Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Belanja Online, Kok Jadi Pilihan Terakhir?

11 Desember 2019   23:59 Diperbarui: 12 Desember 2019   14:22 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Opera News

Lagi pula, sedahsyat-dahsyatnya belanja online mengubah gaya belanja rakyat era kekinian, belum mampu menyentuh komoditas bahan makanan dan bahan baku yang biasa diakses secara langsung di toko-toko. Aman.

Melihat data di atas, rupanya belanja offline masih lebih unggul, ya. Rakyat kebanyakan masih setia mendatangi toko-toko daripada mager-an sambil buka aplikasi untuk berbelanja. Apalagi saya, tetap menjadikan belanja online sebagai pilihan terakhir.

Lha, kamu kan bisa belanja online, mengapa nggak pakai cara itu?

Tentu saja, saya ingin berhemat! Asal tahu saja, besar-kecilnya biaya ongkos kirim belanja online tergantung jauh-dekatnya pengirim dan penerima. Bahkan, pernah ngecek ongkos kirim ke daerahku, dari toko online di sebuah pulau kecil yang berbatasan dekat Singapura itu, sampai 70 ribu! Edyaaan!

Makanya, kadang-kadang, lebih mahal ongkos kirim dibanding harga barang. Istilah kerennya, “berat di ongkir”. Hiks. Ini yang membuatku saat belanja online, lebih banyak milih toko dari daerah Jabodetabek dan Bandung. Karena, walaupun cukup mahal, masih lebih baik dibanding belanja di toko online yang lokasinya lebih jauh, ya gak?

Bahkan, selebihnya saya lebih memprioritaskan belanja luar jaringan (luring) jika ada barang yang kuinginkan ditemukan di toko, pasar, maupun supermarket. 

Buktinya, sudah beberapa kali diriku mengurungkan niat beli tepung kue instan, sarung tangan dapur, dan kebaya di marketplace, karena sudah menemukannya di minimarket dan supermarket!

Kecuali kalau memang barang yang dibutuhkan tidak ada, sedangkan barang itu merupakan hal penting dan mendesak, barulah saya beli barang tersebut secara daring. Dan itu, sah-sah saja, kok. Yah, daripada memaksakan diri sendiri beli langsung ke toko dengan susah-payah nyari barang yang tidak ada sampai ke luar kota yang jauh, selain buang waktu, uang, juga tenaga, bukan?

Lagi pula, kalau beli barang di toko, yang untung siapa? Pemilik tokonya, kan? Begitu pun dengan belanja barang di marketplace, yang membuat pemilik toko online tambah senang karena kalau semakin banyak pembeli, pemasukan dan modal bertambah kaya, deh.

Hmmm, kalau memang memberdayakan penjual secara langsung, terutama Usaha Kecil Menengah, memang sebaiknya beli barang secara langsung lewat pedagangnya. Beres kan?

Oh ya, kegiatan berbelanja secara langsung itu, merupakan cara biar nggak kebanyakan mager! Karena, kalau mau ke warung atau ke toko, sebaiknya dipaksa untuk jalan kaki, juga sekalian deh dikurangin naik motor! Dengan demikian, tubuh semakin sehat dan bugar, bahkan penyakit berbahaya bisa pergi menjauh!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun