Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Si "Introvert" Juga Bisa Menjemput Inspirasi Kreatif Lewat Aromaterapi!

13 Januari 2018   10:32 Diperbarui: 13 Januari 2018   20:13 1008
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Karan Bajaj

Ngapain beli buku terus? Nggak guna!

Ya, kira-kira seperti itulah apa yang dikatakan ayahku ketika mengetahui bahwa saya hendak beli buku. Walaupun di mata beliau buku merupakan sesuatu yang tidak bermanfaat, kurasa apa yang dialami olehku malah sebaliknya. Kok bisa?

Beneran kok, berkat buku-buku yang saya beli, saya merasakan tulisan-tulisan yang kutorehkan semakin beda dan berkembang. Itu karena, buku-buku yang saya beli kemudian membacanya, bagaikan oase yang mendatangkan dahaga bagi yang haus inspirasi dan kreativitas. Bahkan, kalau saya ingin mencari ide untuk menulis, (kini) saya akan jadikan buku-buku sebagai rujukan utama.

Tak hanya itu, buku-buku yang saya koleksi di rumah, malah bisa membawa berkah tersendiri. Akhirnya, saya bisa memenangkan kompetisi blog untuk pertama kalinya, semuanya tak lepas dari buku sebagai referensi yang digunakan saat membuat tulisan lomba. Dan, kalaupun buku-buku yang dibeli (memang) tidak mendapat ide menulis, setidaknya saya bisa memperoleh inspirasi untuk mengarungi kehidupan.

Buku-buku yang pernah dijadikan rujukan saat menulis. Dokpri
Buku-buku yang pernah dijadikan rujukan saat menulis. Dokpri
Namun, kalau bermodalkan buku-buku saja, itu tidaklah cukup. Makanya, saya sering membaca tulisan-tulisan daring, baik artikel maupun berita, juga kalau membutuhkan referensi tambahan saat menulis. Kadang, kalau menemukan artikel yang menarik dan saya suka, saya suka mendalaminya, bahkan tak jarang artikel-artikel online, bisa membuahkan inspirasi untukku!

Lalu, apalagi?

Ada, inspirasi menulis datangnya dari radio! Seperti itulah yang saya rasa, kala saya mendengarkan siaran radio Smart Happiness bersama Arvan Pradiansyah. Kadang, setelah saya mendengarkan talkshow-nya, saya pun merenung, lalu hasilnya, datanglah ide untuk membuat tulisan (yang baru)!

Nah, di luar itu, kadang saya mendapatkan ide dari hasil obrolan dengan orang lain, bahkan dari pengamatanku di televisi. Bahkan, saat jeda iklan di TV yang sering dilewatkan orang pun bisa jadi inspirasi, seperti yang saya alami saat menonton iklan tentang vlog Jokowi. Namun, itu jarang saya mendapatkannya.

***

Tapi...

Semua yang kulakukan di atas jadi percuma jika pikiran kita dilanda penat. Ya, bahkan walaupun kita sudah berusaha keras untuk membaca, mengamati, dan lain sebagainya, kalau otak kita sudah benar-benar lelah, ide dan kreativitas pun tetap tidak bisa muncul. Akhirnya, yang kita dapatkan, malah tambah pusing sendiri.

Bahkan, ketika saya telah menyelesaikan artikel terakhirku di 2017, saya merasa ada 'alarm' yang mengingatkan diriku untuk segera beristirahat atau pergi berpiknik. Padahal, saat itu juga ada dua "tugas menulis" yang menanti demi menambah penghasilan. Ingin sih menulis sekarang, tapi melihat kondisiku yang seperti ini, rasanya diriku sungguh tidak bersemangat. Benar-benar stuck.

Padahal, saya benar-benar menggantungkan pendapatan dari menulis. Karena, saya sadar, hanya inilah yang bisa saya kerjakan. Saya tidak menguasai bidang lainnya, dan lagipula, saya adalah seorang introvert yang idealnya bekerja di balik layar. Ya sudah, jadilah menulis sebagai pekerjaan yang terbaik untukku.

Makanya, sebagai creative people zaman now, penulis pun memang kudu harus kreatif! Dan, kreativitas itu penting, bahkan sesuatu yang 'mahal' bagiku. Terlebih lagi kalau ada blog competition, kreativitas menulis di sini akan lebih berguna. Ya, supaya "berbeda" dengan yang lain.

Dan, andaikan saja kreativitas dalam diriku tak berfungsi, bisa saja saya akan vakum menulis, bahkan bisa jadi saya benar-benar akan berhenti menulis.

Ah, jangan langsung menyerah begitu dong!

