Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Melihat "Dunia Luar" via Media Sosial

10 Juni 2020   01:22 Diperbarui: 10 Juni 2020   12:11 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: auralcrave.com

Selamat hari media sosial!

Tahukah kalian, hari ini adalah hari di mana kalian sering main-main dengan sesuatu yang kini tak terpisahkan dengan internet dewasa ini?

Yup, media sosial! Inilah yang jadi panggung eksistensi kebanyakan manusia di dunia, mulai dari rakyat jelata, sampai kalangan artis ternama. Memang gak diragukan sih.

Enggak hanya jadi menumpang pamer si pengguna dalam kehidupan harian, namun sebagai alat untuk meraih kepingan-kepingan cuan. Buktinya, banyak warganet yang berdagang lewat akun media sosialnya, atau video-videonya yang diunggah menjadi mesin uang melalui jumlah penontonnya.

Tapi, diriku sih tidak melakukan hal itu. Bermedia sosial sudah jarang. Paling main Twitter, itu pun gak setiap hari. Selebihnya, ya sekadar mengamati yang terjadi di berbagai medsos.

Oh ya, di masa pandemi kayak sekarang ini, banyak yang nawarin wisata virtual sebagai medium pengusir suntuk, bukan? Namun, bukan berarti media sosial enggak punya hal itu ya.

Karena di Youtube, bahkan jauh sebelum wabah virus itu meliputi dunia hampir seluruhnya, sudah banyak tuh, video-video yang diunggah, berisi tempat-tempat wisata, traveling, dan sejenisnya, baik di dalam maupun di luar negeri.

Begitu pun dengan Instagram, di mana foto-foto bermutu dan ciamik dipajang di sana, terlebih, lagi-lagi tentang wisata.

Gunung yang menampakan kegagahannya, bunga-bunga yang punya pesona, dan pohon-pohon yang punya auranya sendiri di setiap musim. Terus, ada juga foto yang memperlihatkan suasana di lingkungan lainnya di luar daerah yang kalian diami.

Itulah yang akhir-akhir ini saya menonton dan melihatnya. Keadaan di Amerika, musim hujan dan hari di mana salju turun di Jepang, sampai melihat perdesaan di Swiss yang menyerupai surga! Plus, mengintip lingkungan lainnya di kabupaten tempat tinggalku.


Semua itu, bisa dikatakan melihat "dunia luar", bukan? Iya sih, tapi hal itu tak bisa disamakan dengan merasakan dunia luar dengan mengunjungi tempat yang bersangkutan, secara langsung!

Lebih-lebih kalau melihat dunia luar antara melalui foto dan video yang diunggah di media sosial, terasa beda. Lha, letak bedanya di mana?

Melihat foto itu, memang statis. Artinya, melihatnya hanya sebatas apa yang diambil dari tempat itu. Kalau fotonya memperlihatkan hutan, ya diambilnya cuma di aeral hutan. Foto yang diambil di kebun bunga, hasilnya ya kebun bunga juga.

Kecuali, kalau mengambil fotonya bisa memperlihatkan dua obyek sekaligus (misalnya danau dan gunung), ya harus ambil posisi di tempat itu ketika membidik fotonya, yang bisa mengenai dua obyek yang akan dipotret!

Memang sih, melihat foto yang memperlihatkan lingkungan di tempat tertentu bisa memuaskan batin, hanya saja bakal "kalah" kalau tempat itu bisa dilihat melalui video!

Benar! Dengan video, kita bisa melihat keadaan lingkungan di dunia luar dari berbagai sisi. Kiri, kanan, samping, utara, selatan, barat, timur, semuanya bisa diperlihatkan. Jadinya, nggak bakal bosan bagi yang menyaksikannya, bukan?

Terlebih lagi, sebagaimana foto yang menawarkan berbagai resolusi dan megapixel pada kamera, kualitas gambar pada video sudah meningkat berkali-kali lipat pada era sekarang ini! 

Dulu, waktu era 2000-an, kebanyakan video hanya bisa dinikmati dengan format .3gp dengan kualitas seadanya. Kalau sekarang? Sudah ada yang berdefinisi tinggi (HD), bahkan lebih dari itu, muncul kualitas 4K!

Kualitas gambar video pada Youtube inilah yang memberi kelebihan untuknya, sehingga membuat sebagian pemirsa yang dulu menggandrungi televisi, jadi berpaling dan perlahan tapi pasti, menuju Youtube yang kini berada dalam masa jayanya.

Lagipula, menonton video di Youtube itu sudah disamakan dengan menonton TV beneran. Televisi yang kekinian. Kejelasan gambar akibat kualitasnya itu, yang membuat mata pemirsa menjadi manja.

Dibanding TV pada masa kini, di Indonesia, dimana proses peralihan menjadi digital itu, hanyalah janji manis yang tak kunjung ditepati. Padahal, keadaan gambar pada pesawat televisi sudah bikin sakit mata, dan akhirnya televisi konvensional tak lagi dipercaya.

Jadi, kalau sudah terpuaskan tentang suatu tempat hanya dengan melihat video di Youtube, untuk apa capek-capek melihat tayangan traveling di televisi yang kualitas gambarnya gak kunjung berubah?

Apalagi hanya bermodalkan berlembar-lembar foto lalu menatapnya. Itu sih dah lebih dari cukup!

Demikian penjelasannya, salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun