Sebentar lagi, kita akan menyambut Harbolnas, “hari rayanya” pembeli yang sobat misqueen. Hehe.
Ya, bagaimana tidak, para pembelanja akan dimanjakan oleh diskon besar-besaran, gratis ongkos kirim, yang tentu saja berguna bagi yang menjalani diet ketat anggaran, termasuk saya tentunya. “Hari raya” ini, sebagaimana Lebaran, Natal, maupun Imlek, tentunya akan hadir setahun sekali.
Nah, bagi yang ingin belanja murah meriah di marketplace dan situs belanja online, ini adalah kesempatan yang tak boleh dilewatkan. Saya aja antusias kalau menyambut Harbolnas ini. Soalnya, ada banyak daftar barang yang ingin saya beli di marketplace, yang sedang dalam antrian. Tapi, karena keterbatasan uang, hanya dua barang yang akan saya beli saat Harbolnas tahun ini.
Hmmm, kalau dihitung-hitung, rupanya sudah lebih dari 40 kali saya belanja online, sejak pertama kali melakukannya pada tahun 2014 (baru ingat saya) dengan membeli buku komik muslimah, Hijab Comic di situs toko buku ternama.
Kebanyakan yang dibeli, memang barang seperti buku, makanan, pakaian, dan aksesoris tambahan untuk gadget. Bersyukur, akhirnya saya bisa beradaptasi mengikuti zaman digital, dengan berbelanja daring ini.
Oh ya ya, sekarang kan pola belanja masyarakat masa kini sudah bergeser lewat aplikasi smartphone, terlebih bagi warga di kota-kota besar yang mengganggap belanja online adalah hal biasa.
Apalagi di ibu kota negara yang mana faktor kesibukan dan kemacetan membuat mereka tak leluasa untuk belanja langsung. Ujung-ujungnya, pesan barang lewat daring, termasuk mereka yang ingin mager alias malas gerak, gak mau ngapa-ngapain. Hihi.
Namun, berbeda di desa-desa, belanja online kayaknya tidak begitu perlu. Lebih enak belanja dengan mendatangi warung, pasar, dan toko-tokonya. Ditambah lagi, kemungkinan ada penipuan saat transaksi daring, yang membuat mereka ketakutan untuk belanja online.
Dan, walaupun pergeseran pola belanja lewat online membuat sejumlah ritel tutup seperti Central Neo Soho ini, toh, masih belum apa-apanya.
Menurut data dari Asosiasi Peritel Indonesia, sampai paruh pertama tahun ini, proporsi belanja online hanya sebesar 4,89 juta dolar Amerika atau 1,4 persen dari kapitalisasi belanja offline yang bernilai 320 miliar dolar AS.
Ditambah, jumlah e-commerce—yang 70% di antaranya didominasi fashion— ternyata masih 1-2 persen dibanding seluruh ritel offline. Yah, kecil amat.