Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Rendahnya Minat Baca, Sebabkan Miskin Imajinasi?

24 November 2016   07:15 Diperbarui: 26 November 2016   10:37 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi membaca. Shutterstock

Permasalahan dalam Menumbuhkan Minat Baca untuk Berimajinasi

Tak diragukan lagi, bahwa bangsa kita termasuk paling lemah dalam urusan minat baca. Ya, kalau minat bacanya pada buku ilmiah. Cobalah kita tengok, di sisi lain, masih banyak masyarakat Indonesia yang begitu suka dengan bacaan fiksi. Hal ini bisa dibuktikan perhelatan bazar buku yang digelar di berbagai daerah di Indonesia, di mana banyak warga memborong buku cerita yang berharga ramah di kantong, sebagai hiburan melepas penat setelah berkutat dengan padatnya aktivitas.

Di sekolah yang notabenenya merupakan lingkungan pendidikan paling vital, biasanya disediakan perpustakaan. Sayangnya, salah satu fungsi perpustakaan adalah tempat rekreasi, masih jauh panggang dari api. Kebanyakan koleksi perpustakaannya sih, adalah buku-buku pelajaran, itupun berasal dari bantuan pemerintah. Pantas saja, keadaan di perpustakaan terkesan "menyeramkan" dibawah suasana di pemakaman, sehingga tak terlalu ramai dikunjungi.

Terlebih lagi jika pendidikan di Indonesia yang banyak dijejali dengan rumus-rumus matematika dan pelajaran sains, sehingga anak yang berbakat di IPA biasanya terkagum-kagum karena kecerdasannya. Akibatnya, ilmu sosial humaniora dipandang "pelajaran kelas dua" dan pelajaran bahasa, "dianaktirikan" oleh kebanyakan siswa. Padahal, mempelajari dua pelajaran di atas tidak kalah pentingnya bagi kehidupan dibandingkan memahami ilmu alam, iyaa 'kan?

Karena itulah, sebagai generasi---yang amat beruntung hidup di era multiple intelligences, seharusnya pengelola perpustakaan sekolah menambah jumlah buku yang variatif, baik buku fiksi maupun bacaan ringan lainnya dalam berbagai bidang di luar buku-buku pelajaran, bagaimanapun caranya. Apalagi untuk kalangan anak-anak yang perlu membudayakan membaca, perlu menyediakan buku cerita anak bergambar. Niscaya, generasi muda Indonesia di masa depan bisa berani berimajinasi yang bermanfaat dan bermimpi menapaki hari depan sesuai bidang yang digeluti, bukan?

Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana

*Artikel tersebut juga dimuat di buku terbaru beliau, "Penjara-Penjara Kehidupan" (Noura Books, 2015)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun