Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Masih Berpikir "I Hate Monday"? Itu Kuno!

23 Januari 2018   20:31 Diperbarui: 28 Januari 2018   07:29 1913
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Maka, tak heran banyak ungkapan di berbagai "media ekspresi" yang semakin menguatkan, bahwa Senin adalah hari berhantu alias menyeramkan. Apa karena banyak hantu dan setan-nyaya?

Bukan itu!

Ya, ini memang fakta, karena ketika mereka bertemu lagi dengan Senin, mereka akan terbayang akan tugas-tugas yang selalu diselesaikan. Maunya sih libur diperpanjang, tapi masa' mereka harus masuk ke kantor; bekerja lagi? Senin itu menyebalkan!

Yang lebih parahnya lagi, ada sebuah buku yang ditulis oleh Ernie J Zelinski, The Joy of Not Working, yang menganjurkan mereka untuk enggak usah bekerja dan menikmati hidup dan bersenang-senang. Dia berpendapat bahwa bekerja itu lebih baik adalah pandangan yang kuno.

Huh, pandangan macam apa itu? Itu 'kan pemikiran yang sungguh berbahaya, sangat-sangat berbahaya!

Makanya, gara-gara hal itu, kita jadi enggak mengenal istilah "I Love Monday" yang dijumpai di lingkungan dan media. Yang ada adalah kebalikannya, "I Hate Monday". Malahan, ada juga ungkapan "Thanks God its Friday". Mereka ingin sekali sampai bertemu hari Jum'at, biar bisa bersantai di akhir pekan!

Hmmm, sampai sebegitukah mereka memandang hari Senin itu?

***

Nah, jangan heran kalau di zaman now ini, mungkin banyak di antara mereka yang menganut paradigma "I Hate Monday" ini. Hal ini bisa terlihat kala ada akhir pekan plus hari libur nasional, banyak mereka yang berpergian ke luar kota untuk berlibur setelah berkutat dengan pekerjaan yang bikin mereka penat. Tak hanya di kota saja, di desa-desa saja, masih banyak orang yang berpandangan, tujuan bekerja (hanya) untuk menghasilkan uang!

Tapi, sesungguhnya paradigma tersebut 'kan pandangan yang kuno, sudah basi! Alangkah baiknya kita harus mencari dan berpikir makna pekerjaan yang lebih dari itu. Mengapa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun