Sebuah perusahaan multinasional yang bergerak di bidang penyedia jasa pertambangan yang terbesar di dunia lewat Australia Graduate Scholarship yang diikutinya. Andi merupakan satu dari 15 mahasiswa se-Indonesia termasuk perwakilan dari UI, ITB, ITS, UGM dan universitas besar lainnya. Perusahaan multinasional ini memang mencari bakat muda yang bakal dipersiapkan untuk menjadi pimpinan pimpinan perusahaan yang andal. Tidak tanggung-tanggung menawarkan beasiswa yang sangat besar untuk menjaring calon pemimpin di perusahaannya.Â
Andi Sudirman berhasil lulus di sana dengan beasiswa yang cukup mencengangkan bagi mahasiswa seusianya yakni Rp. 10 Juta ketika SPP per semester sekitar Rp. 360 Ribu pada saat itu. Dengan beasiswa sebesar Rp 10 juta itu, kehidupan Andi Sudirman mengalami lompatan dahsyat. Namun realitas itu tak membuat cara hidup Andi Sudirman berubah. Ia tetap seorang Surdirman yang dulu. Yang menjalani hidup penuh dengan kesederhanaan. Tidak ada yang berubah dari kehidupannya selain tanggungjawabnya yang sudah sedemikian besar.Â
Persyaratan untuk tetap memperoleh beasiswa dari 'Thiess Indonesia' memang lumayan berat, yakni rerata minimal IPK 3,0 harus dipenuhinya dan tidak boleh mendapatkan nilai E setiap mata kuliah serta IPK tidak boleh turun dari semester lalu ke semester berikutnya. Tuntutan kondisi seperti ini tidak menjadikan Andi Sudirman kedodoran dengan waktu. Kemampuannya untuk memanajemeni serta mengatur waktu antara aktifitas keorganisasian dan kuliah yang diperolehnya dari masa-masa bangku sekolah kini sangatlah berguna.Â
Tidak mengherankan, hanya dalam waktu 3 tahun 8 bulan, Andi Sudirman mampu menyelesaikan masa kuliahnya. Dialah mahasiswa Teknik Mesin yang tercepat selesai di angkatannya waktu itu. Ini merupakan prestasi tersendiri, mengingat dalam kondisi normal, seorang mahasiswa harus bergelut selama lebih 4 tahun untuk mampu menyelesaikan jadwal kuliah di Fakultas Teknik. Andi juga berhasil masuk dalam nominasi Lomba PKMT perancang "Pembangkit Listrik Arus Laut" Dikti RI 2005.
Setelah menyelesaikan studinya di Unhas, Andi Sudirman langsung merambah dunia profesional. Di perusahaan Multinasional 'Thiess Indonesia' dia memulai kiprahnya . Persentuhannya dengan tenaga kerja ahli dari barat banyak memberi pelajaran berharga bagi dirinya. Etos kerja yang berorientasi pada hasil serta profesionalisme yang bertumpu pada kreativitas menjadi acuan paling kuat bila bekerja di sebuah perusahaan intenasional.Â
Di sini, Andi Sudirman memiliki banyak kesempatan mengembangkan keahlian serta kecerdasan yang telah diasahnya sejak kecil hingga kuliah dulu. Karena kemampuan berpikir out of the box yang dimilikinya, karir Andi Sudirman melejit. Kemampuannya membangun sistem dan mengimplementasikannya dalam produk kerja membawa Andi dipercayakan dan terlibat dalam mengelola proyek investasi asing senilai ratusanTriliun di seluruh wilayah kerja PT Thiess.Â
"Dengan usia yang demikian muda namun kepercayaan dan tanggung jawab yang telah mampu diembannya di proyek gas salah satu perusahaan terbesar di dunia ini (ConocoPhillips Amerika-Hyundai Korea Selatan-Thiess Australia) menjadikan sosok Andi Sudirman benar-benar telah matang dalam dunia profesional".
Kematangan profesional inilah yang menjadikan Andi Sudirman sangat menyukai tantangan. Dalam dirinya, Andi Sudirman membentuk watak yang sangat kuat untuk terus menjajal keahliannya, terutama di bidanga Migas. Maka selepas dari 'Thiess Indonesia', dia kemudian merambah dari satu perusahaan multinasional ke perusahaan multinasional lain. Hingga akhirnya ia masuk ke perusahaan migas multinasional asal Australia, 'Petrosea' Sebuah perusahaan yang bergerak di bidang jasa kontrak pertambangan, engineering, Project Managemen serta Oil and Gas Service.Â
Di Petrosea, dalam usia masih di bawah 27 tahun mengembang amanah day to day Construction Manager dengan metode berpikir yang selalu berbeda dan jitu. Sebagai contoh ketika Andi berhasil menunjukkan kemampuan berpikir out of the box dalam menyelesaikan proyek giant water tank painting/ finishing di konstruksi pabrik emas.Â