Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Tak Diundang Pernikahan? Si Introvert Justru Diuntungkan!

28 Juni 2017   18:44 Diperbarui: 29 Juni 2017   20:37 2615
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nah, hal sebaliknya bisa terjadi pada si introvert. Kalau temannya memang tidak banyak, otomatis undangan yang dterima juga sedikit. Kecuali, kalau si pengundang masih ingat saya, hehe :D

Karena itulah, ketika mengingat kejadian itu, saya justru merenung, dan saya harus berdamai dengan keadaan diri sendiri  ketika saya memang tak diundang ke pesta pernikahan. Menyakitkan, memang. Bukankah hal ini justru menjadi berkah terselubung untuk mempertahankan energi diriku?

Oke, saya harus bahagia, dan tak boleh bersedih hati! Saya yakin, ada sisi positif di balik kekecewaan saya kala  tak diundang ke pesta. Ya, sebagai pengingat diri lah, kalau kejadian yang sama, bakal terulang lagi di lain waktu.

  • Terima Kasih Tak Mengundangku, Saya Bisa Hemat Energi!

Bagi (sebagian) kaum introvert, pergi ke pesta menjadi momok yang menakutkan. Apalagi kalau kehadirannya setelah pulang kerja. Sudah baterai diri tinggal sedikit, eh harus kepake pula. Ya sudah pasti, jika tak diberi waktu istirahat terlebih dahulu, si innies sudah jelas keteteran untuk melanjutkan aktivitas selanjutnya.

Selain itu, dengan adanya undangan pernikahan yang diterima, tandanya si introvert wajib datang, 'kan? Jika sudah banyak undangannya, dikhawatirkan akan menyita waktu me time yang merupakan kebutuhan pokok bagi si innies untuk mengisi ulang energinya. Waduh, saya harus pandai-pandai mengatur waktu dong...

  • Jika Saya Hadir Ke Pesta, Saya Harus Masuk "Dunia Mereka"

Tahu tidak, apa yang paling membuat si ekstrovert bahagia? Tentu saja ada banyak teman yang siap terhubung denganmu. Selain itu, dengan cahaya dan suara yang cukup bersahabat dengan kondisi diri mereka---yang telah terprogram dengan dopamin dan mode tancap gasnya (meralat yang pernah saya tuliskan sebelumnya)---membuat mereka tak masalah untuk menyesuaikan diri dengan dunia yang penuh keributan.

Sayangnya, si introvert tak seperti itu. Suasana lingkungan yang terlampau ramai, justru membuat "baterai mental" mereka semakin boros. Jadinya, meskipun dia sudah makan di acara pesta, bukan berarti sudah kuat sepenuhnya. Kok bisa?

Coba kalian lihat sendiri, pada pesta pernikahan, tentunya tak bisa lepas dari suara musik yang memekakan telinga. Tujuannya, jelas, untuk bisa menghibur kedua mempelai. Meskipun demikian, tetap saja hal ini merupakan stimulus yang bisa menguras energinya. Jadinya, tenaga fisik bertambah, iya, tapi mentalnya itu yang membuat mereka lelah!

Duuh, kalau berada di tempat seperti ini, rasanya saya ingin cepat-cepat pulang....

***

Memang, mengundang pernikahan bukanlah hal yang dilarang, bahkan bisa menjadi agenda yang wajib. Karena si introvert bisa menghadiri acara yang memang tujuannya, mengapa tidak? Asalkan kita tahu trik yang tepat untuk bisa menjaga kondisinya, agenda kehadiran si introvert ke pesta pernikahan bisa berubah menjadi kegiatan yang menyenangkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun