A: "Jadi kalau WIB jam berapa?"
B: "Ya dikurangin sejam dong!"
Terus, bagaimana dengan perjalanan antar daerah, bahkan antar negara?
Karena Indonesia itu luas, setiap melakukan perjalanan ke daerah atau pulau lain, pasti bakal disambut dengan gegar budaya segala macam. Baik gaya ucapannya yang memberikan ciri khas, kebiasaan penduduk setempat, bahkan waktu yang kadang bikin linglung.
Misalnya saja, kalian bertugas di Papua, nih. Kalian akan menemukan bercak-bercak merah mirip darah karena kebiasaan mengunyah pinang. Kaget? Jangan heran yaaa, memang kebiasaan masyarakat di tempat itu!Â
Lalu, kalau kalian hendak nonton TV di pagi hari, anak-anak WIB yang tugas di sana bakal kebingungan karena stasiun TV nasional menayangkan adzan subuh! Haaaah???? Ya kali WIB itu lebih lambat 2 jam, di Papua kan pakai WIT; udah gak laku!
Sebaliknya, jika ada anak WIT atau WITA yang kuliah di Jawa, tentu bakal terbawa-bawa kebiasaan lama kan? Menambah-nambah waktu setiap ada jadwal acara, masih tersisa dalam benak. Sampai nyadar kalau ini wilayah WIB, harusnya gak perlu mencocok-cocokan waktu lagi; udah langsung saja!
Begitu pula kalau kalian ke luar negeri, terbang melintasi waktu. Makanya itu, hukum keumuman pun terjadi.
Kalau ke arah barat, berarti jam sampainya harus mundur, begitu pula ke arah timur yang berarti jadwal tiba menjadi seakan cepat berlalu.Â
Terlebih lagi kalau udah melewati Garis Tanggal Internasional dan ke Amerika misalnya, berarti melawan hari dan kembali jadi hari yang sama!
Nah, perjalanan antar daerah yang melompat-mundur area waktu, tentu ada dampaknya. Lha kita bawa badan yang terbiasa dengan zona waktu daerah asal, belum lagi jam sirkardian yang beritahu kita harus tidur jam berapa.Â
Kalau misalnya yang dari timur terbang dan tidur di wilayah barat, rasa-rasa ingin terlelap lebih cepat. Kebalikannya, kalau tinggal di barat harus pindah ke timur. Untuk tidur pun seolah-olah harus bergadang.