Pilkada serentak tahun ini, menjadi hal yang paling membahagiakan buatku, karena yang disiarkan, gak melulu seputar Jakarta.
Ya bagaimana tidak, TV-TV berita pada kebanjiran order dari KPU daerah buat sewa slot jam tayang debat publik berikut penyelenggaraannya. Saking banyaknya, ada yang harus menyiarkannya lewat streaming YouTube karena keterbatasan slot tayangan!
Bahkan, stasiun TV umum macam duo Trans juga di-booking penyelenggaraannya debat oleh beberapa KPU daerah, lalu merealisasikannya. Dengan alasan, menimbang netralnya media tersebut yang jadi incaran sebagian dari mereka buat menggelar debat yang bebas keterpihakan pada salah satu partai politik.
Karena mereka percaya, di era disrupsi digital seperti ini, toh TV masih dibutuhkan. apalagi untuk kalangan yang lebih suka menonton debat lewat TV sekalipun generasi muda, warga yang memiliki keterbatasan kuota internet, juga pemilih dari generasi baby boomers dan di bawahnya yang masing-masing berjumlah 28 juta dan 3,5 juta orang, yang sudah jelas sangat tertinggal dalam pengoperasian teknologi.
Jadi, hampir semua grup media menggelar debat pilkada, kan?Â
Hmmm, Emtek gimana ya? Sayangnya MOJI padat jadwalnya, soal live voli gak mau diganggu. Yang lain, pada mentingin rating, sih.
Namun, apakah penyelenggaraannya debat di TV nasional hanya gengsi belaka? Atau, karena pertimbangan hal-hal tertentu?
Soalnya, debat pilkada yang disiarkan seperti ini memang ada pro kontranya. bahkan ada yang menuangkan uneg-unegnya di berbagai media sosial. Akan aku lampirkan salah satu cuitan di X yang telah aku baca pagi hari ini.
Nah, yang bersuara soal penyelenggaraannya debat di TV yang sebaiknya di TV lokal, apa udah "main jauh" ke pelosok sana?
Tentu ada alasan kenapa KPU lebih memilih TV nasional buat penyiaran debat pilkada. Bukan buat gaya-gayaan biar seluruh Indonesia yang nonton. Gak kan?