Bangsa pun juga begitu. Ada hak untuk menentukan nasib sendiri.
Ketika Jepang menyerah pada Sekutu tanggal 15 Agustus 1945 dan mengakibatkan kekosongan kekuasaan, apakah bangsa kita punya hak? Tentu saja ada, karena sudah tak ada yang mengontrol daerah jajahannya!
Namun, walaupun kita bebas merancang mimpi, ingin hidup merdeka di negeri orang dan sebagainya dan sebagainya, kalau takdir tidak mengkehendaki demikian, bagaimana?
Tuhan pasti punya rencana yang lebih baik, melebihi apa yang kita mau. Kalaupun sudah mendapatkan pekerjaan yang layak di negara kita, mengapa harus rela bersusah payah ingin berkarier di luar negeri? Bisa jadi lebih susah, lho.
Maka, tak ada jalan yang lebih baik kecuali dengan menerimanya dengan ikhlas. Itu yang terpenting.
Yakni, bersyukur apa yang kita miliki termasuk berkarier di negeri sendiri. Kalau enggak, selamanya tak akan merasa puas dan cukup bagaikan minum yang dahaganya tak hilang-hilang?
Asal tahu saja ya, pada prinsipnya kita yang lahir memiliki kampung halaman, tanah air tempat kita dilahirkan. Selain keluarga, itulah yang selalu ada; rindunya menyertai kemanakah kita pergi dan menetap di manapun.
Lebih-lebih, kalau sudah tinggal berjauhan dari daerah asal; di negeri yang lain. Pastinya, kalau ada rasa cinta pada tanah air, pasti akan cepat-cepat kembali ke pelukannya setelah menyelesaikan misi besar secara tuntas.
Perasaan yang tetap bertaut pada tanah airnya dan ingin membelanya, inilah Nasionalisme. Walaupun, ya seseorang tak bisa mencegah untuk meninggalkan daerah asal, rasa ini tetap ada dan muncul ketika dipertemukan dengan hal-hal yang membangkitkan memori tentang negerinya.
Hmmm, kalaupun rasa ini membuatnya tetap betah berada dalam negaranya, terlepas dari hal buruk yang menyertai. Ditambah, dengan berbagai fakta yang menguatkannya untuk tetap bertahan di negeri ini. Atau, demi keluarga yang menginginkan kita tetap berada di sini.
Apa pun yang terjadi, tetaplah tanah air adalah tempat yang terbaik!
Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H