Mohon tunggu...
dgreato jogja
dgreato jogja Mohon Tunggu... -

lahir dan dibesarkan di kota gudeg jogjakarta. merantau di kota kembarnya batam city. singapura dan selanjutnya belajar tentang sport management di negrinya wayne rooney. sekarang kembali untuk mengabdi di negri sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Menikahi Pelacur Perawan

18 November 2011   02:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:31 1455
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

AKU MENIKAHI PELACUR PERAWAN

Aku seorang lelaki sejati dengan segala kelebihan dan kekuranganku. Berbagai pengalaman hidup, manis dan getirnya sudah aku lewati hingga membentukku menjadi lelaki yang seperti sekarang ini. Kota metropolitan sudah membentukku menjadi seorang lelaki yang angkuh, egois dan perfeksionis. Dari kota metropolitan ini juga aku mendapatkan segalanya, pekerjaan, rumah dan teman – teman yang bermuka dua.

Di usiaku yang menginjak kepala tiga ini tuntutan keluarga mengharuskanku menikahi seorang perempuan yang bahkan tidak pernah kukenal sebelumnya. Seorang wanita jawa dengan darah maluku yang sangat cantik dan pintar. Sungguh beruntung diriku yang menikahinya, mungkin itu yang ada di benak semua orang. Tapi tidak bagiku bahkan mungkin juga baginya.

Tahukah apa yang ada di benakku?aku menikahi seorang pelacur yang masih perawan. Memang aku yakin mendapatkan tubuhnya tapi aku takkan pernah tahu apakah aku juga mendapatkan hatinya karena kami tidak diberi kesempatan terlebih dulu untuk saling mengenal sebelumnya. Malam pertama kami menjadi begitu dingin dan hambar, seperti berada di sebuah ruangan hotel dengan pelacur kelas atas, aku yakin yang ada di benaknya.pun demikian. Mungkin dia merasa aku adalah lelaki hidung belang yang membeli tubuhnya tanpa bisa mengambil hatinya. Akupun merasa kedua orang tua kami adalah mucikari handal yang menjual tubuh kami terlepas dari siapa yang membeli dan siapa yang menjual.

Inikah pernikahan?menurutku bukan,sama sekali bukan. Ini pelacuran kehendak, pelacuran kepentingan yang mengatasnamakan keluarga dan kami berdualah korbannya. Kepada siapa kami bisa mengadu?adakah komnas ham mau turun tangan?bukankah hak untuk hidup bahagia saling mencintai adalah hak asasi manusia juga. Aku mempunyai seorang wanita yang sangat kucintai dan aku yakin dia juga punya lelaki yang sangat dicintainya. Hanya karena berbagai kepentingan dan kehendak yang dibalut dengan bahasa demi kebahagiaan dan masa depan kami berdua kami harus meninggalkan pasangan kami masing – masing. Tidak terpikirkah oleh mereka yang menyebut dirinya orang tua yang sudah banyak makan asam garam bagaimana sulitnya kami melepaskan pasangan hati kami masing – masing.

Kami dibesarkan dalam budaya timur dimana menghormati dan berbakti kepada orang tua adalah hal yang utama. Tapi tidak cukupkah kami berbakti dalam bentuk yang lain?tanpa harus mengorbankan perasaan kami masing – masing?bagaimanakah kami harus bersikap nanti dalam mengarungi bahtera rumah tangga kami yang sangat panjang?jangan pernah bilang kepada kami untuk belajar saling mencintai. Kami hanya bisa saling menghormati posisi masing – masing sebagai seorang suami dan seorang istri. Bukan saling mencintai, bahkan aku juga takut anak yang akan lahir nanti bukan buah cinta kasih kami.

Aku selalu kagum dengan seorang wanita yang sanggup menata hati dan perasaannya demi kebaikan semua orang, demi sebuah kepentingan dan kehendak yang semena – mena. Aku selalu kagum dengan istriku yang selalu bisa melayani aku sebagai suaminya dengan senyuman dari pagi hingga pagi tiba kembali padahal aku tahu dalam tidurnya dia menangis perih. Dalam doanya ada hati lain yang dia panjatkan, ada kebahagiaan hati lain yang selalu dia harapkan. Aku tidak pernah menyalahkannya bahkan aku mengaguminya.

Apa yang harus kami lakukan, apa yang bisa kami lakukan?kembali ke masa lalu jelas sudah tidak mungkin. Yang bisa kami lakukan hanya melangkah maju meninggalkan semua cinta sejati kami, cinta sejati yang takkan pernah hilang di hati kami masing – masing. Lalu bisa disebut apakah pernikahan kami ini?cukup sudah kami saja yang mengalaminya. Jangan pernah kalian atau anak – anak kalian nanti. Kami juga manusia. Kenapa kalian mucikari berbusana orang tua tidak pernah perduli?

bahwa kami juga punya hati.

Jakarta,

Dibawah naungan pohon besi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun