Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Boleh Menulis Ringan, tapi Tetap Perhatikan Kata Baku

4 Maret 2017   05:46 Diperbarui: 18 September 2017   19:06 3598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot KBBI Online

Saya jadi teringat, saat saya ngobrol bersama sahabat yang kebetulan kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, saat kami berdiskusi tentang menulis. Dia menanyakan seperti ini (kalau tidak salah):

"Wi, kata baku dengan tulisan yang kaku, apakah sama?"

Hmmm, daripada dipendam sendiri, saya coba pecahkan permasalahannya di artikel ini. Memang penggunaan kata-kata baku sangat penting, tapi apakah menggunakan kata baku dalam kepenulisan bisa merubah gaya tulisan menjadi tidak enak dibaca?

Ragam Bahasa di Dunia Kepenulisan

Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, ada banyak sekali ragam bahasa, yang dibedakan berdasarkan daerah, bentuk penyampaiannya, dan situasi. Namun, karena yang dibahas adalah soal kepenulisan, maka yang digunakan tentu saja ragam bahasa tulis, yaitu ragam bahasa yang memanfaatkan tulisan dan huruf sebagai mediumnya. Pastinya, kita bakalan berurusan dengan cara penulisan, tata bahasa, dan kosakata yang digunakan, iyaa 'kan?

Dan, di dunia nyata dan maya, tentu banyak ragam tulisan yang dijumpai, tentunya dengan gaya bahasa yang berbeda-beda. Dari media lama (cetak) macam buku, majalah, koran, sampai media baru seperti artikel-artikel di internet, semuanya tersedia. Ditambah lagi, kemunculan media sosial turut mendorong orang-orang untuk menulis. Ya seperti kalian yang lagi galau, pasti ujung-ujungnya ngetik kata-kata di Facebook, bukan?

Dari ragam gaya tulisan yang kita jumpai di media cetak maupun elektronik, kita bagi lagi menjadi tiga ragam bahasa, tergantung situasinya. Sekali lagi, sebut saja ragam bahasa situasi!

Tulisan-tulisan yang biasa dijumpai di blog, sebenarnya termasuk ragam semiformal. Memang, kita menulis terikat dengan tata cara penulisan yang baik dan sesuai kaidah yang baku, tapi tidak mutlak. Kadang-kadang, bisa saja terselip kata-kata yang biasa kita pakai di kehidupan keseharian. Jadinya, bahasa di blog lebih luwes, 'kan?

Dengan gaya bahasa seperti ini, tulisan-tulisan di blog mudah dicerna oleh pembaca lewat penyajian tulisan yang baik. Apalagi para blogger yang sering membuat karya tulis, tentu berpikir bagaimana cara menulis yang "renyah", ringan dan mudah diterima pengunjung yang membaca tulisannya. Bayangkan kalau para penulis dan blogger yang menulis dengan ragam formal yang bergaya bahasa kaku, siapa yang mau baca?

Memang, dalam ragam formal, kita dituntut untuk menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, berikut kaidah kepenulisannya. Pantas, makalah, karya ilmiah dan buku-buku pelajaran bahasanya cenderung kaku. Ya, hanya bisa dipahami oleh kalangan terpelajar. Sedangkan untuk kalangan masyarakat umum, pasti akan kesulitan. 

Nah, untuk menemukan ragam informal, sebenarnya mudah sekali. Coba kalian perhatikan gambar ini, deh!

Screenshot percakapan bahasa informal
Screenshot percakapan bahasa informal
Pada gambar tersebut, terlihat jelas bukan, bahasa yang digunakan? Nggak berkaitan dengan kaidah bahasa yang benar. Apalagi kata-kata yang baku. Intinya, kalimat itulah yang lazimnya digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dan ragam tulisan tersebut, pastinya dijumpai di aplikasi chat, maupun di media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun