Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

"Kaizen" dalam Menulis Memang Perlu!

4 Maret 2020   18:30 Diperbarui: 5 Maret 2020   01:18 437
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah enggak, ingin menulis dengan tema itu tapi nyatanya malah bingung, karena ternyata sudah ada yang menulis dengan tema yang sama? Atau, merasa tulisannya dengan tema itu tidak memuaskan pikirannya?

Jangan khawatir! Kalian bisa dicoba mencari ide dengan metode Kaizen, kalian tau gak?

Bagi penggemar negeri terbitnya matahari atau di dunia industri, pasti tahu filosofi yang satu ini. Falsafah itulah yang membawa produk-produk Jepang menjadi yang disegani di dunia! 

Padahal, mereka bisa saja memproduksi teknologi seperti mobil, peralatan rumah tangga, dan lainnya seperti yang dilakukan pendahulu di Eropa sana. Tapi, setelah dibandingkan, hasilnya lebih baik dibanding dunia Barat. Hmmm, ternyata orang Timur juga bisa ya!

Ternyata, dalam prosesnya, pelaku industri di negeri Takhta Seruni selalu melakukan perbaikan demi perbaikan untuk meningkatkan kualitasnya. Itulah yang dimaksudkan dalam Kaizen, kawan-kawan! Mereka meyakini bahwa hidup ini harus berfokus pada perbaikan secara terus-menerus dan berkesinambungan.

Nah, seperti itulah yang seyogyanya dilakukan oleh penulis! Apalagi sudah ada tulisan-tulisan yang bertebaran di penjuru dunia maya, yang sayangnya banyak di antara mereka yang disajikan mentah-mentah. 

Padahal, kalau saja bisa bersabar dalam berkarya dengan dibumbui data dan fakta, tulisannya sudah bisa dikatakan "matang" dan siap dinikmati pembacanya.

Buktinya, dalam menanggapi isu tertentu, tulisan bertema sama yang kurang lengkap langsung disanggah dengan tulisan barunya seiring berjalannya waktu. Ini bukan hanya karena buah dari berpikiran kritis semata, melainkan ada juga semangat Kaizen yang menyertainya.

Dengan kata lain, tulisan yang kurang lengkap itu, sama saja ibarat dengan gelas setengah kosong, dong?

Hmmm, iya, tapi menurut "ajaran" Kaizen, justru itulah yang kita perlukan!

Sumber gambar: Lion's Roar
Sumber gambar: Lion's Roar
Dalam dunia kepenulisan, salah satu cara meraih ide menulis ya tentu saja membaca buku atau artikel, dan itu gak usah kalian ragu! Kalian bisa mendapatkannya lewat membaca dengan menghayati dan merenungkannya.

Tapi, pernah gak, kalian mencari kelemahan dalam artikel itu? Misalnya, ada bagian artikel yang seharusnya ada, tapi malah tak dituliskannya. Mungkin, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang yang menghalanginya. 

Akhirnya, artikel itu disajikan dengan segitu kemampuannya. Itulah artikel yang "setengah kosong" tadi! 

Nah, di saat seperti inilah kalian harus berpikir dan menganalisis, mana materi yang belum dipikirkan penulis sebelumnya, kalau bisa berinovasi dan mengkreasikan ide-idenya, itu lebih baik! Jika di benak kalian sudah ada inspirasi dan pengetahuannya, hmmm....tunggu dulu!

Kalian harus menyempurnakannya dengan mencari data dan fakta yang bisa membuat tulisan menjadi lebih kuat. Sumbernya, bisa dari buku, berita atau artikel di internet, bahkan jurnal juga boleh.

Lalu, pelajari data-data itu sekalian memantapkan pemahamannya. Dan kalau materi tulisan itu sudah ada dalam penguasaannya, barulah kalian bisa merangkumnya dalam kata-kata yang disusunnya satu per satu menjadi artikel yang utuh, ya kayak puzzle gitu loh!

Tapi, walau sudah diusahakan dengan sempurna, tetap saja kurang di mata penulis lain yang pengetahuannya di atasnya. Karena itulah, harusnya kalian harus terbuka dengan kritik dan perubahan yang dilontarkan lewat artikel balasan atau tanggapan dari penulis lain.

Jangan mentang-mentang merasa sudah lengkap, terus menjelma menjadi paling benar sendiri. Itu sombong namanya, dan penulis sungguh tak pantas punya sifat seperti ini! Malah yang dibutuhkan untuk terus bertahan hidup di dunia literasi ini, justru sebaliknya; rendah hati.

Ingat ya, namanya ilmu pengetahuan itu berkembang dan terus berkembang, makanya bisa jadi artikel yang ditulis hari ini belum apa-apanya dibanding tulisan yang ditulis pada tahun belakangan.

Jadi, jangan pernah berhenti untuk belajar dan terus belajar, ya! Kalau bisa, semangatnya harus berlari ke tingkat tinggi dan jangan pernah turun lagi!

Demikian penjelasannya, Salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun