Tentunya, silsilah itu berguna sekali, terutama bagi orang yang berketurunan tokoh besar, ternama, apalagi bangsawan. Rasa-rasanya, darah yang diwariskannya membuatnya bangga, dan nilai-nilai yang didapatkannya akan menjadi tauladan.
Tidak hanya itu saja! dalam suku Batak, memiliki silsilah keluarga itu wajib hukumnya. Sudah pasti, biar lebih jelas asal usulnya seperti apa, yakan?
Maka, benarlah kalau rasa ingin tahu dicampur dengan kenangan, akan menghasilkan sejarah. Sejarah yang membuatnya bisa melihat diri sendiri, dunia, maupun bangsanya.
Sebagaimana yang diutarakan oleh Komaruddin Hidayat dalam buku Ungkapan Hikmah, bukankah manusia menyukai konsep kenangan? Bahkan, nalurinya ada kecenderungan untuk bernostalgia?
Tak seperti Filipina yang titik sejarahnya dimulai dari masa kolonial karena masa sebelum itu tidak banyak diabadikan melalui media, kita harusnya berbangga dong. Beruntung nenek moyang kita mewariskan hal-hal yang diukir dari masa lalu.
Prasasti, kakawin, candi, dan kebudayaan-kebudayaan yang masih lestari, itulah yang membuat kalian berbangga; "Indonesia itu sungguh kaya"!
Sejarah, Mewariskan Hal-Hal yang Jadi Pelajaran
Dalam sejarah itu, akan meninggalkan sesuatu. Dari sesuatu itulah diambil pembelajaran, yang baik diambil, yang buruk ditinggalkan.
Seperti itukah? Memang. Tiada yang dilalui waktu kecuali menghasilkan nilai-nilainya.
Hal-hal inilah yang dibutuhkan sebuah bangsa untuk memandunya menjalankan masa kini, untuk masa depan. Tak terkecuali bangsa Indonesia.
Jika tak ada sejarah, nilai-nilai apa lagi yang akan diambil untuk membangun karakter yang baik? Ambil dari luar negeri? Oh, sudah pasti tak mungkin dan bertentangan dengan jati diri!
Namun, sejarah itu tak muluk-muluk berisikan tentang Indonesia. Ada juga sejarah dunia, dari zaman batu, perang, dan lain sebagainya. Semua itu, ada pula yang disangkut-pautkan dengan sejarah negara kita tercinta, bukan?
Tahu Perang Dunia II, kan? Di balik berakhirnya perang pada 75 tahun yang lalu, ada pengaruh yang besar bagi kemerdekaan bangsa ini.