Mohon tunggu...
Nyimas Dewi Yulia
Nyimas Dewi Yulia Mohon Tunggu... Penulis - Menulis adalah jiwa dan rasa

Penulis cerpen dan buku kumpulan puisi berjudul Jatuh Cinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Orang Tua Yang Terbuang

19 Oktober 2024   19:12 Diperbarui: 19 Oktober 2024   19:27 111
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


Cerita ini sedih sekali, tapi banyak nasehat kehidupan  yang bisa kita petik dari sini. 

Berawal dari sebuah rumah mewah yang isinya kosong dan sepi. Bayangkan saja rumah seluas 1000 meter itu dihuni hanya 3 orang. Sepasang suami istri yang sudah sepuh dengan satu anak laki-laki umur 22 tahun yang masih kuliah semester akhir.

Dengan luas rumah itu, bisa dibilang mereka orang kaya lama yang bertahan dengan kekayaannya,mereka tidak pindah ke rumah lebih kecil, padahal kalau dipikir buat apa juga nempatin rumah sebesar itu saat ini. Sang suami sebut saja om Ari, sudah lama pensiun sebagai direktur salah satu perusahaan swasta, dan istrinya tante Yanti yang seorang ibu rumah tangga, adalah tipe istri yang penurut dan cekatan.

Semasa mudanya, Tante Yanti  yang mengurus sendiri ke-3 anaknya tanpa bantuan dari siapapun. Dari kehebatannya, 2 dari 3 anaknya ini bisa menyelesaikan kuliah dengan baik dan semua sudah bekerja dengan penghasilan yang lumayan. Tinggal 1 orang anak yaitu Johan yang masih kuliah dan tinggal dengan mereka. Kedua anak yang lain sudah menikah dan menempati rumah mereka masing-masing.

Semasa muda Om Ari adalah seorang eksekutif muda yang hebat, kariernya gemilang dan penghasilannya bisa dibilang sangat besar. Om Aripun menyerahkan semua uang yang ia peroleh kepada Tante Yanti dan dikelola dengan baik,sehingga mereka hidup berkecukupan kala itu. Dari hasil menabung, om Ari bisa punya rumah mewah yang mereka tempati sekarang dengan 2 rumah mewah lain dan tabungan yang lumayan besar saat itu.

Tetapi satu persatu anaknya menikah, om Ari dan Tante Yantipun sedikit demi sedikit mengambil tabungan yang mereka simpan berpuluh-puluh tahun untuk membiayai pesta pernikahan anak-anaknya. Tidak sampai disitu, mereka juga menghadiahi setiap anak yang sudah menikah dengan sebuah rumah yang sudah dipersiapkan oleh om Ari untuk ditempati anaknya, berikut dengan perabotan dan mobil baru.

Om Ari berkata kepada istrinya, bila itu adalah kebanggaan buat dia dan membuat dirinya tenang, karena setiap anak sudah diberikan bekal untuk masa depan mereka dan cucu-cucunya kelak. Sementara untuk sang anak bungsu, om Ari sudah mempersiapkan rumah utama yang mereka tinggali sekarang.

Masalah mulai datang saat om Ari akhirnya harus pensiun dari pekerjaannya. Sebagai karyawan swasta, om Ari tidak mendapat uang pensiun setiap bulan juga asuransi yang dulunya di tanggung oleh perusahaan akhirnya juga tidak bisa di pakai lagi. Demikian akhirnya suami istri ini mulai berbenah diri menghadapi masa pensiun tanpa penghasilan lagi. Mereka harus bertahan dengan uang tabungan yang tersisa untuk membiayai hidup juga untuk kuliah si bungsu sampai lulus nanti.

Semua berjalan dengan baik, sampai akhirnya Tante Yanti di vonis menderita sakit Jantung dan harus di rawat di rumah sakit. Saat itu dengan percaya diri om Ari membiayai sendiri biaya rumah sakit istrinya dan memasukkan istrinya ke salah satu rumah sakit ternama untuk di rawat. Om Ari berfikir hanya 3-5 hari istrinya akan sembuh.

Tetapi perkiraan nya salah. Tante Yanti ternyata punya komplikasi beberapa penyakit yang membutuhkan penanganan lebih lanjut. Sampai tidak terasa sudah hampir satu bulan Tante yanti di rawat. Total uang yang sudah dihabiskan oleh Om Ari hampir mendekati 1 Milyar, saat itu om Ari masih bisa tenang karena dia masih memiliki uang tabungan. Tetapi bulan berikutnya, om Ari mulai menyadari tabungannya nyaris habis untuk biaya rumah sakit sang istri.

Tibalah waktunya om Ari akhirnya tidak sanggup lagi menghadapi permasalahan ini, om Ari pun mengumpulkan anak dan menantunya. Om Ari menceritakan bagaimana kondisi keuangan mereka saat ini, dan kedua anaknya terkejut karena mereka berfikir ayah dan Ibunya berkecukupan dan punya banyak  tabungan, sehingga saat ibunya sakit, anak-anak hanya menjenguk tanpa memberi uang kepada  orang tuanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun