Kami putra dan putri INDONESIA, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air INDONESIA
Kami putra dan putri INDONESIA, mengaku berbangsa satu, bangsa INDONESIA
Kami putra dan putri INDONESIA, menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa INDONESIA
Inilah isi dari Sumpah Pemuda yang diikrarkan pemuda-pemudi dari tanah Hindia Belanda, 91 tahun yang lalu, yang secara nasional diperingati kemarin. Tapi, saya nggak membahas tentang pemuda atau bahasa persatuan yang sudah ramai dibahas sama kebanyakan orang, yaaa!
Bahkan, pasti pada heran, kenapa nama "Indonesia" ditulis huruf besar semua? Apa nggak ditulis huruf kapitalnya hanya di huruf pertama?
Izinkan saya bercerita sedikit.
Dulu, pas zaman sekolah, diriku benar-benar tidak tahu nama "Indonesia" dapatnya dari mana. Diajarkan oleh guru sejarah kurasa nggak pernah. Yang saya dapatkan itu masa prasejarah, masa Hindu-Buddha, masa Islam, masa Kolonial, Kemerdekaan, masa pasca Kemerdekaan, ya itu yang saya tahu.
Akan tetapi, waktu nama Indonesia disebut saat pertandingan bulu tangkis, rasa nasionalismeku mulai terbangun, dan puncaknya pas jadi tuan rumah Asian Games setahun yang lalu, di mana upacara pembukaan benar-benar menampilkan Indonesia yang seutuhnya!
Hmmm, tunggu dulu!
Gara-gara itu diriku merasa tertarik dengan nama itu. Dengan rasa penasaran yang sangat, saya meluncur satu demi satu laman yang kukunjungi untuk mengetahui asal muasal nama negeriku, daaan akhirnya aku paham deh!
Tapi, setelah itu keraguanku muncul, "pantaskah "Indonesia" digunakan oleh nama negara sampai dunia ini berakhir?"  Ya tahu sendiri kan, tahun ini ada kejadian yang panas-panasnya. Bentrok Pilpres 2019, kerusuhan di Papua, dan sebagainya. Katanya ini sinyal akan kehancuran negara ini semakin dekat. Oh noooooo!
Lalu saya baca tanggapan warganet dan seorang ahli metafisika bahwa sudah saatnya nama Indonesia harus diganti. Katanya sih Indonesia lagi sakit-sakitan, nilai namanya "jelek" dan pemberian penjajah.