Karena itulah, saya harus melakukan sesuatu, supaya pikiranku bisa segar kembali. Nah, kegiatan seperti apa ya, biar bisa menjemput ide dan kreativitasku?

  • Berkunjung ke Tempat yang Baru

Sejak awal, saya memang ingin sekali jalan-jalan ke tempat baru. Dan, akhirnya terkabul juga. Tepatnya, pada hari pertama di tahun ini, di mana kami berkunjung ke wisata alam, sebuah dam yang terletak pada perbatasan kota. Tak cukup bisa puas berpiknik di pinggirnya, kami pun juga menyempatkan diri untuk berkeliling 'danau' menggunakan perahu bergerbong. Hmmm, sekalian melepas penat di pikiranku!

Pemandangan dam yang menyerupai danau. Dokpri
Pemandangan dam yang menyerupai danau. Dokpri
Tapi, kunjungan ke dam tidak membuatku merasa puas. Stimulus yang dikeluarkan karena ramainya pengunjung di tahun baru, membuatku kurang nyaman kala menikmatinya. Karena itulah, saya harus berkunjung lagi, dan pilihanku jatuh pada taman di ujung kota, yang sama sekali belum saya kunjungi.

Dan,  pilihanku itu memang tepat! Tempat inilah yang paling cocok untuk refreshing. Memang sih, taman itu tak terlalu luas, tapi di belakang taman itu, ada sawah yang terbentang luas, terus ada suara saluran air yang menyerupai air terjun. Duuh, sungguh menenangkan!

Dan, kenapa ya saya harus meluangkan waktu ke tempat-tempat baru?

Begini. Saraf pada manusia, terutama di otak, memang dipengaruhi oleh lingkungan dan bagaimana kita berinteraksi dengan itu. Sehingga, ketika kita masuk ke lingkungan baru, maka ada efeknya bagi otak.

Terus, efeknya seperti apa?

Saat kita belajar atau merasakan sesuatu yang baru, muncul sebuah arus listrik atau impuls saraf pada dendrit, lalu impuls tersebut melewati "kabel" saraf, kemudian sampailah di sinapis dengan bantuan neurotransmiter. Dengan melewati sinapsis pada ujung neuron lainnya, terus terjadi deh, proses sambung menyambung antar neuron di otak!

Nah, daripada kalian bingung mau melakukan apa di kamar, ayo keluar rumah, dan berkunjunglah ke tempat-tempat yang sama sekali belum dikunjungi. Karena, kalau merasakan sesuatu yang baru, pikiran kita akan merasa lebih "segar", dan lebih terbuka menerima hal-hal baru yang berujung kreativitas, bukan?

  • Berjalan Kaki

Selain jalan-jalan ke tempat yang baru, saya juga sering menjemput kreativitas dengan berjalan kaki. Makanya, ke mana pun saya berada, kalau saya kuat, saya akan berjalan kaki. Tak hanya jika ke warung yang dekat, ke supermarket yang berjarak 1 km pun saya tetap jalan kaki. Ya, sekalian menghemat ongkos 'kan?

Bahkan, akhir-akhir ini, diriku juga menyempatkan diri untuk berjalan setiap pagi. Karena saya yakin, jalan kaki sungguh bermanfaat. Tak cuma menyehatkan tubuh, pikiran pun akan lebih segar, supaya diharapkan inspirasi bisa datang dengan lancar. Mudah-mudahan.

Karena itulah, bagi yang suka berjalan kaki, tak ada ruginya! Bisa bikin kreatif, malah. Ternyata, hal ini tak cuma dialami oleh banyak orang yang kerajingan jalan kaki secara personal (semacam testimoni atau cerita pengalaman gitu), karena studi ilmiah telah membuktikannya.

Sebuah penelitian dari Universitas Stanford yang melibatkan 176 responden (yang hasilnya dipublikasikan pada Journal of Experimental Psychology: Learning, Memory and Cognitive) menemukan bahwa dibandingkan dengan orang yang duduk-duduk atau menggunakan kursi roda, orang yang berjalan kaki, memiliki respons yang lebih kreatif. Atau, dengan kata lain, mereka punya pikiran yang lebih kreatif, bukan?

Jadi, kalau kalian merasa inspirasinya buntu, berjalan kakilah, jangan malas. Percayalah, setelah ini, kalian akan membawa pemikiran dan inspirasi yang baru, dan "berbeda" dari sebelumnya.

***

Oke, kedua cara di atas sudah sering saya lakoni, dan memang terbukti ampuh untuk mendatangkan inspirasi agar tetap kreatif. Tapi, kurasa tahun ini ada yang berbeda deh dalam melakukan keduanya. Apa itu?

