Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Percayalah, Setiap Penulis "Terlahir" dengan Keunikan, Kok!

20 Desember 2017   22:09 Diperbarui: 21 Desember 2017   03:04 1072
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar: Shutterstock

Setiap yang diciptakan Tuhan, pastilah amazing, karena Tuhan Maha Amazing....

Ya, begitulah kira-kira ulasan yang disampaikan Pak Arvan Pradiansyah dalam talkshow radio-nya, Smart Happiness (15/12). Sebuah tema yang menurutku sangat berkesan: Amazing You! Duuh, bagaimana tidak, tema ini berhasil membuatku berpikir mendalam dan menemukan jawabannya, apalagi setelah mbak penyiar-nya, Ola Nurlija menanyakan begini: "Apa yang membuatmu merasa AMAZING?"

Dan, setelah saya berpikir dan kemudian menuliskan jawabannya di buku harian, jawaban saya begini:

saya merasa AMAZING karena saya bisa menulis dengan tema dan judul yang tak biasa, unik, dan bisa menciptakan sesuatu "yang baru"

Alhamdulillah, dan hal itulah yang membuatku merasa bersyukur.

Percayalah, Setiap Penulis Punya Keunikan, Kok!

Nah, selepas mendengarkan talkshow tersebut, saya pun merenung, berpikir tentang dunia kepenulisan dan plagiat. Lho, kok plagiat sampat dibawa-bawa ke pikiranku? Ya, memang benar. Karena, kasus plagiat yang kujumpai, memang penyebabnya adalah kebiasaan menjiplak karya orang lain dan budaya copas yang sulit dihilangkan. Ya, ujung-ujungnya akhirnya si pembuat karya malah dicibir netizen deh.

Lalu, waktu saya mengingat-ingat apa yang disampaikan Pak Arvan: "Ciptaan Tuhan itu, bukanlah ciptaan yang Limited Edition, melainkan The One and The Only". Dan, hal ini membuktikan, memang diri kita itu unik. Buktinya aja, sidik jari, antara orang yang satu dengan yang lain sudah pasti berbeda, 'kan?

Oh ya, sebelum saya mendengarkan talkshow yang sungguh mencerahkan itu, jujur, dulu saya sering iri, kepada penulis yang tulisannya lebih bagus dariku, udah renyah, gampang dipahami, puitis pula. Bahkan, saya pun kepengen gaya tulisanku kayak si dia!

Tapi, setelah saya mendengarkan talkshow ini lalu saya merenungkannya, saya pun menyadari, memang setiap penulis "terlahir" dengan punya keunikan dan ciri khas tersendiri. Hanya satu-satunya (The One and The Only). Jadi, kalau penulis ingin meniru gaya tulisan idola dengan pikirannya sendiri, jangan harap kalian bisa menyamainya. Tidak bakalan bisa!

Lha, kok bisa begitu?

Karena kita telah diciptakan Tuhan dengan keunikan dan sungguh amazing, saya pun yakin, pemikiran kalian yang tercipta lalu diabadikan, pasti juga unik tak ada yang sama. Tak mungkin kok, bisa menyeragamkan semua pikiran manusia, karena sudah jelas jalur saraf otaknya berbeda-beda!

Nah, karena  faktor pemikiran itulah, gaya tulisan penulis dengan penulis yang lain pasti berbeda. Buktinya, tak usah jauh jauh! Lihatlah pada platform blog tempat saya menulis ini, pasti nggak bakal ketemu gaya tulisan yang mirip-mirip. Atau, dengan kata lain, antara tulisan blogger A dengan blogger B, tak ada yang persis sama.

Makanya, jangan heran kalau ada yang menjiplak tulisan terus diubah kata-katanya, inilah yang membuat cepat ketahuan. Ketahuan karena gaya tulisannya ternyata tak jauh berbeda, walaupun telah diubah oleh si plagiat. Apalagi, ditambah dengan kemajuan teknologi, semua orang bisa kok mendeteksi tulisan-tulisannya; membandingkan karya tulisnya. Hal ini bakal membuktikan, siapa yang pertama kalinya mengunggah tulisan aslinya lewat mesin pencari, si Google. Dengan demikian, baru deh ketemu titik terangnya, siapa penulis asli dan sebenarnya!

Yah, kalau begitu, tak ada jalan lain dong, selain menulis dengan pikiran sendiri?

Ya, memang kalian seharusnya begitu.

Lalu, bagaimana caranya?

