Bagaimana dengan thymos? dari thymos kita mempelajari bahwa seseorang memiliki kecenderungan untuk ingin diakui, termasuk seorang siswa. Maka dari itu, kita perlu mengakui keberadaan seseorang, mengakui bahwa dia memiliki martabat yang sama seperti kita sebagai seorang manusia dan sebagai seorang siswa. Akan tetapi hal ini perlu diperhatikan secara mendetail, diperlukan stimulus dari guru untuk memeberikan pemahaman yang lurus dan arah yang jelas ke mana pengakuan tersebut harus disalurkan.Â
Mencegah perundungan terjadi di lingkungan sekolah bukanlah suatu hal yang mudah, diperlukan peran aktif dari pihak sekolah baik itu guru maupun staf dan perlunya pemahaman yang dapat membentuk kesadaran kuat dari para siswa untuk melawan penyakit ini. selain itu keberanian korban untuk keluar dari lingkaran perbudakan yang menyesakan pun sangat diperlukan. Maka dari itu, saya ingin megajukan beberapa hal teknis turunan dari konsep di atas untuk melerai masalah ini.
1. Seminar anti perundungan
Adanya seminar perundungan adalah untuk memberikan pemahaman dan kesadaran kolektif terhadap masyarakat di sekolah, dari mulai siswa, guru, staff, bahkan orang tua siswa sekalipun. Dengan adanya seminar ini kita dapat memberikan pemahaman apa itu perundungan, apa saja faktor dan bentuknya, dan seberapa besar dampak yang ditimbulkan dari perilaku jadah ini bagi sang korban, pelaku dan tentunya masa depan pendidikan Indonesia. Dengan memberikan edukasi yang membangun kesadaran kolektif ini, kita dapat memperkecil ruang dan kemungkinan terjadinya kegiatan perundungan di sekolah.
2. Peran aktif tenaga pendidik dalam memberikan stimulus
Tenaga pendidik seperti guru dapat berperan dalam memberikan edukasi tentang perundungan ini, guru dapat memberikan stimulus seperti perlakuan yang sama bagi setiap siswa baik yang nakal maupun yang lemah. Dengan perannya, guru bisa menjadi tempat curhat bagi korban perundungan bahkan guru dapat menjadi tempat curhat bagi siswa nakal tentang apa yang ia lalui dan memberikan wejangan dan solusi untuk memperbaikinya.
3. Membentuk Pos Pengaduan dan Kampanye anti perundungan
Pos pengaduan dapat memberikan pertolongan pertama dan menjadi secercah harapan bagi korban, dengan adanya pos ini kita dapat memutus rantai masalah yang terjadi. Selain itu, dengan mengajak kontribusi aktif dari siswa kita dapat membuat kampanye anti perundungan seperti membuat poster anti perundungan dan menjaga lingkungan sekolah dari kegiatan jadah tersebut, hingga akhirnya dapat membuat claim bahwa sekolah kita bersih dari kegiatan jadah tersebut.
Penghujung Jumpa
Permasalahan perundungan di sekolah bukan sekadar gangguan kenyamanan, melainkan ancaman serius terhadap tumbuh kembang siswa. Perilaku ini, yang berakar pada ketidaksetaraan dan pengabaian terhadap martabat manusia, telah meracuni lingkungan belajar yang seharusnya menjadi ruang aman bagi setiap individu. Dengan memahami akar masalah dari perspektif psikologis dan sosial, kita dapat menyusun strategi pencegahan yang komprehensif.Â
Melalui pendidikan karakter, pembentukan lingkungan sekolah yang inklusif, serta dukungan dari seluruh komponen sekolah, kita dapat menciptakan budaya sekolah yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. Ingatlah, setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas tanpa bayang-bayang ketakutan. Mari bersama lawan perundungan dan bangun sekolah yang ramah, aman, dan mencerdaskan.Â
Penghujung Jumpa, di akhir tulisan ini  saya ingin bertanya kepada para pembaca terlepas siapapun itu kalian, apa yang akan kamu lakukan jika seseorang disekitarmu dirundung? terkahir jika anda memiliki pendapat tentang perundungan ataupun ingin bercerita tentang masalah tersebut dipersila untuk koment.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H