia berdampak pada situasi sosial dan politik negara. Bab ini juga membahas tentang pengangguran dan pasar gelap termasuk calo TKI.

Buku tersebut memberikan informasi yang cukup detail tentang isu-isu sensitif dalam hubungan Indonesia-Malaysia, termasuk sengketa Ambalat, klaim Tari Pendet, dan isu TKI. Pembaca akan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang berbagai kasus tersebut dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penulis juga mencoba untuk menyajikan informasi dengan pendekatan yang obyektif, memperhatikan berbagai sudut pandang dan faktor-faktor yang memengaruhi hubungan kedua negara. Hal ini memungkinkan pembaca untuk menilai skenario politik yang ada dengan lebih baik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun