Ya, memang, dengan status diriku yang orang biasa, proses melupakan masalah akan jauh lebih mudah. Terus, bagaimana denganmu, Fi?
Masalahnya, kamu sudah kadung menjadi orang terkenal. Dikenal karena rangkaian kata, juga plagiasi yang pernah kau lakukan. Kurasa, sepertinya perlu waktu lebih lama biar masalah ini cepat berlalu, dan tak akan disebut-sebut lagi di media. Supaya, kehidupan yang bersangkutan akan kembali normal dan jauh lebih tenang, bukan?
***
Afi,
Membaca ajakan dari teman-teman warganet untuk masuk komunitas menulis di platfrom blog semacam Kompasiana, aku setuju. Tapi, kau harus kembali menjawab dari diri sendiri; maukah kau bersedia membuka diri untuk belajar, dan belajar menulis lagi?
Kalau belum, kau sebaiknya harus menyadarkan dirimu sendiri, Fi. Sadar bahwa kita ini sebenarnya bukan siapa-siapa. Ingat nggak, waktu kita terlahir di dunia ini? Diri kita ini merasa lemah, tak berdaya. Sampai kita dibesarkan, dan dididik menjadi "orang". Berkat ilmu dan pengalaman itulah, kamu akan menjelma, menjadi apa saja sesuai peran di dunia ini, 'kan?
Begitu pun ketika kamu akan menginjakkan diri ke komunitas menulis yang baru. Kau harus bawa diri sendiri dalam statusmu sebagai pemula. Menanggalkan apa yang kamu capai, termasuk masa lalu yang penuh dengan keburukan.
Ya, aku melihat para Kompasianer di sini, pada awalnya adalah penulis buku best-seller, ada juga yang menjuarai lomba kepenulisan. Aku pun sama, pernah mendapat juara 1 lomba karya tulis ilmiah tingkat Kabupaten. Tapi, saat bergabung dan mulai belajar menulis di sini, semua yang pernah diraih akan terlupakan dan "hilang begitu saja". Kembali menjadi diri kita yang polos; bukan siapa-siapa.
Kembali ke titik kesadaran awal, bernilai nol, itulah kuncinya, Fi.
Tapi, jikalau kamu telah meraih kesuksesan, janganlah jumawa. Ingatlah pada orang-orang yang lebih hebat dari kamu, misalnya praktisi kepenulisan, profesor, ahli, dan semacamnya, itu sudah membuatmu selalu rendah hati. Dan ingat, sekali lagi, sadari dan ingat status asalmu; bukan siapa-siapa. Niscaya, kamu akan terpacu untuk terus belajar, dan belajar lagi.
Afi,