Dari zaman Muhammad Nuh sampai Rudiantara, PR soal migrasi TV analog ke digital, ternyata susaaah sekali ngerjainnya. Duuh, kapan selesainya, ya?
Ya, gak tahu sih.
Saya sendiri bermimpi dalam hati, bahwa kepengen banget Indonesia bisa mengulangi sejarah, bersiaran TV dengan format digital saat Asian Games 2018 digelar sebagaimana siaran TV (analog) pertama di tanah air berdiri untuk menyambut Asian Games 1962. Tapi, rencananya malah meleset.
Dan, rencananya dipatok target (lagi) untuk bisa sukses migrasi ke TV digital pada 2020.
Lha, bukankah 2020 sudah dekat, ya? Tapi ulitimatum dunia untuk seluruh negara-negaranya untuk segera berkemas untuk pindah ke TV digital tak bisa ditawar-tawar lagi. Kalau suatu saat izin penggunaan TV analog dicabut sama dunia, ya kita nggak bisa nonton TV lagi kalau penyiaran negeri kita masih betah di "rumah" analog, ye 'kan?
Makanya, saya menunggu dengan penasaran, siapa sih pembantu-pembantu Jokowi dalam lima tahun ke depan. Kalau yang lain menanti menteri-menteri seperti sosok Nadiem Makarim, Erick Thohir, maupun Wishnutama kebagian posisi di bidang apa, saya malah menunggu Menkominfo.
Menteri Komunikasi dan Informatika: Johnny G Plate
Begitu terpilih, saya langsung bilang: "Pokoknya PR buat Bapak Menteri, selesaikan soal migrasi TV analog ke digital!"
Ya gimana lagi, melihat TV analog itu membosankan. Sejak lahir sampai sekarang, yang dijumpai, TV kalau sinyalnya lemah atau cuaca buruk, gambarnya "dikerubungi semut".
Belum lagi munculnya stasiun-stasiun TV baru, yang harus menelan pil pahit kekecewaaan; tidak kebagian karena satu kanal hanya bisa "dikavling" buat satu stasiun televisi.