Mohon tunggu...
Nyimas Dewi Yulia
Nyimas Dewi Yulia Mohon Tunggu... Penulis - Menulis adalah jiwa dan rasa

Penulis cerpen dan buku kumpulan puisi berjudul Jatuh Cinta

Selanjutnya

Tutup

Diary

Aku Sakit Bu...!

28 Oktober 2024   20:00 Diperbarui: 28 Oktober 2024   22:33 28
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : Nyimas Dewi Yulia

Dear diary,

Saat sakit begini, orang yang aku paling rindukan adalah Ibu. Dulu waktu kecil, setiap sakit melanda, aku minta Ibu untuk memeluk tubuhku. Dan entah ada kekuatan apa ditubuhnya, rasanya badan ini jadi sehat setelah tertidur dipelukan Ibu. Sambil menangis, biasanya aku mengadukan sakit yang aku rasakan. Dan ibu dengan kasih sayang biasanya menggosok-gosokkan tangannya di punggungku sambil komat-kamit berdoa untuk kesembuhanku. Tak lupa dia ambil minyak kelapa yang ditambahkan gerusan bawang merah dan diborehkan di punggungku. Rasanya panas dan agak bau, tetapi badan rasanya jadi lebih sehat.

Baca juga: Maafkan Aku Ibu

 

Pernah juga dulu waktu aku di sekolah, aku jatuh dan jidatku benjol. Seperti biasa aku langsung mencari Ibu. Saat itu Ibu terlihat khawatir sekali, tetapi kemudian dia tersenyum lebar dan menghibur aku, "Gak apa-apa ini, sebentar aja Ibu usap nanti sembuh nduk," dan Ibu kemudian hanya mengelus2 jidatku yang benjol itu dengan rambutnya. Dan lagi-lagi aku merasa nyut-nyutan di jidatku berkurang. Akupun pura-pura tidur dalam gendongan Ibu, sambil mencium wangi lidah buaya dari rambut Ibu. Dan aku tahu Ibu membiarkan aku tertidur dipelukannya, sampai akhirnya aku tertidur sendiri.

Ahh Ibu, mengapa banyak kenangan indah bersamamu dalam kesederhanaan kehidupan kita?  Aku teringat saat tanganku tiba-tiba bengkak, aku raba terasa sakit sekali dan seperti ada gunung kecil di sana. Aku panik dan menangis karena takut melihat gunungan kecil yang memerah ditanganku. "Ibuuuu..., ini kenapa ya bu tanganku, kok ada gunungan gini bu? Sakit bu kalau kesenggol," sambil menangis aku pegang tanganku dan menunjukkan ke Ibu. Lalu Ibu melihat dengan teliti apa yang terjadi dengan tanganku, setelah itu ibu berdiri dan berkata,"Ibu ke pasar dulu ya. Itu bisul yang di tangan kamu harus cepat ibu kasih telor kodok, nanti dia akan cepat meletus dan sembuh."

Ibu pergi begitu saja meninggalkan aku yang terkaget-kaget saat mendengar ibu mau membeli telor kodok. Berkecamuk perasaan di dadaku. Pikirku, bagaimana ini kalau nanti telor kodok itu menetas? akan banyak kodok di rumah ini. Oh Tuhan, Ibuuuu...

Baca juga: Kenapa Aku Tuhan

Akhirnya Ibu pulang dengan membawa telor kodok itu. telornya kecil-kecil berwarna coklat. "Untung di Toko Obat ko Daniel masih ada telor kodoknya, katanya lagi musim orang bisulan nduk."

Baca juga: Manusia Biasa

'Waduh bu, bisulan ada musimnya juga ya bu? Aku pikir cuma musim hujan,musim mangga dan musim durian yang ada," ucapku membercandai Ibu. Ibu tertawa sambil mengambil mangkok diisi air, dia mulai memasukkan telor kodoknya dan mengaduk-aduk dengan pelan.

"Sini mana tangan kamu? Ibu oles ya, gak sakit kok nak." Ibu meraih tanganku dan mulai mengoleskan telor kodok yang sudah diolah oleh Ibu. 

Setelah 3 hari tanganku benar-benar sembuh. Bisulnya pecah dan sudah tidak sakit lagi. Lambat laun, kulitku kembali seperti semula, hanya saja bekasnya yang belum hilang. Kata Ibu, perlu waktu sekitar 2-3 bulan sampai akhirnya akan benar-benar hilang bekasnya. 

Aku bahkan hampir tidak percaya lagi dengan dokter saat itu. Buatku, Ibu adalah dokterku yang bisa mengobati apapun sakit yang aku derita. Dan sekarang aku kehilangan Ibu, tempat aku berkeluh kesah dan mengadukan kesakitanku.

Ibu... Begitu banyak kenangan dan kasih sayang yang kau berikan, sungguh tiada kerinduan yang melebihi kerinduan kepadamu. Alfatehah.   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun