Dan, manfaatnya semakin terasa ketika virus SARS-CoV-2 mencengkram hampir seisi dunia. Mau ke mana-mana jadi tambah aman, toh ini barang pribadi kok.
Bandingkan dengan naik angkot, mau physical distancing sesuai ajaran WHO jadi susah, malah nyatanya, dempet-dempetan!
Ditambah, bisa jadi di angkot ada virus korona ketujuh dalam sejarah, menempel di permukaan, atau bahkan, lewat orangnya sendiri yang terjangkit virus yang sempat disebut 2019-nCoV tanpa disadari. Jadi, harus ekstra waspada, ya!
Itulah kenapa, pada saat ini, lebih banyak warga desa yang keluar rumah pakai motor!
***
Terus, bagaimana nasib orang yang menggantungkan perjalanan lewat angkot, baik karena tidak bisa naik motor atau harus bawa banyak barang belanjaan (umumnya buat berdagang) sampai ke rumah?
Sebenarnya sih, bisa diakali, bahkan di angkot yang ukurannya kecil dibanding bus, sehingga susah diajak untuk beri tanda jarak secara maksimal. Pernah diriku lihat status di Twitter tentang cara atur jarak di angkot, dan fotonya seperti ini:
Seperti ini kah cara #PhysicalDistancing di Angkot? Efektif gak ya? 😅
📷 : Istimewa
--#NewNormal#PakaiMasker#covid_19#CoronaVirus#StayHealthy#StaySafe#HealTheWorld#PhysicalDistancing#AngkotLampung pic.twitter.com/RpaZ37N8dj— SkyscraperCity Lampung (@SSCILampung) June 10, 2020
Entah mujur atau tidak, ini bisa dicoba!Â
Akan tetapi, kalau misalnya harus angkut belanjaan dari kota untuk berdagang di desa, mau tak mau harus diatur penempatannya gimana, jangan sampai partisi angkot untuk jaga jarak, malah rusak.
Apalagi barang belanjaan ukurannya guede dan berat lagi, misalnya dibungkus dengan karung.