Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenangan dan Pengalaman Kan Sama-sama Berharga!

5 Februari 2020   09:00 Diperbarui: 6 Februari 2020   01:16 788
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: The Barefoot Nomad

Kalau sekiranya kalian ditanya, mana yang lebih penting, menikmati liburan atau foto-foto, kalian pilih yang mana?

Anak-anak milenial pasti pada jawab, "foto-foto dong, apalagi selfie-an dan diunggah di medsos, wuiih udah bahagia banget!"

Benarkah? Ya, sudah tak bisa diragukan lagi perilaku manusia akibat perkembangan teknologi. Dari kamera yang dulu harus dijinjing ke mana-mana. Kini, si alat pemotret foto itu bisa dipersatukan dengan smartphone!

Dan akibatnya, setelah difasilitasi dengan kemunculan media sosial, semakin jadilah. Peluang orang untuk swafoto semakin terbuka lebar! Iyalah, ngaku aja dah.

Akan tetapi, asal tahu aja, waktu kalian (dan saya) lagi menjelajah di suatu tempat, kenangan dan pengalaman saling berebut perhatian; ingin dipilih untuk dilakukan. Nah, kalau begini, apalagi kalau skor multitasking pada diri bernilai rendah, konsentrasi pada diri bisa berantakan separah-parahnya.

Apalagi setelah kehadiran smartphone seperti yang ku bilang sebelumnya, yang dianggap sebagai pelaku distraksi; tersangka dalam pengalihan fokus pada manusia kekinian. Pelajar pun sama, dianggap menjadi prima causa dalam kejatuhan fokus belajar siswa. Yaah, intinya tak sebaik dahulu.

Oh ya, diriku pun jadi teringat apa yang pernah kudengar dan kemudian membaca ulang intisarinya di Smart Happiness, bukankah dunia ini diciptakan untuk dinikmati oleh manusia? Sayangnya, banyak di antara kita yang sekadar menjalani hidup, tapi maknanya? Bisa jadi NOL BESAR.

Memang iya, menjalani hidup ini berorientasi pada hasil. Nah, bisa dilihat sendiri, para karyawan yang berkantor hanya sebagai formalitas, bekerja seperti biasa, sudah. Di akhir bulan, mereka menunggu gaji yang mendapatkannya, serasa bagaikan di surga.

Berbeda dengan orang yang menikmati hidup, pasti yang diutamakan adalah prosesnya, kan? Contoh kecilnya, seseorang yang sedang makan, dia akan berfokus pada mengunyah makanan, merasakan makanan tersebut, lalu menelannya. Bukankah itu terasa lebih nikmat?

Dan itu, orang yang menikmati (hidupnya), salah satu tandanya adalah tak ingin segera berlalu.

Bayangkan aja kalau kalian berkunjung ke tempat yang baru, tentu penglihatan kalian yang berfokus ke lingkungan di tempat tersebut, pokoknya tak ingin sedetik pun ingin berpaling.

Waktu meninggalkan tempat tersebut, kok terasa sayang ya, sehingga tetap fokus menatap tempat tersebut yang dilalui sampai benar-benar lenyap dari pandangan.

Maka, walaupun ada kejadian buruk pun, hidup harus tetap dinikmati, karena merupakan hadiah dari Tuhan yang tak bernilai. Tentunya, agar mendapatkan pengalaman yang berlipat gandanya dan bisa diceritakan dari generasi ke generasi.

Sumber gambar: People Matters
Sumber gambar: People Matters
Jadi, sebaiknya kalian merasakan pengalaman, deh! Karena itulah yang akan menancap di ingatan. Terus, bagaimana caranya untuk bisa menikmatinya?

Breaking habituation atau memutuskan kebiasaan, karena kalau sudah menjadi rutinitas, kita akan kehilangan kenikmatannya.

Savoring (meresapi), ya seperti kalian menghela napas, masuk ke dalam, lalu menghembuskannya. Intinya, tak ingin terlewatkan!

Using mindfullness atau memberi perhatian penuh. Pokoknya, tidak dengan melihat begitu saja terus selesai, bukan gitu! Melihat dengan mengamati, melihat sekaligus mencermati apa yang kalian lalui. Bukankah itu sudah termasuk menikmati kehidupan?

Enggak cuma traveling saja, bekerja dan belajar pun demikian. Terutama kalau kalian mempelajari sesuatu, di mana kosentrasi merupakan hal yang terpenting.

Apa pun gayanya belajarnya, baik membaca secara visual maupun mendegarkan, harus memerhatikan dan fokus apa yang disampaikan, bukan?

Tapi, kalau sudah mendapatkan pengalaman, apakah kenangan dipinggirkan begitu saja?

Kurasa, kenangan dalam hidup akan tetap berharga!

Mengapa? Walaupun memang kenangan akan sesuatu tersimpan di benak, toh sekarang kenangan sudah bisa diwujudkan dalam bentuk fisiknya; lembaran foto. 

Jadi bisa dilihat, kejadian yang telah dilalui beberapa tahun yang lalu, misalnya ke pantai, atau menghadiri acara olahraga terlangka sekaligus paling penting!

Namun, dasarnya manusia yah, terkadang suka lupa. Hanya kenangan yang berkesan yang terus menetap di ingatan. 

Seiring berjalannnya waktu serta bertambahnya usia, fungsi ingatan bisa saja menurun akibat penyakit otak macam Alzheimer, atau terkena cedera di kepala. Dan, kenangan lewat foto inilah yang menyelamatkan hal-hal yang dilupakannya.

Kan enggak ada yang tahu kapan hal itu akan terjadi. Kecuali, kalau mereka yang senantiasa merawat ingatan dengan literasi dan makanan yang baik serta berkendara yang tertib, memori kepala yang paling berharga bisa terhindar dari marabahaya.

Karena itulah, emang benar pengalaman dan kenangan itu sama-sama penting! Asalkan, bisa menempatinya dengan bijaksana.

Nah, biar lebih bahagia, nikmatilah setiap perjalanan hidup ini, terlebih berwisata dan mengunjungi tempat yang baru. Rasakanlah dengan fokus dan penuh perhatian, lalu sisihkan waktu kalian untuk mengabadikannya lewat kamera, seperlunya.

Memang butuh waktu lama sih untuk melakukan dua hal itu, namun itulah yang lebih baik, agar kenangan dan pengalaman bisa merasa adil dan kita akan mendapatkan keduanya.

Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun