Tak heran, negeri kita ini disanjung-sanjung oleh bangsa-bangsa asing karena sikapnya yang punya rasa toleransi. Bahkan, pada berita di mana ketiga pemain bola berdoa dengan keyakinan yang berbeda, itu bukan "barang" yang aneh di sini. Oh, pantesan ya, negara lain menjadikan Indonesia sebagai role model untuk keragaman di muka bumi!
Menjadi Anak Blasteran, Membuatku (dan Kalian) Mengerti akan Ke-Indonesiaan
Seperti yang saya jelaskan dari awal, keragaman adalah "fitrah" dari Indonesia, dan karakter tersebut tentu tak bisa diingkari. Oleh karenanya, setiap orang Indonesia, seyogyanya dituntut untuk menjaga "alam keragaman" itu, dengan berinteraksi dan berteman dengan orang-orang yang tentu punya etnis berbeda.
Jadi, kalau selama ini kalian yang beretnis sama dan bergaul dengan kelompok suku sama, cobalah kalian keluar dari zona nyaman, dan bergaul dengan orang dari suku berlainan. Pasti akan lebih merasakan "suasana keragaman", bukan?
Maka, beruntunglah bagi kalian, wahai orang-orang yang berdarah campuran! Terlahir di keluarga dengan suku-suku berbeda, membuat kalian semenjak kecil terbiasa untuk menerima berbagai hal yang tidak sama, misalnya ayahnya mengenalkan budaya A dan ibunya mengenalkan budaya B kepada anaknya. Akibatnya, selain wawasan kalian semakin bertambah luas dan bisa menguasai bahasa daerah dan asing, kalian akan lebih paham akan perbedaan!
Nah, jangan heran kalau anak-anak blasteran, biasanya akan peka akan keragaman yang ditemui di belahan bumi. "Memaksa" diri mereka untuk lebih menghormati dan menghargai budaya yang berlainan, karena di pikiran anak-anak blasteran, sudah "diprogram" untuk menerima perbedaan, yang kemudian menjelma menjadi sosok yang paling toleran!
Walaupun demikian, kalau orang tuanya tidak mengajarkan budaya tersebut, makanya anak-anak blasteran kurang begitu mengenal budaya leluhurnya, dan pada akhirnya, hanya bisa menggunakan bahasa nasionalnya.
Jadi, bisa jadi pas ada acara nanti, pakai gaya Internasional, dong?
Eittts, jangan salah! Anak-anak blasteran tetap bisa mengikuti adat leluhurnya pada acara-acara sakral seperti pernikahan, jika keluarganya yang terdiri dari bermacam-macam etnis, peduli dan sepakat untuk menggunakan adat tersebut. Misalnya saja siraman dengan adat Jawa, akad nikah pakai adat Sunda, dan resepsinya beradatkan Minangkabau. Ya, itu 'kan sebagai contoh. Yang lain harap disesuaikan yaa..!
Dengan demikian, anak-anak blasteran (bahkan juga yang lain) akan mengerti akan kekayaan budaya itu, yang kemudian akan bertambah paham akan ke-Indonesiaan, betul?
Ohh, sekarang aku mengerti, bahwa keragaman yang ada dalam diri dan sekitarku, membuat aku paham, bagaimana wajah Indonesia yang sesungguhnya!