Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Belum Selesai COVID, Datanglah Penculikan!

4 September 2020   20:37 Diperbarui: 5 September 2020   11:01 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Shutterstock

Kemarin (03/09), kita sempat menyaksikan penambahan jumlah pasien positif virus korona COVID-19 yang telah mencapai puncaknya, yakni 3.622 kasus. Edan? Ya memang edyaan, karena tak terbayang bisa meraih angka sebanyak ini.

Tapi, jangan lupakan efek sampingnya. Pagebluk yang tengah diderita dunia ini, sudah menyeret ke sektor lainnya juga, tak hanya kesehatan. Secara tak langsung, pendidikan, politik, dan yang paling terpenting, ekonomi, terasa terancam hidupnya gegara si kecil virus SARS-CoV-2.

Hmmm, perihal ekonomi, ada turunan masalah yang menghampiri. Gara-gara novel coronavirus, kegiatannya terasa sepi. Produktivitasnya menurun. Lalu, ujung-ujungnya di-PHK, dan akhirnya berakhir dengan kemiskinan.

Siapa juga yang bakal dijebak dengan kemelaratan? Pastinya gak pengen. Namun, namanya rezeki kan berbeda-beda, sesuai dengan takdir yang telah Tuhan tetapkan untuknya.

Walaupun begitu, bukanlah kita semua wajib berusaha dan berdoa, karena kebutuhan tak bisa berhenti, ekonomi harus tetap berputar, gak peduli dalam hari-hari normal atau sedang ada pandemi.

Oh ya, tak semua manusia mencari tambahan penghasilan di masa sulit ini. Memang dasar ya, masih saja yang menghalalkan segala cara demi sesuap nasi. Akibatnya, muncul beragam modus, yang dibalut dengan atas nama keuntungan, padahal di dalamnya adalah KEJAHATAN!

Ya, itulah yang tengah terjadi sekarang ini.

Diriku saja sekarang tak bisa keluar dari rumah lebih jauh lagi. Memang, COVID belum bisa pergi, namun sudah datang suasana dengan masalah baru. Keadaan yang membahayakan bagi anak-anak dan perempuan.

Beberapa hari yang lalu, ada cerita seseorang yang Kakak temui, dia mengaku hendak diculik saat naik angkot. Sejak saat itu, Kakak kasih tahu ke saya, kalau ke kota sebelah, harus berangkat dengan ojek pribadi Papa. Berat sih, tapi ya gimana lagi, demi keselamatan, lho.

Kan soalnya pakai masker, wajahnya tertutup? Ternyata, itu belum cukup!

Karena, saat berjalan bisa memengaruhi. Atau, lagi lengah dan menyendiri. Itu masalahnya, apalagi diriku kalau keluar untuk beli sesuatu, selain jalan kaki, sendirian lagi!

Kalau boleh dikutip dari data yang dikeluarkan KPAI, tahun 2019 saja sudah 244 kasus penculikan anak, 56 di antaranya menjadi korban perdagangan. Salah satu turnannya, ya diambil organnya untuk dijual!

Nah, itu! walaupun memang sasarannya anak-anak, bukan berarti kaum wanita lepas dari intaian. Selain virus penyebab coronavirus disease 2019, ada juga tangan-tangan jahil yang siap menjerat mereka yang dianggap tak bisa menjaga keselamatan dirinya.

Kurasa, mungkin (kembali lagi) ke masalah ekonomi. Tekanan biaya dan tuntutan hidup sedangkan pemasukan tak lagi berjalan lancar karena sumber pemasukan berhenti beroperasi, membuat sebagian dari mereka mengambil jalan pintas yang sebenarnya lebih buruk!

Buktinya? Cobalah berlayar ke pencarian paling terkenal sedunia itu, di mana banyak yang memberitakan, hanya karena miskin, organ tubuh terutama ginjal terpaksa dijual. Sepertinya, penculikan untuk mengambil organ lalu diperdagangkan, bisa jadi karena hal itu, yakan?

Makanya, mau keluar di saat kayak gini, bakal agak berbeda dari biasanya.

Tanpa mengesampingkan pakai masker dan penyanitasi tangan serta mematuhi protokol kesehatan, pakai transportasi pribadi, itu lebih baik. Kalau enggak punya atau tak bisa mengendarainya, bagaimana?

Sebaiknya kalau memang ingin keluar untuk beli barang yang diperlukan di luar kota, harus bersama teman atau saudara, dengan catatan, harus sehat dan bebas dari virus Korona (COVID-19).

Saat naik transportasi umum, upayakan seseorang yang berangkat harus di samping kawannya, di luar itu, harus jaga jarak dengan yang lain, karena selain menyelamatkan, orang tersebut tetap terlindungi dari kemungkinan penculikan, ya gak?

Lalu, untuk anak-anak, juga. Pengawasan orang tua harus ditingkatkan lagi, ya. Meskipun sudah boleh berakivitas di bawah naungan "New Normal", bukan berarti membiarkan anak-anak berkeliaran sebebas-bebasnya.

Apakah tidak tahu, sekali lagi, di samping virus korona, ada penculik yang diam-diam menyergap mereka dengan berbagai cara?

Salah satunya, dihipnotis. Setelah itu, mereka dibawa dalam ketidaksadaran itu dan bakal menghadapi kenyataan yang lebih mengerikan lagi. Bahkan, saat itulah antara hidup dan mati.

Nah, tentunya kalian tak mau mengalami seperti itu, bukan?

***

Memang kemiskinan melahirkan kejahatan, namun sebenarnya, kalau kalian mau berpikir untuk mencari rezeki halal di tengah pandemi, asalkan mengerahkan upaya di jalan yang benar, atau tidak bergabung ke orang yang memperoleh harta dengan cara yang buruk, itu lebih baik.

Atau, biar Pemerintah dan masyarakat yang turun tangan mengatasi kemiskinan di tengah pandemi ini. Ayolah, jangan jadikan Bantuan Langsung Tunai yang kalian terima hanya untuk konsumsi semata.

Coba uang tunai tersebut jadikan modal untuk usaha dengan keterampilan yang kalian punya, atau jika tak memilikinya, ikutilah pelatihan untuk mendapatkan ilmu yang dijadikan dasar untuk membuat "perusahaan" sendiri, walaupun hanya bermodalkan smartphone dan jaringan internet.

Jangan patah semangat dong, marilah cari harta di jalur kebaikan, agar kejahatan agar ditekan!

Hmmm, Mr Money yang beri uang gepokan belasan juta ke target tujuannya untuk usaha, harusnya BLT bisa diberdayakan untuk itu, dong!

Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun