Saya jadi teringat, saat saya ngobrol bersama sahabat yang kebetulan kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia, saat kami berdiskusi tentang menulis. Dia menanyakan seperti ini (kalau tidak salah):
"Wi, kata baku dengan tulisan yang kaku, apakah sama?"
Hmmm, daripada dipendam sendiri, saya coba pecahkan permasalahannya di artikel ini. Memang penggunaan kata-kata baku sangat penting, tapi apakah menggunakan kata baku dalam kepenulisan bisa merubah gaya tulisan menjadi tidak enak dibaca?
Ragam Bahasa di Dunia Kepenulisan
Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, ada banyak sekali ragam bahasa, yang dibedakan berdasarkan daerah, bentuk penyampaiannya, dan situasi. Namun, karena yang dibahas adalah soal kepenulisan, maka yang digunakan tentu saja ragam bahasa tulis, yaitu ragam bahasa yang memanfaatkan tulisan dan huruf sebagai mediumnya. Pastinya, kita bakalan berurusan dengan cara penulisan, tata bahasa, dan kosakata yang digunakan, iyaa 'kan?
Dan, di dunia nyata dan maya, tentu banyak ragam tulisan yang dijumpai, tentunya dengan gaya bahasa yang berbeda-beda. Dari media lama (cetak) macam buku, majalah, koran, sampai media baru seperti artikel-artikel di internet, semuanya tersedia. Ditambah lagi, kemunculan media sosial turut mendorong orang-orang untuk menulis. Ya seperti kalian yang lagi galau, pasti ujung-ujungnya ngetik kata-kata di Facebook, bukan?
Dari ragam gaya tulisan yang kita jumpai di media cetak maupun elektronik, kita bagi lagi menjadi tiga ragam bahasa, tergantung situasinya. Sekali lagi, sebut saja ragam bahasa situasi!
Tulisan-tulisan yang biasa dijumpai di blog, sebenarnya termasuk ragam semiformal. Memang, kita menulis terikat dengan tata cara penulisan yang baik dan sesuai kaidah yang baku, tapi tidak mutlak. Kadang-kadang, bisa saja terselip kata-kata yang biasa kita pakai di kehidupan keseharian. Jadinya, bahasa di blog lebih luwes, 'kan?
Dengan gaya bahasa seperti ini, tulisan-tulisan di blog mudah dicerna oleh pembaca lewat penyajian tulisan yang baik. Apalagi para blogger yang sering membuat karya tulis, tentu berpikir bagaimana cara menulis yang "renyah", ringan dan mudah diterima pengunjung yang membaca tulisannya. Bayangkan kalau para penulis dan blogger yang menulis dengan ragam formal yang bergaya bahasa kaku, siapa yang mau baca?
Memang, dalam ragam formal, kita dituntut untuk menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, berikut kaidah kepenulisannya. Pantas, makalah, karya ilmiah dan buku-buku pelajaran bahasanya cenderung kaku. Ya, hanya bisa dipahami oleh kalangan terpelajar. Sedangkan untuk kalangan masyarakat umum, pasti akan kesulitan.Â
Nah, untuk menemukan ragam informal, sebenarnya mudah sekali. Coba kalian perhatikan gambar ini, deh!