Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Renungan Sendu tentang Ibu

21 Desember 2019   20:41 Diperbarui: 21 Desember 2019   21:19 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kalau saya ingat-ingat kembali, tahun ini ada banyak peristiwa yang terjadi di muka bumi. Berita-berita adalah buktinya. Ada kejadian menggembirakan, ada juga yang sebaliknya, kabar yang membuat hati sendu.

Ah, iya, sewaktu membaca berita, ada kabar yang berhasil mengaduk emosiku menjadi tidak karuan. Melihat judulnya saja sudah tidak kuat. Ada seorang ibu di Palembang yang tega membunuh bayinya dengan cara memasukkannya di mesin cuci!

Duuh, betapa hancurnya hatiku kala melihat dan membayangkan  kelakuan seperti ini. Sebagai anak yang mendapatkan limpahan kasih sayang dari Mama sejak kecil, pasti hatiku ingin mengatakan begini: semoga Tuhan mengutuk perbuatan ibu yang tega menghabisi nyawa bayinya!

Oh, betapa herannya! Di saat sosok ibu begitu dimuliakan oleh anak manusia sampai-sampai membuat peringatan Hari Ibu, tapi tetap saja menyisakan hal-hal pilu. Dari hal kecil saja, gara-gara depresi pasca-melahirkan, sang ibu tak mau menerima bayinya, bahkan sampai hal terkejam sekalipun, ibu membunuh anaknya karena emosi!

Hmmm, diriku tidak habis pikir, mengapa banyak ibu-ibu yang melakukan hal demikian. TEGA! Yang jadi korban, tentu saja anak-anaknya yang hanya bisa menangis dan terus menangis. 😰

Anehnya, kejadian ibu menganiaya atau bunuh anak malah jadi berita yang mungkin dinikmati pembaca, yang membuat sebagian di antara mereka jadi tersayat-sayat hatinya.

Sepertinya kejadian ini tak lebih baik pada zaman dahulu, betapa ibu begitu dihormati dan berharga, bahkan menjadi kata terindah.

Apa itu, tantangan zaman yang semakin keras mengubah citra ibu yang menjadi berhati  seperti iblis, bukan lagi berhati malaikat?

Hhhh, diriku berhenti sejenak, lalu membandingkan karunia anak seperti makanan. Meskipun, ya mungkin memperlakukannya berbeda di awalnya, tapi lihatlah kalau makanan itu tidak diperlukan lagi atau telah busuk. Pasti akan dibuang, bukan?

Oh ya, membuang-buang makanan itu sama saja menyia-nyiakan rezeki! Sudah dikasih makanan yang banyak, malah tidak dihabiskan. Jadinya basi 'kan? Padahal, belum tentu besok ada makanan karena tak ada uang, yang ada hanya penyesalan karena bingung dan akhirnya tidak makan apa-apa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun