Sebenarnya, lumayan sulit untuk menjabarkan bagaimana cara berpikir itu, apalagi kalau diterapkan saat membaca dan menulis. Habisnya, sebagian orang itu berpikir kompleks itu enggak gampang, walaupun pada dasarnya kita bisa berpikir untuk menyelesaikan masalah yang paling senderhana. Agak ruwet sih, serumit strukur alat berpikirnya!
Sudah-sudah, saya jelaskan pelan-pelan dulu, ya!
***
Ketika saya merenung tentang tema artikel ini, saya pun berpikir tentang kegiatan membaca, menulis dan berpikir. Apa iya, ketiganya saling berkaitan?
Pasalnya, saya pernah membaca, menulis itu butuh berpikir, membaca pun juga mengajak otak untuk berpikir. Daaan, hasil perenungan saya ini saya coret-coret di buku harian dalam bentuk peta konsep, lalu akhirnya ketemu deh, sinerginya! (Bisa dilihat di foto di bawah ini).
Walaupun begitu, tentu kegiatan ketiganya lebih dari itu. Oke, saya jabarkan satu per satu.
Berpikir, Cara Terampuh "Melampaui" Apa yang Telah Dibaca
Tentunya, setidaknya seumur hidup, kalian pasti menyisihkan waktunya 'kan, untuk membaca? Tapi, pernahkah kalian berpikir, apakah yang kalian baca itu bisa membekas di ingatan kalian?
Kalau enggak, coba direnungin lagi. Sesungguhnya, waktu membaca buku, otak kalian sedang diajak untuk berpikir. Atau, dengan kata lain, membaca mengakibatkan kalian "dipaksa" untuk berpikir! Kalau belum bisa berpikir "yang lebih tinggi" kayak mendebat antara pendapat pribadi dengan si penulisnya, setidaknya di pikiran kalian, muncul gambaran, tentang apa yang dibaca.
Tahu imajinasi? Ternyata, imajinasi itu tak hanya berlaku di dunia fiksi lho! Pada penikmat buku non-fiksi akan mendapatkan sensasi yang sama. Intinya, waktu kita membaca, pikiran kalian akan mengembara, menciptakan khayalan, dan diwujudkan serupa dengan "film sungguhan" di otak!