Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama FEATURED

Warganet dan "Blogger" Memang Selayaknya Punya Rasa Malu

21 September 2017   16:58 Diperbarui: 8 Juli 2018   10:09 3497
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lalu, dalam hubungannya dengan sesama warganet, kita harus paham, bagaimana bersopan-santun di dunia maya. Tentu saja hal ini termasuk norma kesopanan. Kalau tidak melakukan hal demikian, maka perilaku kalian akan dicela oleh pengguna lainnya!

Oh ya, kalian tahu muamalah medosiah yang dikeluarkan MUI 'kan? Walaupun peraturan tersebut dibuat oleh para ulama, tapi tetap, sumbernya berasal dari kitab suci yang diturunkan Tuhan. Makanya, peraturan tersebut digolongkan sebagai norma agama. Dan, tahu enggak, apa sanksi pelanggar norma tersebut? Guncangan jiwa di dunia, dan memperoleh siksa di akhirat nanti.

Nah, yang terakhir, norma yang paling tinggi dan melengkapi norma-norma lainnya, tentu saja norma hukum. Contohnya, bisa kalian lihat pada UU ITE yang diberlakukan beberapa tahun terakhir. Dengan adanya UU ini, mau enggak mau netizen harus menaatinya, sebab norma ini bersifat memaksa dan dibuat oleh negara. Jika tidak, hukuman penjara siap menanti kalian!

Ya, bisa dilihat sendiri, ada beberapa warganet yang tertangkap gara-gara menghina keluarga Jokowi. Itu artinya, pelaksanaan UU ITE benar-benar ditegakkan, bahkan lebih baik dari sebelumnya. Sungguh, era pemerintah sekarang ini amat peduli dengan perkembangan teknologi masa kini, bukan?

Hmmm, kalau saya mengetahui norma ini, harusnya diriku lebih berhati-hati dalam ber-medsos nih...

Warganet dan Blogger pun Harus Punya Rasa Malu

Sumber Ilustrasi: YMI
Sumber Ilustrasi: YMI
Tahu norma, sudah. Terus, apa lagi ya yang diperlukan dalam "bermain" di jagat maya ini?

Setelah kupikir-pikir, tahu norma saja tidak cukup. Perenunganku akan dua kejadian ini membuatku harus mengambil kesimpulan sekaligus temaku untuk menulis artikel ini: para warganet dan narablog (blogger) harus punya rasa malu saat akan mengunggah sesuatu.

Malu? Yup, benar sekali. Tapi, bukanlah ada banyak penulis di dunia maya ini yang merasa malu akan karya-karyanya?

Yah, ini sih cuma perasaan minder aja alias tidak percaya diri. Ada teori psikologi yang membahas hal itu. Yang ku bahas di sini adalah, rasa malu yang mengantarkan berperilaku yang positif, bukan?

Secara psikologis, rasa malu yang saya maksud adalah rasa bersalah, yang "didasarkan" oleh emosi moral, yaitu emosi malu dan emosi bersalah. Dan, emosi malu sendiri adalah internalisasi emosi negatif yang dirasakan diri saat gagal mematuhi aturan sosial. Jadinya, emosi malu akan memunculkan emosi negatif yang dirasakan tidak menyenangkan, lalu memotivasi dirinya untuk melarikan diri dan menghindar dari hal tersebut.

Nah, kalau dirunut dari sejarah, ternyata nenek moyang kita Adam dan Hawa sudah terlebih dahulu mempunyai rasa malu. Tepatnya, ketika mereka memakan buah khuldi, lalu terbukalah auratnya. Gara-gara hal itu, mereka merasa malu, ditambah lagi merasa bersalah karena melanggar perintah Tuhan mereka. Makanya, sifat tersebut kemudian terbawa, dan mendarah daging dalam diri kita selaku generasi kekinian, bukan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun