Mohon tunggu...
Dina Febiyanti
Dina Febiyanti Mohon Tunggu... Konsultan - Antropolog - penulis

coffee, susu, indomie, memasak, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Hukum

"THROPY" DI PERSIDANGAN

11 Juli 2023   12:42 Diperbarui: 22 Juli 2023   15:49 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya paham bahwa menutupi hal itu tidaklah gampang, dan tentu itu sakit. Tapi anak-anak gak pernah meminta dilahirkan terlebih dengan kondisi begini. Saya tidak bermaksud ingin  mendramatisir tentang kehidupan seseorang yang Divorce,  tetapi memang benar adanya bahwa mental anak yang tumbuh dari orangtua yang bercerai tentu sangat jauh berbeda dengan anak yang tumbuh dari keluarga yang utuh. Kehidupan anak dengan orangtua bercerai akan rentan terhadap konflik, yang bahkan tidak berkesudahan sampai anak tumbuh dewasa. Anak akan jadi lebih sensitif, agresif, depresi, dan lebih emosional.

Tanpa perlu mencaci maki dan menjelekkan salah satu pihak, saya yakin bahwa kelak anak akan tau siapa yang berjuang saat mereka dewasa nanti dan itu akan worth it.  Jadi ketika berpisah dengan cara yang baik, damai, dan ikhlas justru tidak membuat anak berpikiran bahwa mereka seperti 'thropy' yang pantas untuk di menangkan. Jika berpisah dengan cara yang  damai maka pihak yang dirugikan juga tidak ada, dan yang merasa paling di rugikan atau di untungkan  pun juga tidak ada. 

Jadi buibuu dan pakbapakk yang mau memutuskan menikah lagi di kemudian hari juga lebih gampang untuk memberi pemahaman pada anak. Hubungan antara Ayah dan Ibu kandung mereka terhadap orangtua sambung mereka juga lebih mudah terjalin. Jadi mulai sekarang berhenti ya untuk menjadikan anak-anak 'Thropy" di persidangan perceraian bunda-bunda dan bapakss bapakss yaa. Keributan cukup terjadi di dalam rumah tangga saja, jangan sampai keributan terus berlanjut  yang malah akan menjadi buntut yang berkepanjangan. 

Menurut saya siapapun yang salah dan benar dalam perselisihan perceraian, kedua belah pihak berhak mendapatkan peran yang sepadan di kehidupan anak. Entah itu berhak untuk mendapat tempat menjadi Ibu yang berarti, maupun jadi Ayah yang berharga untuk anak.  Sebab orangtua tetaplah berharga bagi anak. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun