Bangka Barat merupakan kabupaten yang memiliki bermacam ragam tempat wisata seperti Museum Timah Indonesia, Wisma Ranggam, Pesanggrahan Menumbing dan lain sebagainya. Tapi Bangka barat memiliki suatu objek wisata yang menjadi ikon kota Muntok yaitu Pantai Tanjung Kalian. Keindahan alamnya benar-benar dapat memanjakan mata siapapun yang melihatnya, Tak ayal Pantai Tanjung Kalian dapat menarik wisatawan dari dalam negeri dan berpotensi juga membuat Wisatawan Mancanegara penasaran akan keindahan alam dan wisatanya.
Pantai Tanjung Kalian sendiri memiliki sebuah bangunan yang menjadi ikon yang bersejarah, yaitu mercusuar. Mercusuar yang dibangun tahun 1862 oleh Belanda dengan arsitektur bergaya Inggris, ketinggian mercusuar sendiri diperkirakan setinggi 56 M dan masih berdiri dengan kokoh hingga saat ini. Mercusuar ini masih berfungsi dengan baik, dan memancarkan cahaya lampu sejauh 25 mil untuk memandu kapal-kapal yang keluar masuk Selat Bangka.
Â
Sekarang kita bisa naik ke Mercusuar hanya dengan merogoh kocek sebesar Rp 10.000 saja. Harga yang sangat murah untuk menikmati keindahan objek wisata bersejarah. Mercusuar Tanjung Kalian terdiri dari 16 lantai dengan ratusan anak tangga di dalamnya, dan 2 lantai terakhir berupa tangga kayu. Kita dapat melihat segala aktivitas pelabuhan serta keindahan alam kota Muntok saat melihat dari atas Mercusuar.
"Karena sejarah itulah diakui nasional dan jadi warisan Indonesia dan sekaligus bukti nyata perang dunia kedua serta bukti penjajahan Belanda pernah disitu dengan hadirnya mercusuar itu" Ucap M Ridho Nurizky, Salah satu finalis Bujang Dayang Bangka Barat 2022, Rabu (14/12/2022).
Disini juga dibangun sebuah Monumen Perang Dunia II pada 2 Maret 1993 yang tak jauh dari Mercusuar. Monumen ini untuk mengingatkan kembali korban Perang Dunia II dan tenggelamnya sebuah kapal perang Sekutu diselat Bangka tahun 1942. Monumen perang dunia II itu khusus dibangun untuk mengenang kembali peristiwa kapal SS Vyner brooke yang di bom dan tenggelam dilaut Muntok. Para korban yang meninggal pada saat itu berjumlah 12 orang.
Selain monumen tersebut, ada sebuah bangkai kapal tua Van der Parra yang tenggelam karena dihujani bom oleh Jepang. Sebelum tenggelam, Van der Parra ditarik ke tepi pantai. Selain kapal tersebut masih banyak bangkai kapal peninggalan perang dunia kedua yang terdampar di sana.
Di Pantai Tanjung Kalian juga banyak gazebo-gazebo yang dapat digunakan oleh pengunjung secara gratis tanpa merogoh kocek sedikit pun. ditambah dengan banyaknya pelaku UMKM yang berjualan disana. Pelaku UMKM tersebut biasanya berjualan otak-otak, empek-empek kulit, minuman dan lain sebagainya. Hal tersebut juga dapat menarik minat wisatawan karena dapat menikmati keindahan alam sekaligus menikmati makanan yang ada disana.
Hal ini juga menjadi poin penting untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat lewat UMKM. Selain mengembangkan Bangka Barat dari segi pariwisata, Pantai Tanjung Kalian secara tidak langsung telah ikut memberdayakan para pelaku UMKM yang ada di Bangka Barat.
Tapi dibalik keindahannya tidak kita pungkiri bahwa masih banyak pengunjung pantai yang tidak memiliki kepekaan terhadap kebersihan, masih banyak ditemukan bekas-bekas botol minuman, plastik dan sampah anorganik lainnya. Padahal di tempat-tempat wisata di Bangka Barat sudah difasilitasi oleh tempat sampah.
 "Permasalahan utama di Pantai Tanjung Kalian adalah pengunjung wisata dan kurangnya kesadaran padahal sudah dikasih tahu jangan buang sampah di area pantai, selain itu adanya sampah dari masyarakat lokal yang tembus ke pantai lewat muara, intinya permasalahan itu ada di kesadaran wisatawannya sendiri." Ucap Rido.
Pantai Tanjung kalian di Muntok sangat berpotensi untuk menjadi daya tarik wisatawan yang ada di dalam maupun luar negeri karena berbagai aspek telah terpenuhi baik dari sejarah, sosial budaya, alam, lingkungan dan sebagainya. Asalkan pantainya terus dirawat baik dari pemerintah dan dibantu dengan sinergi dari masyarakat dan wisatawan yang ada di Bangka Barat.
Sumber :Pantai Tanjung Kalian
Penulis :Deza Arlian
Fotografer : Deza Arlian
Editor :Deza Arlian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H