Ya! Lebih istimewanya lagi, saya mengunjungi tempat baru dan berjalan kaki dengan ditemani si Kayu Putih Aroma. Lha, Bukannya selama ini (minyak) kayu putih identik dengan bau khasnya yang lebih cocok untuk generasi tua?

Tenang, karena kayu putih sekarang ini lebih beraroma! Tepatnya, wangi khas aromaterapi. Salah satunya, Kayu Putih Aroma lavender yang saya pakai dalam keseharianku.

Lalu, mengapa harus Kayu Putih Aroma? Bukankah ada bentuk aromaterapi lainnya yang bisa digunakan?

Dulu, pada mulanya aromaterapi telah digunakan selama ribuan tahun, sebelum diperkenalkan kembali oleh kimiawan Perancis bernama Rene-Maurice Gattefosse pada tahun 1920. Memang sih tujuan awalnya untuk memulihkan fitomolekul ringan, tapi sekarang aromaterapi memang sudah ada bentuknya. Ada minyak pijat, sabun, dupa, lilin, dan garam. Tak hanya itu, sekarang pun sudah ada kok bentuk aromaterapi yang lebih praktis jika digunakan, bahkan bisa dibawa kemanapun kita pergi, yaitu Kayu Putih Aroma.

Makanya saya memilih untuk menggunakannya, apalagi kalau saya ingin mendapatkan inspirasi. Karena, diriku berharap dengan Kayu Putih Aroma, kegiatan berkunjung dan jalan-jalan terasa lebih menyenangkan, dan bisa memudahkan untuk lebih kreatif.

Terlebih lagi, "efek wewangian" yang ditimbulkan pada aromaterapi, cocok untuk si introvert sepertiku. Karena, seperti yang dijelaskan pada buku The Introvert Advantage, indera penciuman digunakan pada kebanyakan sistem dasar si innies, sehingga bisa mempengaruhi Throttle-Down (sistem pengereman), ya semacam sistem dominan si introvert.

 Lalu, bagaimana cara mengaplikasinya?

Waktu saya berlibur di sebuah dam, tentunya saya tak lupa membawa Kayu Putih Aroma. Dan, itu benar-benar menyelamatkanku. Ya bagaimana tidak, pada saat itu, tempat wisatanya ramai sekali, belum lagi ada suara musik yang benar-benar membuatku merasa pening. Dan, seperti yang diketahui, kalau mengalami kondisi seperti ini, tandanya energi mental si introvert mulai terkuras!

Makanya, untuk menangkalnya, saat kami menaiki perahu bergerbong, saya pun menggunakan Kayu Putih Aroma pada tangan, juga diurut pada kepalaku, agar lebih rileks.

Apalagi kalau berjalan di trotoar kota atau jalan-jalan kampung, saya pun juga mengoleskan minyak Kayu Putih Aroma pada tangan, lalu saya mencium aromanya. Hmmm, terasa menyegarkan, bukan?

Perjalanan mengarungi dam terasa lengkap dengan Kayu Putih Aroma. Dokpri
Perjalanan mengarungi dam terasa lengkap dengan Kayu Putih Aroma. Dokpri
Setiap pagi, saya tidak lupa menggunakan Kayu Putih Aroma Saat jalan kaki. Dokpri
Setiap pagi, saya tidak lupa menggunakan Kayu Putih Aroma Saat jalan kaki. Dokpri
Nah, setelah berjalan seiring waktu, perlahan-lahan saya kedatangan inspirasi yang sebelumnya mustahil untuk dimunculkan. Malahan, berkat menghirup Kayu Putih Aroma setelah bangun pagi, saya akhirnya memunculkan ide yang sebelumnya sempat "mengendap"!

Ya, bagaimana bisa terjadi?

Memang, pengaruh yang ditimbulkan dari aromaterapi, memang dipercaya bisa "menghadirkan" kreativitas, dengan cara meningkatkan stimulasi tertentu ke otak dan meningkatkan relaksasi dan efek positif. Hasilnya, pikiran kita akan lebih kreatif!

Dan, tak hanya itu, merujuk dari buku The Introvert Advantage, aromaterapi bisa membangkitkan semangat lho, mengapa? Ketika mencium aroma yang disukai, kita akan cenderung menarik napas dalam dengan lambat dan menghirup lebih banyak oksigen. Sudah jelas, hal ini bisa meningatkan energi kita, bukan?

Nah, sudah siapkah kalian menjemput inspirasi dan kreativitas dengan aromaterapi? [*]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun