Setahun berlalu, ternyata diriku kasih kejutan lagi. Kali ini, ada seorang pengirim yang berada nun jauh di sana, Kanada, yang setelah saya telusuri lagi, ternyata bukan orang sembarangan; dia adalah seorang peneliti di universitasnya!
Dia menuliskan pesan bahwa dia mengakui tulisanku tentang masukan penyiaran untuk disabilitas sangat bagus dan berguna, malah dia minta tolong kepadaku untuk memberikan link regulasi tentang penyiaran ramah disabilitas di Indonesia. Yaah, giliranku yang akhirnya dibuat kikuk. Lha wong penyiarannya begitu-gitu aja, nggak berubah kecuali hanya sebatas bahasa isyarat SIBI doang.
Meskipun pada akhirnya saya tak sanggup menjelaskannya, toh diriku dianggap berharga. Tulisan seorang newbie waktu itu malah dipuji sama peneliti yang berkarier di utara Amerika. Apresiasi itu yang menyadarkanku, bahwa nggak sia-sia diriku menulis, karena setiap tulisan ada tuah dan takdirnya sendiri!
Oh ya, di sekolah umum, pasti ada lomba, 'kan? Di sekolah Kompasiana pun begitu, ada blog competition. Saya tentu ikutan lomba menulis sesuai yang saya bisa, apalagi waktu tahun 2017-2018 semangatnya berapi-api buat bertarung melawan tulisan-tulisan para peserta lain demi hadiah uang tunai untuk bekal perjalananku menonton Asian Games 2018 di kampung halaman sendiri.
Setelah berjuang sekuat tenaga, baru dua lomba yang berhasil memilihku menjadi yang terbaik, walaupun tak pernah merasakan manisnya juara satu. Ya, pokoknya menang, titik! Lagi pula, ini buat menguji tulisanku, biar lebih berkualitas lagi, yang lebih dari artikel berpredikat Artikel Utama! Hehe.
Terus, berapa jumlah uang yang kuterima dari lomba itu? Lumayaaan! Walaupun nilainya kalah dari Kompasianer lain yang lebih jago, setidaknya bisa memenuhi kebutuhanku sendiri sudah bersyukur, alhamdulillah ya.
Namun, yang belum saya rasakan selama di sini adalah, tunjangan buat murid-murid Kompasiana atau K-Rewards. Sebenarnya saya berhak atas gaji pertamaku yang diperoleh dari kalkulasi angka-angka jumlah pembaca yang jumlahnya nggak begitu besar yang harusnya kuterima pada tahun kemarin. Entah kenapa, yang membuat calon pendapatanku harus melayang begitu saja. Karena ada masalah di e-money Mandiri, mungkin?
Toh, hal ini enggak membuatku menyerah. Bulan kemarin aja harus memaksakan diri, rela begadang demi ikutan lomba menulis pantun #11TahunKompasiana di Twitter di hari terakhir, di tengah-tengah pelantikan Pakde periode kedua dan final bulutangkis di negeri Denmark yang begitu menggoda untuk mengikuti kabarnya.
Kemudian, delapan harinya, syukurlah aku terpilih untuk menerima hadiah berupa rupiah! Berapa? Jangan ditanya. Haha. Tapi, yang pasti, Kompasiana adalah sekolah yang memberi diriku keberuntungan, kebahagiaan yang memuaskan lahir dan batin. Pokoknya, #BeyondBlogging itu nyata!