Mohon tunggu...
Nahariyha Dewiwiddie
Nahariyha Dewiwiddie Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Penulis dan Pembelajar

🌺 See also: https://medium.com/@dewiwiddie. ✉ ➡ dewinaharia22@gmail.com 🌺

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kriminalitas Merajalela gara-gara Kita Malas Membaca?

26 Oktober 2016   10:30 Diperbarui: 26 Oktober 2016   12:49 775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: http://profi.ru

 

"Orang jahat tidak pernah punya waktu untuk membaca. Itulah salah satu alasan yang membuat mereka menjadi jahat" (Lemony Snicket)

Mencermati kata mutiara di atas, memang ada benarnya dengan keadaan masyarakat di negara kita. Ah, masak sih begitu? Apa iya, karena kita malas membaca buku, kejahatan menjadi merajalela bahkan sampai masuk dalam kasus "kejadian luar biasa"?

Sebagai negara yang masuk dalam lima besar dalam jumlah penduduk terbanyak di dunia, tentunya menjadi hal yang mengkhawatirkan bagi kita selaku rakyat Indonesia. Kasus kriminal, baik perampokan, begal, korupsi sampai mafia bisnis barang haram yang dinamakan narkoba, pasti meninggalkan kesan yang meresahkan di hati kita. Ya, entah sampai kapan kejahatan akan segera berlalu. Yang pasti, pihak pemerintah akan terus menyatakan perang, dan menumpas kasus kriminal sampai ke intinya.

Saya juga berpikir, mengapa negara maju, yang notabenenya negeri yang gemar membaca, tingkat kriminalitasnya rendah? Bahkan ujung-ujungnya kasus korupsi sangat jarang terjadi. Saya yakin, pasti mereka punya keyakinan tentang membaca, memahami isinya, yang kemudian nilai-nilainya menyatu dalam kehidupan.

Salah satunya ada di negara Belanda ini. Negeri kincir angin tersebut perlahan tapi pasti, akan menutup penjara-penjara yang ada di wilayahnya. Pasalnya, tingkat kriminalitasnya akhir-akhir ini mengalami penurunan, sehingga tidak banyak tahanan yang masuk ke dalam sel. Nah, kalau dibandingkan dengan tingkat literasi, akan terasa pas sekali. Dalam suatu survei yang dikeluarkan oleh Universitas Negeri di Connecticut, Amerika Serikat, negara Belanda masuk dalam sepuluh besar tingkat baca-tulis tertinggi di dunia!

Bandingkan dengan di Indonesia, yang masuk dalam peringkat kedua paling kecil dalam urusan minat baca. Kalau negara Thailand mah masih mending, satu tingkat di atasnya. Pokoknya, dari 61 negara di dunia yang disurvei, untuk tingkat regional se-ASEAN, bangsa kita ini menempati peringkat terbawah!

Oke, coba kita renungkan, bahwasannya dari hari ke hari kejahatan di negeri ini masuk pada fase kronis. Tahun 2013 saja, setiap satu menit 32 detik terjadi satu kasus kejahatan. Ditambah lagi, dilansir dari numbeo.com, peringkat kejahatan negeri kita ini berada pada urutan 68 dari 147 negara yang disurvei. Sudah jelas, kasus seperti ini tidak bisa dibiarkan. Kalau aparat kita lengah dalam memberantas kriminalitas yang semakin merajalela, bagaimana dengan kualitas penduduk kita, terlebih lagi negara kita mengalami bonus demografi?

Memberantas Tingkat Kejahatan dengan Gemar Membaca

Sebuah pernyataan terbaru datang dari John W Miller dan Michael C McKenna lewat buku yang dituliskannya (2016), bahwa masyarakat yang tingkat literasinya rendah, akan mengalami kemiskinan, terbelakang, kurang wawasan, kasar, brutal, dan melanggar hak azasi manusia. Hal ini menegaskan kembali, bahwa tingkat kriminalitas di suatu negeri, bisa diberantas dengan cara membudayakan minat baca pada segenap lapisan masyarakat!

Merujuk sebuah makalah yang diunggah di blog ini, menjelaskan lima faktor yang menyebabkan tingkat kejahatan di Indonesia semakin meningkat, antara lain faktor ekonomi, sosial budaya, kejiwaan, agama, dan politik. Nah, kesemuanya ini bisa diatasi dengan cara memperbanyak membaca. Misalnya, bagi yang memiliki masalah psikis disarankan untuk membaca buku-buku psikologi, yang ingin terbebas dari himpitan ekonomi bisa baca buku tentang keahlian dan keterampilan sesuai minat dan bakat seseorang.

Sedangkan, orang yang ingin meningkatkan keimanan, tentu akan membaca buku-buku agama, sesuai keyakinan yang dianut, serta paling utama, ya membaca serta memahami isi kitab suci. Dengan cara itulah, wawasan, pengetahuan, dan kebijaksanaan hidup akan bertambah serta merubah kehidupan seseorang. Kalau dalam istilah agama, semoga orang tersebut diberikan petunjuk (hidayah). Dengan demikian, orang tersebut akan berpikir seribu kali untuk melakukan tindak kejahatan, bukan?

Oh ya, membaca buku-buku fiksi yang menjadi kegemaran sebagian besar rakyat kita, memiliki banyak manfaat lho! Sebuah jurnal Science membuktikan bahwa membaca buku fiksi akan mudah membaca pikiran dan perasaan orang lain, karena saat membaca buku tersebut, akan bertemu dengan karakter tokoh yang beragam, serta bisa membaca pikiran dan perasaan yang dialami oleh si tokoh. Artinya, secara tidak langsung, kita akan memiliki sifat empati, iyaa 'kan?

Tapi, kalau misalnya kita tidak terlalu suka baca cerpen atau novel? Baca buku biografi maupun kisah inspiratif, bisa kok! Ketika kita membaca, otak kita tidak bisa membedakan mana yang nyata maupun yang fiktif. Kita bisa mengalami kejadian tersebut seperti yang dialami oleh sang penulis, atau dalam kata lain membayangkan peristiwa yang terdapat dalam buku layaknya sebuah film. Dengan cara seperti ini, kita akan mudah mengingat isi buku, dan akan mengambil pelajaran serta inspirasi, untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Niscaya, kita akan "bertumbuh" menjadi seorang manusia yang lebih baik.

Solusi yang Tepat agar Membaca Buku Bisa Efektif

Ya, kalau melihat pemahaman saat membaca buku, patutlah menjadi renungan kita semua. Survei yang dilakukan oleh USAID PRIORITAS yang dilakukan di tujuh provinsi pada kurun waktu 2012-2015 yang melibatkan lima belas ribu-an anak kelas tiga sekolah dasar, menunjukkan hasil mencengangkan. Walaupun hampir semua siswa bisa lancar membaca buku, namun tingkat pemahaman terhadap bacaan masih dibawah 80%. Duuuh, sungguh hasil yang sangat rendah sekali!

Hal tersebut tidak akan terjadi jika membaca buku benar-benar dimulai dari hati. Maksudnya bagaimana? Ya membaca buku sesuai dengan minat, bakat, dan berkaitan dengan pengalaman yang kita alami. Coba kita pikirkan, jika kita ingin mengetahui materi sesuai mata pelajaran yang disukai, dan menghadapi masalah dalam kehidupan serta mencari tahu apa yang terjadi pada dirinya, pasti mencari buku yang berkaitan dengan hal itu. Dan ketika membacanya sembari meresapinya, pasti isi bukunya akan nyambung, bukan? Tidak percaya? Silakan kalian coba lakukan sendiri, ingatlah hal-hal yang ingin kalian ketahui dan problem yang dihadapi, kemudian carilah jawabannya di buku, pasti kalian akan tahu.

Oh ya, dengan membaca buku seperti ini, selain untuk mendapat pengetahuan seperti yang saya jelaskan di atas, manfaat lain pun dapat! Misalnya, jika kalian adalah seseorang yang hobi menulis,ilmu yang didapat dari hasil membaca akan dijadikan inspirasi untuk menciptakan sebuah naskah, cerita fiksi, dan sebagai sumber rujukan dalam membuat makalah. Dengan demikian, kita bisa memberikan nilai-nilai yang terbaik untuk banyak orang, bukan?

Demikianlah, semoga bermanfaat. Salam Kompasiana!

Referensi: harianterbit.com, indopos.co.id, netralnews.com, blogdivapress.com. Ilustrasi: http://profi.ru

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun