Berkat kekalahan Dai Nippon dan kecerdikan para pemuda dalam memanfaatkan momentum kekosongan kekuasaan (vacuum power), Indonesia bisa merdeka dengan usaha sendiri! Bukan embel-embel dari Jepang lewat hadiah janji manisnya; akan dimerdekakan?
Lalu, jangan lupakan wabah yang telah menjadi sejarah. Memang terkesan tak penting dan cenderung dilupakan, namun tetap saja berguna untuk menghadapi penyebaran penyakit di kemudian hari.
Sebelum pandemi yang mengglobal saat ini, virus korona SARS-CoV-2, pasti dunia telah mengalami yang namanya Flu Babi H1N1 tahun 2009, bahkan pada masa kolonial sekalipun di negeri ini, pernah ada pandemi Flu Spanyol. Malah, jauh sebelum itu, terjadi wabah Maut Hitam (Black Death) yang melanda tanah Eropa.
Semua itu dijadikan pelajaran, kalau menghadapi musim penyakit itu, harus dipersiapkan dengan lebih baik, walaupun dengan teknologi canggih sekalipun, tentunya hal-hal pencegahan secara teknis tetaplah jadi perhatian. Apalagi obat dan vaksinnya belum jua ditemukan!
Oh ya, ada lagi. Sejarah juga ada dalam agama yang kita yakini, dan pastinya tak bisa lepas dari itu.
Buktinya, waktu kalian membaca Kitab Suci, pastinya ada kisah para Nabi dan Rasul yang pastinya hidup zaman yang sudah lama. Tentu saja, ada nilai-nilai tentang kebajikan dan keburukan, serta dampaknya dalam hidup, lalu soal hubungannya dengan Yang Mahakuasa. Bukankah semua jadi pelajaran juga?
Apa pun itu, sejarah tetaplah ada dan harus ada. Ia adalah bukti eksistensi manusia dan peradabannya di dunia termasuk di tanah air tercinta. Semua itu ada masanya lagi sendiri-sendiri, dan nilai-nilai yang ditinggalkan dengan sekali lintasan waktu, itulah yang membuatnya berharga!
Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H