Tenang aja, saya kasih tipsnya di bagian selanjutnya ya!

Berlatihlah, Maka Penulis Akan Menemukan Keunikannya!

Sumber gambar: Shutterstock
Sumber gambar: Shutterstock
Duuh, apa saya bisa menulis dengan gaya tulisan yang enak dibaca, punya ciri khas yang gue banget? Tulisanku masih datar-datar aja nih...

Bisa! Siapa bilang itu mustahil! Asalkan menekuni menulis dengan sungguh-sungguh dan terus-menerus, insyaAllah kalian pasti menemukan "ciri khas" gaya menulis. Saya pun juga begitu. Tulisanku memang tidak terlalu bagus, tapi seiring berjalannya waktu, tulisanku perlahan tapi pasti, akan terlihat karakter tulisan khas penulis yang tiada duanya.

Tapi, 'kan tulisanku jelek, malu!

Nggak usah khawatir, pede aja! Terus berlatih dan berlatih, menulis dan terus menulis apa yang dipikirkan, walaupun tulisanmu tidak dinilai apa pun. Dan itu tidak hanya di media blog aja, di buku harian juga bisa. Bukankah semakin sering menulis dan menulis, keterampilan menulismu semakin terasah?

Dulu, saya memang hadir di Kompasiana ini, menulis dengan percaya diri. Dan, hal ini memang dimulai dengan tulisan, murni dari pemikiranku sendiri. Walaupun tulisanku banyak yang tidak diberi label apa pun, saya tak menyerah. Malah, saya terus bersemangat dalam berlatih menulis dan menulis; memberi yang terbaik. Dan itu tak terbatas dalam media blogging, kadang-kadang saya menuliskan unek-unek-nya dalam buku harian!

Nah, setelah tiga tahun berjalan, saya bisa merasakan, gaya tulisanku dari tahun ke tahun, merasa berbeda dan semakin berkembang. Dan, akhirnya saya  menemukan bidang yang ku sukai, dan gaya tulisanku sendiri!

***

Oh ya, apakah yang diriku lakukan di atas cuma sebatas teori pribadi? Ternyata tidak. Para ahli dan pakar kepenulisan malah sudah menjelaskannya, dan "membuktikannya". Rhenald Kasali, dalam tulisannya Orang Pintar Plagiat yang dimuat harian Kompas, 20 April 2010 --- terus kembali dicantumkan dalam buku pak Hernowo, Flow di Era Socmed (2016)---beliau mengatakan begini:

"...Menulis itu membutuhkan latihan, dan sebagai pemula, pasti karyanya biasa-biasa saja, bahkan cenderung buruk. Tapi, sepanjang itu original, karya-karya itu patut dihargai. Karya-karya original yang didalami terus-menerus, lambat laun akan menemukan 'pintu'-nya, yaitu jalinan pikiran yang berkembang"

Dan, masih dalam buku yang sama, Hernowo menjelaskannya lagi: "Pikiran original yang didalami terus-menerus dan nantinya berkembang, inilah yang akhirnya membentuk gagasan"

Oh, gitu ya. Pantesan, karena kebiasaan berpikir orisinal, akhirnya saat dapat ide menulis, terbentuk konsep di pikiran yang akhirnya, (mudah) diwujudkan jadi sebuah tulisan!

Lalu, apalagi? Tentu pemikiran orisinal tidak boleh berhenti hanya sebagai koleksi ingatan di otak! Cobalah kalian menuangkannya dalam bentuk tulisan. Begini kata Pak Hernowo, jika kalian berlatih menuliskan pikiran orisinal terus menerus, pikiran tersebut unik karena membawa karakter khas kalian masing-masing. Jadi, walaupun tulisan kalian "berantakan", tulisan tersebut akan membawa dan menunjukkan karakter khas itu"

Karena proses pemikiran yang orisinal itulah, sekali lagi, inilah yang menyebabkan gaya tulisan sang penulis dengan penulis lainnya, berbeda-beda! Dan, bukankah tulisan tersebut mencerminkan sang penulisnya, iyya nggak?

Jadi, wahai seseorang yang pernah plagiat dan menjiplak tulisan orang lain, sudah siapkah untuk "bertobat" dan mau memulai menulis dengan penuh orisinal?

Kalau sudah, yuk segera menulis dengan pikiran sendiri, biar tercermin tulisan-tulisan khasnya!

Demikian penjelasannya, salam Kompasiana!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun