Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Artikel Utama

Asian Games 2018 dan Naluri Kita yang Suka Berpesta

30 Agustus 2018   17:11 Diperbarui: 5 Agustus 2019   20:58 2109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Untuk itulah kita semua hadir di sini. Untuk merayakan keberagaman kita. Untuk merayakan perbedaan kita. Untuk merayakan kemanusiaan kita. Untuk saling menluarkan energi dari bangsa-bangsa yang beragam , menjadi satu kesatuan, satu harmoni, the energy of Asia" --Erick Thohir, Ketua INASGOC

Pembukaan Asian Games yang dilangsungkan pada tanggal cantik, 18-08-2018, sungguh berkesan dan spektakuler dengan pancaran kembang api yang begitu indah. Saking berkesannya, pesta yang dimulai sehari pasca-hari kemerdekaan RI ini, saya malah enggak bisa tidur! *halah*.

Terus terang saja, kadar kemegahan opening ceremony ini, melebihi skala Olimpiade sekalipun, padahal negara kita baru sebatas menyelenggarakan Asiad (sebutan lain dari Asian Games itu lhoooo)!

Namun, itu hanyalah secuil dari pesta pembukaan yang sukses membuat miliaran pasang mata terbuai dengan keindahan kolosal khas Nusantara dan transformasi era kosmopolitan yang kekinian sesuai slogan ajang kali ini: Energy of Asia. Sebelumnya, agenda Torch Relay telah wara-wiri keliling Nusantara dan tetap saja berjaya dalam hal merebut hati publik daerah yang dilintasi obor yang bisa dibilang menyejarah, dan mereka pun menggelar pawai dan pesta rakyat untuk menyambut momen  yang amat berharga itu.

Lalu, hal itu berlanjut pada hari pembukaan yang kujelaskan tadi, dan sehari setelahnya barulah gong pertandingan resmi bertabuh (walaupun ada beberapa cabor yang dimulai dari delapan hari menjelang pembukaan).  Energi dari penyelenggaraan Asian Games telah menjalar ke mana-mana dan banyak rakyat yang berbondong-bondong datang ke venue, menjadi saksi lewat layar kaca, sampai metode zaman now pun ditempuh, streaming lewat gawai dan/atau ditampilkan lewat proyektor sembari nobar di kelas-kelas!

Dan itu pun tak semua bisa merasakannya pada kalangan di daerah tertentu karena alasan klasik: siaran Asian Games diacak di parabola! Ya, apa boleh buat, karena harus tunduk sama peraturan OCA. Di luar itu, bagi yang bertandang langsung ke kota tuan rumah, ada suguhan lain yang disajikan dalam bentuk festival. Ada pergelaran kesenian, kuliner, berjualan pernak-pernik, sampai berjumpa dengan ketiga maskot lucu; Bhin Bhin, Atung, dan Kaka!

Pokoknya, hampir semua penduduk lokal dan wisatawan, baik menyaksikan sekaligus merasakan secara langsung atau tidak, bergelora dengan riang---bercampur gempita kala kita dan mereka terlarut dengan suasana Asian Games ke-18 yang sensasinya---bagi kita belum tentu terulang kembali. Karena semenjak amanah tuan rumah dilimpahkan dari Vietnam yang tidak menyanggupinya, rasanya kita senangnya bukan main!

Kenapa? Karena kita ini demen yang namanya party-party, pesta dan perayaan apa pun bentuknya. Kalian bisa melihatnya sendiri,  di setiap fase kehidupan pasti ada selingan pesta-pesta seperti pernikahan, ulang tahun, karnaval, pesta kebun, dan masih banyak lagi.

Bahkan kalau di dunia ini tak ada pesta, rasanya ada yang kurang lah ya, bagaikan sayur tanpa garam. Pokoknya, hidup terasa jenuh buat dijalani!

***

Saking gemarnya manusia mengadakan perayaan dengan begitu beragamnya, tak heran kalau kita djuluki homo festivus. Kita punya naluri sebagai makhluk yang suka berpesta, menciptakan festival dan karnaval, tentu saja karena kita begitu mencintai kenangan dan melanggengkan sejarah!

Sampai-sampai, dunia olahraga pun juga ikut-ikutan menggelar perayaan.  Buktinya apa? Ya dengan lahirnya ajang Olimpiade, Piala Dunia, serta Asian Games yang saat ini sedang berlangsung sampai detik ini.

Tentunya, tak hanya memamerkan kemampuan lewat pertandingan olahraga, lho! Lebih dari itu, kita akan menemukan kemeriahan yang begitu membahana dan tentu saja keragaman etnis dan bangsa dengan mata kepala sendiri maupun lewat sekotak layar ajaib.

Hmmm, melihat hal itu, pantas saja ya, jika seorang Erick Thohir---ketua Panitia Pelaksana Asian Games 2018 mengajak kita semua untuk merayakan perbedaan, keragaman, juga kemanusiaan dalam sebuah pidato yang berkesan buatku.

Setelah kurenungkan dalam-dalam, justru inilah intinya; Asian Games ini bukanlah sekadar lomba olahraga, melainkan betul-betul sebuah festival!

Ya!

Kalian bisa melihatnya sendiri, kala melihat para pendukung Indonesia mengenakan kaus warna khasnya, membawa bendera merah putih dan wajahnya dilukis serupa bendera berwarna senada. Pendukung negara lain pun demikian juga 'kan? Ditambah, sorak sorai para pendukung bisa menyemangati atlet yang bertanding, dan jika atlet yang bersangkutan menang, bakal mengantarkan kegembiraan para supporter bersama-sama!

Pokoknya, sungguh kita (dan saya) bisa melebur dalam keramaian, terlebih lagi pendukung tuan rumah. Toh yel-yel yang dilontarkan bisa mengikat emosional dan mengusir kesepian dan keterasingan dalam kelompok, sekaligus ampuh dalam menyatukan kita. Rasa nasionalisme yang dulu memudar, kini bersemi kembali.

Bahkan, festival olahraga Asian Games 2018 malah membuat kita membuka memori masa lalu, kala ajang serupa digelar tahun 1962. Dari situlah semangat era 1962 terbawa pada edisi kali ini, tercermin dari sketsa stadion GBK (yang tak lain warisan AG 1962) pada logo resminya. Ya, secara tak langsung sih, festival ini bisa membawa kita mengingat nilai dan warisan masa lalu dan mengaitkan diri dengan era kekinian, sebagai bekal untuk menatap hari esok.

***

Ketiga sebab itulah yang membuat ajang pesta olahraga begitu kita nantikan sekaligus dirindukan. Walaupun, ya, kenyataannya festival itu diulang dengan pola yang sama, tetap saja kreativitas itulah yang membuat pesta olahraga punya cita rasa dan tema tersendiri.

Lihat saja, tuan rumah Asiad selanjutnya, Hangzhou, bersiap dengan pesta olahraga dengan sentuhan modernisasi dan teknologi empat tahun mendatang. Edisi berikutnya bakal hadir lagi dengan semangat berbeda, dan seterusnya, dan seterusnya. Intinya, pesta olahraga tersebut---dengan beragam ciri uniknya---toh bisa dipertahankan terus dan langgeng sepanjang masa di dunia!

Hmmm, iya ya. 

Sampai upacara penutupan awal September nanti pun, inilah puncak perayaannya! Kita berbaur dengan bangsa-bangsa lain dalam kemeriahan konser serupa festival dan merayakannya bersama-sama!

Kalau tak ada keragaman dan keramaian, apalah artinya festival itu?

Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!

sumber: satu, dua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun