Rasa-rasanya, kebutuhan tidur terutama saat malam hari, merupakan harga mati, terlebih di saat pagebluk COVID-19 ini.
Habisnya, kebaikan tidur malam ini banyak banget!
Bagi penulis, lebih-lebih iya. Karena kegiatan tersebut pastinya menggunakan otak, kan? Makanya, sebisa mungkin harus mencukupkan diri dengan tidur saat matahari sedang pergi.
Karena, sudah manfaat kesehatan pasti didapat, pikiran dan ingatan juga, intinya sekali mendayung, dua tiga pulau terlampaui.
Itulah yang pernah kurasakan, waktu menulis artikel yang diunggah akhir April lalu. Saat itu, waktu menulis, ada bagian yang terlupa. Nah, ketika saya tidur malam yang cukup, keesokan harinya, bagian itu ternyata bisa diingat!
Yup, bagian pernyataan dari Robert Emmons, seorang profesor psikologi dari Universitas California, tentang rasa bersyukur!
Tuh kan, pengalamanku tadi membuktikan bahwa tidur malam bisa mendatangkan keajaiban. Apalagi bagi penulis yang tentu saja berkutat dengan data dan fakta yang didapat dari membaca informasi, dari berbagai sumber.
Ternyata, mencicil materi yang akan dimasukkan ke lemari ingatan (baca: otak), memang butuh waktu ya untuk bisa menyimpannya. Ada prosesnya memang. Dan, kesempatan itulah, waktu-waktu emasnya, didapat saat kita sedang TIDUR MALAM!
Lagi pula, ada kaitannya antara tidur malam dan daya ingat, berhubungan dengan hippocampus dan neokorteks, yang berperan besar untuk membentuk ingatan yang lebih lama.
Ketika kita tidur malam, hippocampus mengulang kembali peristiwa harian pada neokorteks, lalu ingatan tersebut diproses untuk disimpan secara jangka panjang. Bukankah hal itu justru membantu kalian untuk menulis nantinya?
Hmmm, iya sih.
Sebaliknya, kalau kalian bukannya tidur malam, eh malah menikmatinya malah bergadang dan menghibur diri dengan dunia maya. Justru kesenangan itulah yang malah jadi dosa untuk kesehatan kita sendiri.
"Hukuman" yang dirasakan itu, sebagaimana yang dibuktikan dalam penelitian, kewaspadaan dan konsentrasi pada otak menurun. Mau berpikir jernih jadi susah dan malah bingung sendiri. Udah gitu, walaupun hanya berpikir idenya saja terasa berat, seolah-olah, otak merasa haknya tidak terpenuhi saat tidur malam.
Intinya, kalau kalian menyia-nyiakan berkah malam buat tidur, bisa-bisa rencana untuk berkarya lewat tulisan, bisa GAGAL!
Tapi, apa bisa, kita rela mengorbankan waktu ketika langit sedang gelap, demi tidur semalaman?
Jawabannya, BISA!
Apalagi, kalian pengen juga kan, belajar materi atau mencari ide untuk menulis nantinya?
Cobalah, kalian buka buku kesukaan kalian, lalu bacalah sebelum tidur. Pasti bakal ada manfaatnya deh.
Selain bisa menambah pengetahuan, melahirkan ide cermerlang untuk menggoreskan tulisan terbarunya, ada lagi manfaat lainnya: bisa menolong kalian untuk menemukan jalan tidur yang lebih nyenyak.
Apa buktinya? Ya, penelitian dari University of Sussex, yang menemukan bahwa membaca buku dapat menurunkan tingkat stres hingga 68 persen. Asal tahu saja, kondisi stres bisa mengantarkan kalian pada insomia, alias susah tidur!
Jadi, memang benar, kalau membaca buku favorit (dalam bentuk cetak, bukan e-book), adalah cara terbaik untuk mengantarkan pada nikmatnya tidur malam. Terlebih kalau kalian selaku penulis bisa melakukannya di sela-sela kesibukan dan rutinitas yang lain.
Pokoknya, waktu yang punya limit bisa dimaksimalkan untuk satu hal yang bermanfaat, yang hasilnya, berbuah keuntungan lebih. Iya kan?
Kalau begitu, masihkah kalian betah mengarungi dunia maya malam-malam begini? Jangan lupa tidur ya....
Hmmm, buat ingatin diri sendiri, juga!
Demikian penjelasannya, salam Kompasiana!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H