Sepulang kantor penulis menjemput pujaan hati ke kantornya di jalan MT Haryono, sekembalinya dari sana langsung bergabung dengan teman-teman BBC (Bangda Bikers Community) yang sudah menunggu sedari pukul 17.00 WIB. Selepas magrib sekira pukul 18.30 rombongan BBC meluncur sekitar 12 motor dengan berbagai macam merk dan type menyusuri kerasnya aspal dari kalibata 20, volvo, pasar minggu, margonda, juanda, raya bogor, sentul, gunung geulis, gadog, puncak bermalam di SPBU cipanas-cijedil.
Kira-kira pukul 05.30 ba'da shalat subuh rombongan menuju Gunung Padang cianjur, rombongan terpecah 2 karena yang satu sarapan bubur ayam dahulu di daerah per3an arah sukabumi sedangkan yang satunya lagi saat di indomaret warung kondang langsung menuju Situs Gunung Padang. Penulis ikut rombongan yang makan bubur ayam, bubur ayamnya tidak pakai kuah, endul dan murah meriah pantas saja yang membeli ramai dan bermobil-mobil.
Perjalanan setelah sarapan bubur ayam dilanjutkan melalui jalur stasiun Lampegan, jalannya lebih kecil dibanding yang melalui warung kondang, banyak persawahan dan udaranya segar sekali, oksigen murni terasa di saluran pernafasan kami. Sebelum memasuki kawasan situs gunung padang kami disuguhi pemandangan sunrise dan penampakan Gunung Pangrango yang indah, clear dibalut awan tipis-tipis. Sepanjang jalan menuju kawasan situs  di kiri kanan jalur jalan di cor mulus terdapat kebun teh yang sangat indah dan alami.
Sesampainya di pintu gerbang kawasan situs terdapat masjid dan area parkir yang tertata rapih dan unik, terdapat beberapa warung dan homestay untuk para pengunjung. Pengunjung di gapura awal akan dikenakan tarif pertama 5rb rupiah/org, parkir motor 5rb/motor, tiket masuk ke situs gunung padang sekitar 10rb/org. Ada 2 jalur pendakian, yaitu yang track 170 m (curam menanjak lurus dengan kemiringan 45-60 derajat) sedangkan track yang satunya sepanjang 380 m (lebih landai dan agak memutar). Saat rombongan sduah mulai masuk ke situs ternyata saat penulis berdialog dengan pemilik warung-warung kopi, terdapat track yang bisa dilaui motor sampai undakan pertama di puncak situs.
Ingatan penulis kembali ke usia saat penulis TK pernah diajak oleh almarhum ayah ke daerah cianjur malam-malam menyusuri tangga-tangga batu dan ternyata itu adalah Gunung Padang yang kala itu dibuat ritual atau tawasulan oleh ahli ahli ghaib qiqiqiqi...dan klop apa yang pemilik warung katakan, bahwa Gunung Padang sebelum diadakan penelitian tahun 2011, tempat tersebut didatangi para peziarah bahkan dari myanmar, thailand bahkan india. Tulisan-tulisan aksara sunda disana lebih tua dari aksara india, bahkan artikel terakhir yang penulis pernah baca, bahwa situs gunung padang bak pyramid yang lebih tua usianya dari pyramid di mesir.
Saat kami masih di bawah, di sekitar stasiun Lampegan terlihat jelas bentuk Gunung Padang seperti pyramid dari kejauhan, ada sisi gunung tersebut yang berbentuk dinding lurus seperti batu licin memanjang dan terkena sinar matahari memantulkan cahaya seperti ada kandungan logamnya. Kalau kita mengetuk-ngetuk batu yang ada di gunung padang kekerasannya seperti besi, cerita pemilik warung lagi, bahwa saat penelitian berlangsung, ada alat berat yang sampai patah dan bengkok saat mau memindahkan salah satu batu yang kira-kira sebesar meja belajar mungkin beratnya sekitar 2 ton.Â
Menurut warga disana kalau dikelola dan di eksplorasi mungkin warga desa di sekitar Gunung Padang akan kaya raya, karena kandungan logam tanah disana bahkan ada yang mengandung emas dan masih di eksploitasi oleh ANTAM samapai saat ini, ada beberapa lobang tambang bekas peninggalan Belanda yang terbengkalai di kaki-kaki Gunung Padang. Menurut penulis wajar kenapa dahulu banyak ahli ahli ghaib yang datang kesana, karena memang gelombang elektromagnetik disana tinggi sekali ditambah cerita-cerita penduduk disana yang mengatakan kandungan logam disana sangat mumpuni, bahkan untuk mendapatkan signal HP yang bagus dan clear kita harus naik dulu ke ketinggian 5-10 meter dari pintu asuk situs Gunung Padang.Â
Teman-teman, kalau ke Gunung Padang jangan lupa menikmati duren, gula aren, madu dan kopi asli Gunung Padang. Cekidot....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H