Mohon tunggu...
Dewi Yunita Anjani
Dewi Yunita Anjani Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswa yang gemar menulis hal fiksi dan berharap kisah hidupnya seperti dunia fiksi yang di karang

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kepergian yang Kembali

5 Juli 2023   06:55 Diperbarui: 5 Juli 2023   07:02 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kala mentari sedang begitu teriknya dari ufuk timur menyinari seluruh isi bagian bumi tanpa terkecuali. Hingga peluh tiap manusia bersimbah di seluruh nadi dengan begitu deras. Berbagai kereta berlalu lalang dengan begitu cepat tak lupa dengan serpihan debu yang ia sampaikan kepada udara dan manusia yang berbaris menunggu kehadirannya dengan pasti.

Aku salah satu orang yang berbaris kala itu, memandang dengan pilu keramaian yang ada. Ratusan manusia memenuhi segala sudut stasiun dengan penuh desakan. Tidak ada alasan yang pasti mengapa ku berdiri di sini, jika tidak lain karena janji temu kepada seorang yang kehadirannya seharusnya telah usai 4 tahun lalu lamanya.

Namun, begitu naifnya diri ku ini, memanggil kembali ia dengan alibi cerita yang lalu belum usai jika tidak karena egonya. Entah karena kebodohannya ia menuruti segala perkataan ku ini atau karena memang ada sebuah rasa simpati yang tersimpan di benaknya atau mungkin terdapat rasa yang lebih ? Entahlah, aku tidak mengerti sekalipun mengapa ia menuruti kemauanku untuk kembali bertemu kini. Saat ini ia berjanji untuk menyelesaikan hal lalu sampai tuntas.

Berbagai cara ia lakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang ku ungkit ini. Telah banyak pula perbincangan dan perjalanan yang kita lewati dari air mata, canda, gurau dan yang berakhir kembali pada sebuah perpisahan. Saat itu aku mengungkit hal yang lalu sebenarnya, karena sebuah alibi yang tidak beralasan. Namun kenyataannya hal itu dia pandang sebagai permasalahan besar yang belum terselesaikan dengan baik.

Pertemuan saat ini, adalah penutup dari perjalanan sebelumnya yang kita lalui bersama. Karena perihal lalu yang ku ungkit telah tuntas dan usai. Walaupun sebenarnya, ada rasa yang tumbuh dengan begitu egois di dalam benak kita masing-masing. Namun, hal itu bukanlah alasan yang besar untuk kembali melanjutkan perjalanan cerita kita. Karena kita berdua tahu hal yang selanjutnya jika dipaksakan untuk berlanjut hanya saling menyakiti satu sama lain. Dirinya yang ingin melanjutkan perjalanan dengan singgah di berbagai tempat sedangkan aku? hanya menetap di sini dengan sebuah kesunyian.

Aku menemui sosoknya di antara celah ratusan manusia di stasiun ini, dirinya yang begitu tenang bersandar disalah satu tiang penyanggah dengan tatapannya lurus mengarah rel kereta. Aku berjalan dengan begitu pasti menghampirinya. Tidak ada sepatah kata pun yang kukatakan saat telah sampai di samping sisinya. Begitu pula dengannya, hanya secarik senyum yang ia perlihatkan dan tatapan matanya yang begitu sendu dan tenang.

Hati dan pikiranku berkecamuk dengan begitu ramai. Apakah ini benar, menjadi pertemuan terakhir? apakah ini menjadi percakapan terakhir juga? Pertanyaan lainnya silih berganti dengan begitu ramai. Secara tidak sadar genggaman tangannya telah begitu erat menggenggam tanpa perizinan dari ku. Sedangkan dirinya seakan tidak peduli tetap memandang ke arah rel kereta api dengan diam. Entahlah, aku binggung dengan semua ini, rasanya begitu berkecamuk, genggaman ini yang ku nanti setelah sekian lamanya, kembali hadir.

Kereta yang kami tunggu telah sampai kehadirannya dan berhenti dengan begitu tenang menunggu penumpang untuk menaikinya. Perlahan kami menaiki kereta dan menyusuri tiap peron untuk mencari tempat duduk yang tidak bertuan untuk ditempati. Sekian lama menelusuri akhirnya kami mendapatkannya dan duduk dengan begitu tenang.

Genggamannya tetap tidak lepas hingga saat ini, entah sampai kapan genggam aku pun tak tahu, hanya ku nikmati saja rasa yang berkecamuk ini dengan diam.

"Tidak apa bukan?"

Ucapnya lirih tepat di samping telinga ku, sontak aku pun menengok kelarahnya dan menjawab dengan anggukan saja. Keadaan pun kembali hening diantara kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun