Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Meluruskan Paradigma tentang "Kesibukan"

16 Maret 2018   18:00 Diperbarui: 17 Maret 2018   00:37 1479
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Shutterstock

Sebab, kata Pak Arvan lagi, kesibukan yang baik itu adalah kesibukan yang menghasilkan, juga bertumbuh. Lalu, bertumbuh dalam dimensi apa? Fisik, emosional, mental, dan spiritual.

Jadi, hanya berfokus pada kesibukan yang meghasilkan berupa uang aja sebenarnya bikin kita sengsara, sebab hal-hal lainnya enggak diperhatikan. Karena itulah, kita bagi waktu untuk kesibukan yang lain. Untuk bisa "menumbuhkan" fisik menjadi lebih sehat, sempatkan pagi untuk berolahraga. 

Untuk kebutuhan spiritual, jangan sampai tak punya waktu untuk berdoa kepada-Nya. Termasuk, kebutuhan untuk refleksi dan merenung. Hmmm, apa ketiganya termasuk kesibukan? Ya, hanya saja ritmenya lebih lambat dibanding kesibukan pada umumnya yang lebih cepat.

Lalu, bagaimana dengan emosional dan mental? Keduanya juga punya hak untuk dipenuhi. Kasih kesempatan untuk bersosialisasi dengan teman, kumpul keluarga, apalagi yang tinggal berjauhan walaupun hanya melalui telepon dan pesan singkat.

Kalau pikiran dan mental, ya apalagi. Selain membaca buku dan media cetak, bahkan mendengarkan/menonton siaran elektronik yang berkualitas, untuk kalian yang suka pegang gawai, lebih-lebih buat stalking status medos, misalnya (Waah godaan terbesar di zaman now nih!), hendaknya dibatasi waktunya.

Alangkah baiknya kalau baca tulisan medsos yang berfaedah untuk memberi mental dengan konten yang positif. Dan, satu lagi, kurangi hal-hal tak penting yang bisa menghalangi kesibukan yang bernilai, ok?

Intinya, kalau sudah menyelesaikan kesibukan yang satu, jangan biarkan waktu membentuk ruang kosong tanpa ada yang bisa mengisinya. Gunakanlah untuk kesibukan dalam tataran dimensi lain dan jangan menundanya, terus.... bagilah seadilnya, biar semua kebagian!

***

Akhirnya, kesibukan yang kita jalani ini, tak ada yang bakal merugikan dari sisi yang lain. Semuanya bermanfaat, ya tergantung yang mengendalikan kesibukan ini sih. Nah, bukankah kita adalah tuan atas waktu yang diamanahkan Tuhan? Ya harusnya kita lebih adil untuk membaginya!

Jadi, tak ada alasan lagi untuk mengatakan "kesibukan ini bikin lupa waktu". Ya 'kan, pembaca yang baik!

Hmmm, bagaimana dengan saya dan kalian, ya? Harus optimis, semoga kita bisa!

Demikianlah penjelasannya, salam Kompasiana!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun