Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Begini Rasanya Libur Lebaran "Keliling" Pulau Jawa!

23 Mei 2020   22:55 Diperbarui: 24 Mei 2020   08:53 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gunung yang terlihat, diambil dari rest area. Dokpri

Ahhh, rencana mudik ke kampung halaman tahun ini rupanya hanya mimpi. GAGAL TOTAL.

Habisnya, pandemi COVID-19 membuat segalanya jadi gak serapi dahulu. Dan, semua apa yang kita lalui tinggallah kenangan untuk sementara waktu.

Oh ya, soal itu, mumpung di malam tabiran menuju Lebaran. Gak bisa kemana-mana, ya sudah, diriku buka kotak kenangannya. Lagian, bernostalgia di saat kayak gini, memang lebih indah ya.

Tepatnya, dua tahun yang lalu alias 2018. Selain tahunnya Asian Games di mana saya berhasil mewujudkan impianku, di tahun itu juga diriku merasakan libur lebaran paling berkesan. MUDIK KELILING JAWA!

Soalnya sih, ini gak setiap tahun kami lakoni. Bisa dikatakan, langka banget. Karena, faktor biaya dan kesempatan itulah yang membuat kami bisa berbahagia di sana.

Okelah, sebagai penghiburanku, mari kita mulai!

14-15 Juni 2018

Pertama-tama, kami ke Cirebon dulu, ya. Kampung halaman Papa. Berangkat jam 6 pagi, menyebrang laut menuju Pulau Jawa, dan sesampainya di Pelabuhan Merak, langsung masuk tol dan sampai ke sana tepat saat adzan Maghrib berkumandang di sana.

Kok bisa? Karena kami pertama kali melewati Tol Cipali dari Tol Cikampek, dan itu bisa memotong waktunya menjadi lebih cepat. Coba kalau kami lewat jalur Pantura, dari rumah sampai ke sana bisa memakan waktu 18 jam!

Nah, pada hari H lebaran,  kami menunaikan Shalat Id di masjid terdekat dengan jalan kaki. Setelah itu, barulah saling bermaaf-maafan dengan keluarga, dan bersilaturahmi dengan warga sekitar.

Dan setelah itu, obyek wisata yang kami kunjungi pertama adalah: Hutan Plangon di Cirebon!

Dokpri
Dokpri

Waktu kami sampai di sana, ternyata harus naik anak tangga demi melihat kera di hutan itu. Hanya seorang supir, dan saya sendiri yang sanggup ke sana, ya apalagi. Diriku sudah biasa jalan kaki, jadinya gak kaget, deh!

Tapi, yang kutemui gak hanya gerombolan kera-keranya yang berjumlah ratusan itu lho. Ada bangunan di tengah hutan itu yang jadi tempat peristirahatan terakhir dua tokoh penyebar agama Islam di Cirebon. Mereka itu adalah Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan.

Makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan. Dokpri
Makam Pangeran Panjunan dan Pangeran Kejaksan. Dokpri

Hmmm, puas melihat hal itu, akhirnya kami kembali ke rumah kerabatku. Diriku sempat berjalan-jalan ke kampung halaman Papaku pada sore hari, yang berujung pada lokasi di mana rel kereta api terbentang di antara sawah-sawahnya.

Oh ya, keberadaan kami di Cirebon hanya bertahan seharian lebih. Karena besoknya, kami bertolak ke wilayah selanjutnya! Apa itu? Lanjuuuuut....

16 Juni 2018

Dari Cirebon, mobil kami keluar dari Jawa Barat ke Jawa Tengah, dengan jalan tol tentunya. Tapi, masalahnya, ingin mencari rest area susahnya minta ampun gegara dipadati pemudik. Dan pada akhirnya, kami sampai di tempat persinggahan paling memadai di Kabupaten Semarang.

Gunung yang terlihat, diambil dari rest area. Dokpri
Gunung yang terlihat, diambil dari rest area. Dokpri

Di situlah kami bisa berehat diri sejenak, bahkan diriku sendiri sempat memesan mi lho! Habis itu, kami melanjutan perjalanan, sebagian masuk tol, ada juga yang harus melalui jalan nasional. Pokoknya, nano-nano rasanya!

Akan tetapi, saat mau masuk ke Jawa Timur, kami harus merasakan macet bersama ratusan kendaraan yang berbaris di jalanan. Untungnya, gak separah di Brexit tahun 2016 lalu. Setelah sukses melaluinya, akhirnya kami mampir buat makan malam, terus perjalanan dilanjutkan menuju Surabaya.

Sebetulnya sih, buat jemput bibi dan sepupuku yang datang ke Bandara Internasional Djuanda. Tapi, karena macet di jalan tadi yang bikin kacau, dan akhirnya mereka pesan travel sendiri. Ya sudah, mobil harus tetap jalan menuju tempat tinggal (almarhum) Kakek.

17 Juni 2018

Eits, awal hari itu, kami masih di sekitaran Surabaya, lho. Di mobil. Mau tidur, ya sekadarnya. Namun, seiring berjalannya waktu, mobil pun tetap melaju dan paginya, sampai ke kampung di mana Kakek menghabiskan masa tuanya di Jember, Jawa Timur.

Ya, seperti biasa sih, bersilaturahmi dan maaf-maafan, juga menikmati suasana kampung Kakek yang dihiasi balon plastik dan umbul-umbul. Lalu, dilanjutkan dengan berziarah ke makam Kakek yang telah pergi di tengah bulan penuh berkah ini.

Dan pada malam harinya, kami menginap di rumah salah satu warga, dan diriku melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa kampung Kakek dihiasi dengan kerlipan lampu berwarna-warni. Waaah, indahnya!

Hmmh, sepertinya sudah jadi tradisi di kampung ini. Nggak hanya saat Lebaran, di Hari Kemerdekaan juga begitu!

Perbandingan kampung Kakek pada siang dan malam hari. Dokpri
Perbandingan kampung Kakek pada siang dan malam hari. Dokpri

18 Juni 2018

Pada dini hari, akhirnya kami meninggalkan kampung Kakek dengan udara yang sangat dingin. Brrrr. Sampai bertemu pagi dan matahari, kami telah melaju meninggalkannya, karena akan masuk kembali ke Jawa Tengah, menuju ke Yogyakarta.

Setelah lama menempuh perjalanan yang amat jauh, akhirnya kami sampai di hotel di pinggiran Klaten. Bagiku, ini pertama kalinya! Di kamar itulah saya tidur berdua bersama Mama yang telah kukasihi semenjak kecil.

Oh ya, karena besok ke Pantai Selatan dan baju yang saya miliki banyak yang berwarna hijau, ya apa boleh buat, baju lengan panjang abu-abu dicuci. Beruntung bahannya ringan, jadi bisa kering semalaman.

19 Juni 2018

Pagi harinya, kami bertolak ke Candi Prambanan. Cukup dekat memang dari hotel tempat kami menginap. Intinya, gak perlu waktu terlalu lama buat ke sana!

Lalu, masuk ke obyek wisatanya, langsung mengulang apa yang kualami saat studytour waktu SMA dulu. Begitu pula dengan Papaku, yang baginya ini pengalaman kedua ke sana setelah sebelumnya mampir ke sana saat ada tugas kerja.

Selebihnya? Ya, mungkin bagi yang lain, ini pengalaman pertamanya!

Nah, sebelum meninggalkan Prambanan, kami sempat melihat rusa. Senang pokoknya!

Rusa di sekitar Candi Prambanan. Dokpri
Rusa di sekitar Candi Prambanan. Dokpri

Kemudian, kami menuju Pantai Selatan. Memang jauh sih perjalanannya, sampai-sampai lewat jalan yang berkelok-kelok. Tapi, bakal terbayar sudah kalau sudah sampai ke sana!

Memang gak seperti pantai yang lain sih, apalagi di daerahku yang cenderung tenang. Kalau di Pantai Selatan, ombaknya ganas nian! Maksud hati ingin mendekat, eh mundur lagi.

Ombak di Pantai Selatan. Dokpri
Ombak di Pantai Selatan. Dokpri

Lalu, dilanjutkan dengan makan seafood bareng keluarga! Duuh, kebersamaan itu yang buatku rindu di saat pandemi seperti sekarang ini.

20-21 Juni 2018

Hari itu, kami mampir ke Garut, Jawa Barat, tempat di mana Mama dilahirkan, ya setelah menempuh perjalanan yang jauh meninggalkan Yogyakarta.

Rasa-rasanya, bagiku inilah pertama kalinya ke sana. Mama apalagi, sudah lebih dari 40 tahun. Beda banget dengan bibiku yang beberapa kali ke sana.

Selain bersilaturahmi, kami juga diajak melihat sawah, terus sempat berkunjung ke pasar yang dekat dengan rumah kerabatku itu. Waktu hendak meninggalkan Garut, Papaku beli jaket yang terbuat dari kulit, dan kami, tentu saja hadir membeli oleh-oleh di toko Chocodot!

Terus, apalagi? Melalui tol, kami bertolak ke Bekasi, menginap di rumah rekan Papaku.

22 Juni 2018            

Dari sana, kami juga bersilaturahmi, dan waktu saya memahat kisahnya lewat tulisan ini, gak nyangka momen itu adalah pertemuan terakhir, karena tahun ini beliau telah berpulang menuju haribaan Ilahi untuk selama-lamanya.

Iya, di hari itu juga kami berencana untuk liburan ke Jakarta, sekaligus menutup rangkaian liburan lebaran pada tahun 2018, tahun yang terindah buatku. Dan, tempat yang kami pilih, adalah Taman Impian Jaya Ancol!

Dan, di antara wahana-wahananya, kami memilih Seaworld. Melihat biota-biota laut yang ada di dalamnya udah bahagia banget. Terus, kami mampir ke tempat semacam bioskop yang tentu saja, dapat pengalaman baru!

Akuarum di wahana Seaworld Ancol. Dokpri
Akuarum di wahana Seaworld Ancol. Dokpri

Hmmm, hampir terlupa. Waktu itu, tempat wisata tersebut memang spesial karena ditunjuk sebagai venue jetski dan layar yang telah dipertandingkan pada Asian Games bulan Agustus 2018. Tapi, diriku sih gak nonton ke sana, melainkan di kampung halamanku yang jadi tuan rumah satunya lagi, Palembang.

Habis itu, selesailah sudah. Kami pun harus pamit berpisah sama Jawa yang membawa banyak kenangan, menyebrangi lautan kembali ke Sumatera, pulau tempat kami tinggal.

Ya gitu deh, pengalamanku. Keliling (hampir semua) pulau Jawa memang mengasyikkan!

Sebagai penutup, diriku mengucapkan mohon maaf jika ada salah. Selamat Idulfitri, hari beraya untuk umat Muslim semuanya!                                           

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun