Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Kesalahan Mindset Mengenai Belajar di Rumah yang Sering Diartikan Libur

4 April 2020   20:00 Diperbarui: 5 April 2020   16:50 574
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hmmm, udah berapa lama kalian belajar di rumah?

Jauh sebelum mewabahnya Coronavirus disease 2019 (Covid-19) di negeri yang kita cintai, pasti guru-guru kalian semasa sekolah pernah mengatakan hal itu:

"Anak-anak, belajarnya kalian lanjutkan di rumah, ya!"

Alasannya? Ya macam-macam, mulai dari para guru harus rapat, sampai urusan kondangan pernikahan segala yang wajib datang tanpa tapi. Akibatnya, ya jam pelajaran "terpaksa" diakhiri lebih awal, yang tentu saja membuahkan kebahagiaan bagi para siswanya.

Belum lagi urusan ujian nasional (UN) dan ujian sekolah (US) yang mengharuskan para siswanya untuk di rumah (ya, biar gak terganggu), sehingga mereka pun berpikir, ini LIBUR!

Sekarang, negara kita pun sudah masuk di fase penyebaran dari virus corona yang amat masif, dan berdiamnya siswa di rumah itu gak bisa dianggap sepele. Bahkan, bisa jadi sekolah diliburkan sampai akhir tahun ajaran jika pandemi Covid-19 gak hilang-hilang dari muka bumi Indonesia!

Jadi, apa yang kalian pikirkan selama ini, tolong ya, diubah! Itu sudah mindset yang sangat salah. Sudah berapa lama kalian main-main dengan masa itu yang harusnya dijadikan sebagai kewajiban?

Nah, mumpung dua bulan lho, ini. Belum lagi dipotong buat liburan lebaran. Ayolah, kejarlah pengetahuan dengan belajar lebih giat lagi.

Baiklah, saya akan kasih tahu, siapa tahu ini jadi motivasi, iya kan? Tentang paradigma yang harus kalian ubah, dari hanya belajar di sekolah, jadi terbawa sampai rumah, bahkan di manapun! (ups, tunggu pandemi ini selesai, ya!)

Memutuskan Berdiam di Rumah, Bukan Pembelajaran Ini Berakhir (Sampai Akhir Tahun Ajaran)

Sumber gambar: The National
Sumber gambar: The National
Ingat ya, kalian ini pelajar, maka kewajiban yang harus dilakukan, ya BELAJAR DONG!

Sayangnya, banyak orangtua yang melimpahkan segala urusan pembelajaran ke sekolah, padahal, sekolah hanyalah sarana sekunder untuk meraih setetes demi setetes dari ilmu pengetahuan.

Kalian tahu, (para) guru adalah orangtua kedua kita? Maka, justru itulah, rumah, menjadi tempat paling utama, bukan? Apalagi di rumah itu ada ibu, yang seringkali menjadi sekolah pertama bagi anak-anaknya. Bukankah begitu?

Karena itulah, siswa di rumah jangan dibiarkan (sendiri). Orangtua pun harus punya tanggung jawab juga, memastikan seorang siswa selalu berada dalam pengawasan walinya.

Ya, mungkin mereka harus memberikan hadiah penyemangat berupa kata-kata yang mengantarkan mereka meraih cita-cita mereka, kalau siswa tersebut mau belajar.

"Nak, kamu mau jadi dokter, 'kan? Belajar yang rajin, ya!"

Atau, ancaman mengerikan kalau malas belajar, misalnya begini:

"Anakku sayang, kalau di rumah malas-malasan dan gak mau belajar, nanti nggak naik kelas, mau?"

Nah, itu cuma contoh, ya. Selebihnya, orangtua bisa melakukan pendekatan dengan caranya sendiri, karena ketahuilah, setiap anak kan tabiatnya berbeda, bukan?

Belajar di Rumah, Melatih Agar Kalian Bisa Belajar Mandiri

Sumber gambar: Oxford Owl for Home
Sumber gambar: Oxford Owl for Home
Kalau kalian belajar di rumah, mau gak mau kalian harus mempelajari materi pembelajaran seorang diri, kan? Eh, bukan, tetap saja butuh bimbingan dan pengawasan orangtua.

Soalnya, kalau suatu saat kalian kuliah di perguruan tinggi, tuntutan yang harus kalian penuhi adalah belajar secara mandiri. Iyalah, masa bergantung sama dosen terus bagai menyuap ilmu darinya satu per satu?

Terlebih lagi bidang studi yang harus mempelajari banyak hal kayak kedokteran, waah ilmunya banyak sekali sampai-sampai bisa membutuhkan banyak buku dan jurnal. Belum lagi tantangan lainnya, harus memahami dalam bahasa asing juga.

Dan tentunya, persyaratan yang sama juga harus kalian patuhi jika kalian kuliah di perguruan tinggi terbuka, ya bermodalkan buku-buku modul dan e-learning gitu.

Dan, itu hanya bisa tercapai kalau kalian belajar secara mandiri, atas inisiatif sendiri. Dan, di masa musim penyebaran penyakit Covid-19, adalah saat yang tepat.

Ya, biar bisa melatih, dan berlatih belajar sendiri dengan motivasi dari diri sendiri atau dari orangtuanya. Lama-kelamaan, jadi terbiasa belajar mandiri, iyaa kan?

***

Tapi, semua ini, kalau dibarengi dengan kesadaran diri akan manfaat belajar, lengkaplah sudah. Bahkan, seharusnya, ini jadi motivasi paling utama.

Kalian tahu, manfaat belajar "di rumah rasa sekolah", apalagi di tengah pandemi sekarang ini? Dapat ilmu, yang bakal berguna di masa depan, kan?

Rugi, kalau hari-hari kalian dilewatkan tanpa belajar. Bahkan, otak di kepala kalian akan merasa tidak lagi berkembang dan tak ada gunanya. Padahal, bukankah belajar bisa menciptakan rangsangan-rangsangan di neuron di pikiran kita, supaya kita bertambah cerdas?

Nah, justru inilah saatnya buat merenungkan apa yang kalian lakoni sebagai pelajar, dan kesempatan untuk memperluas pengetahuan dan mengembangkan dirinya walau #dirumahaja. Gak terbatas hanya pelajaran sekolah, lho.

Bisa juga dengan buku-buku dan ilmu pengetahuan lain yang masih relevan, dan juga berbagai informasi yang mengenalkan kita akan jurusan dan karier di masa depan yang bermacam-macam. Terlebih lagi kalian---para siswa SMA, yang selangkah lagi buat menentukan jalannya, bukan?

Nanti kalau wabah corona selesai dan bertemu kesempatan serupa (seperti di awal artikel), semangat belajar di rumah tetap dipertahankan, ya!

Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun