Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Mengapa Komentar di Media Sosial Terasa "Panas", Ya?

17 Februari 2018   22:33 Diperbarui: 19 Februari 2018   02:34 1866
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Wood Floor Business Magazine

"Acara ini kebanyakan drama!"
"Udah dibantu, eh malah memecahkan antena"
"Ibu ini kok emosional banget, sih!"
"Time keeper-nya ganti, bikin rusuh!"

Pernah enggak, seumur hidup kalian memerhatikan komentar (yang kata-katanya) "panas" seperti ini, di postingan apa pun?

Kalau ya, selamat! Kalian termasuk dalam kelompok rakyat milenial, atau generasi Z yang datang setelahnya, tentunya dengan ke-khasan yang tak mungkin bisa menjauh dari si gawai yang menjadi "ajudan" yang menemani kalian beraktivitas, ya 'kan?

Walaupun begitu, pasti di waktu luang kalian buka media sosial, bukan? Nah, di linimasa medsos kalian yang sudah dipenuhi komentar-komentar yang beranekaragam, jika sekiranya melihat komentar yang pedas seperti ini, di hati kalian rasanya seperti apa? Resah, miris, atau tak nyaman?

Saya pun begitu. Pada bulan lalu di mana saya sering memantau komentar-komentar yang masuk dari berbagai unggahan foto di Instagram, program TV bernilai kemanusiaan, yang jadi acara kesayanganku semasa SD, justru dinodai dengan komentar-komentar yang tak mengenakkan hati. Bisa dlihat tuh komentar-komentar yang kulampirkan di atas, apa kata-katanya menyejukkan?

Hmmm... sepertinya komentar-komentar seperti ini akan terus ada selama media sosial masih eksis di panggung dunia manusia, di samping berita palsu dan hoaks yang terus berkembang biak. Tak hanya di dunia hiburan, justru di bidang politik inilah yang lebih rentan "dirasuki" virus-virus negatif yang dipancarkan oleh konten-konten sampah.

Lagi pula, tahun ini adalah tahun politik dimana banyak pertarungan para kepala daerah yang tak kalah panasnya dengan pemilihan presiden, 'kan?

Terus, kalau begitu, kita harus bagaimana dong? Takutnya ada kubu yang fanatik pada menjelekkan jagoan lain, itu yang dikhawatirkan.

Yah, daripada terlambat, lebih baik kalian harus tahu apa penyebab di balik itu semua, setelah saya merenungkan dan menyimpulkan apa yang terjadi saat saya memantau di media sosial.

Semuanya, Memang Berawal dari Persepsi....

Sumber gambar: Wood Floor Business Magazine
Sumber gambar: Wood Floor Business Magazine
Hmmm, kalau berbicara tentang persepsi, tahu enggak kalau kata ini sebenarnya adalah serapan dari bahasa lain? Yah, melainkan dari bahasa Latin perceptio yang artinya menerima atau mengambil. Tapi, kalau secara istilah, penjelasannya seperti apa ya?

Ada banyak para ahli yang menjabarkan pengertian persepsi ini, salah satunya dari Leavitt (1978) yang menjelaskan persepsi adalah cara memandang atau mengartikan sesuatu. Lalu, bagaimana ya pengertian umum dari persepsi itu sendiri?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun