Akan tetapi, saat mau masuk ke Jawa Timur, kami harus merasakan macet bersama ratusan kendaraan yang berbaris di jalanan. Untungnya, gak separah di Brexit tahun 2016 lalu. Setelah sukses melaluinya, akhirnya kami mampir buat makan malam, terus perjalanan dilanjutkan menuju Surabaya.
Sebetulnya sih, buat jemput bibi dan sepupuku yang datang ke Bandara Internasional Djuanda. Tapi, karena macet di jalan tadi yang bikin kacau, dan akhirnya mereka pesan travel sendiri. Ya sudah, mobil harus tetap jalan menuju tempat tinggal (almarhum) Kakek.
17 Juni 2018
Eits, awal hari itu, kami masih di sekitaran Surabaya, lho. Di mobil. Mau tidur, ya sekadarnya. Namun, seiring berjalannya waktu, mobil pun tetap melaju dan paginya, sampai ke kampung di mana Kakek menghabiskan masa tuanya di Jember, Jawa Timur.
Ya, seperti biasa sih, bersilaturahmi dan maaf-maafan, juga menikmati suasana kampung Kakek yang dihiasi balon plastik dan umbul-umbul. Lalu, dilanjutkan dengan berziarah ke makam Kakek yang telah pergi di tengah bulan penuh berkah ini.
Dan pada malam harinya, kami menginap di rumah salah satu warga, dan diriku melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa kampung Kakek dihiasi dengan kerlipan lampu berwarna-warni. Waaah, indahnya!
Hmmh, sepertinya sudah jadi tradisi di kampung ini. Nggak hanya saat Lebaran, di Hari Kemerdekaan juga begitu!
18 Juni 2018
Pada dini hari, akhirnya kami meninggalkan kampung Kakek dengan udara yang sangat dingin. Brrrr. Sampai bertemu pagi dan matahari, kami telah melaju meninggalkannya, karena akan masuk kembali ke Jawa Tengah, menuju ke Yogyakarta.
Setelah lama menempuh perjalanan yang amat jauh, akhirnya kami sampai di hotel di pinggiran Klaten. Bagiku, ini pertama kalinya! Di kamar itulah saya tidur berdua bersama Mama yang telah kukasihi semenjak kecil.