Mohon tunggu...
Dewi yuniasih
Dewi yuniasih Mohon Tunggu... Dosen - UAD

Seorang dokter dan dosen kedokteran yang suka belajar pengalaman banyak orang.

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Undangan dan Rasa Kebermilikan

15 Januari 2025   14:00 Diperbarui: 15 Januari 2025   13:53 15
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Dalam masyarakat yang saling terhubung, acara dan pertemuan sering kali memiliki makna yang melampaui tujuan utamanya. Baik itu pernikahan, wisuda, upacara keagamaan, atau peristiwa sakral lainnya, momen-momen ini melambangkan kesatuan, identitas, dan pencapaian emosional bagi individu yang terlibat. Namun, ketidakhadiran undangan ke acara semacam itu dapat memicu respons emosional yang kompleks pada beberapa orang, yang muncul sebagai kesedihan, kemarahan, atau bahkan rasa keterasingan. Reaksi-reaksi ini berakar pada kebutuhan manusia akan kebermilikan dan keterikatan psikologis terhadap ritual-ritual komunal dan budaya.

Pentingnya Undangan dalam Hubungan Antar Manusia

Sebuah undangan lebih dari sekadar permintaan formal untuk hadir; undangan ini berfungsi sebagai pengakuan sosial atas sebuah hubungan. Undangan menyampaikan kepada penerimanya bahwa mereka dihargai, penting, dan termasuk dalam lingkaran kepercayaan dan kasih sayang dari penyelenggara acara. Bobot simbolis ini sangat terasa dalam masyarakat di mana ikatan komunal dan hubungan memiliki nilai budaya yang besar. Bagi mereka yang tidak diundang, ketidakhadiran undangan dapat terasa seperti pernyataan penolakan yang disengaja, yang memicu perasaan terluka dan kekecewaan.

Rasa keterasingan ini sering kali muncul dari kebutuhan manusia akan kebermilikan---sebuah kebutuhan psikologis inti yang diidentifikasi oleh psikolog seperti Abraham Maslow dalam hierarki kebutuhannya. Menjadi bagian dari komunitas atau kelompok sosial menawarkan keamanan emosional, harga diri, dan rasa tujuan. Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi, respons emosionalnya bisa sangat intens, terutama jika individu yang tidak diundang memandang acara tersebut sebagai bagian penting dari narasi sosial atau keluarga yang mereka bagi.

Psikologi Kepemilikan dan Keterikatan

Rasa kepemilikan atau keterikatan terhadap suatu acara sering kali memainkan peran penting dalam memperbesar respons emosional terhadap ketidakikutsertaan. Keterikatan ini dapat dibentuk oleh faktor budaya, keluarga, atau pribadi. Sebagai contoh, seorang anggota keluarga mungkin merasa berhak untuk menghadiri pernikahan karena hubungan kekerabatan mereka, atau seorang teman lama mungkin mengasumsikan mereka akan diundang ke tonggak penting seperti wisuda atau upacara keagamaan. 'Kepemilikan' yang dirasakan ini menumbuhkan harapan yang, ketika tidak terpenuhi, dapat menyebabkan perasaan pengkhianatan atau ketidakbermaknaan.

Dari perspektif psikologis, emosi-emosi ini terkait erat dengan konsep identitas dan harga diri. Ketika individu mengaitkan identitas mereka dengan hubungan tertentu atau kelompok sosial, ketidakikutsertaan dapat ditafsirkan sebagai penyangkalan atas identitas tersebut. Sebagai contoh, jika seorang sepupu tidak diundang ke pernikahan, mereka mungkin mempertanyakan pentingnya mereka dalam hierarki keluarga, yang mengarah pada perasaan ketidakcukupan atau harga diri yang menurun.

Ketidakhadiran pada Sebuah Undangan

Ketidakhadiran pada sebuah undangan sering kali menjadi sumber refleksi bagi individu yang diundang maupun yang mengundang. Mereka yang tidak hadir mungkin merasa bersalah, terutama jika acara tersebut memiliki nilai emosional atau sosial yang tinggi. Ketidakhadiran bisa terjadi karena berbagai alasan, mulai dari konflik jadwal hingga faktor logistik seperti jarak atau kesehatan. Meski begitu, ketidakhadiran juga dapat dianggap sebagai pernyataan implisit tentang prioritas atau hubungan individu dengan penyelenggara acara.

Dari sudut pandang penyelenggara acara, ketidakhadiran tamu tertentu bisa meninggalkan perasaan kehilangan atau bahkan penolakan, terutama jika tamu tersebut memiliki hubungan yang erat dengan mereka. Dalam konteks ini, komunikasi menjadi kunci untuk menjembatani potensi kesalahpahaman. Penjelasan yang jujur dan pengertian dapat membantu kedua belah pihak memahami situasi tanpa memengaruhi hubungan secara negatif.

Tidak Diundangnya Seseorang dalam Acara Penting

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun